Cara Berkomunikasi dengan Ayah Ibu
MENYIKAPI AYAH YANG TAK MAU MENDENGAR PENDAPAT ANAKNYA
Assalamualaikum wr wb.
Kepada Yth. Redaksi Pengasuh Rubrik Konsultasi Keluarga Al-Khoirot.net
di Malang
Sebelumnya, jika apa yang saya konsultasikan ini terpilih untuk dijawab, tolong agar nama akun saya disembunyikan saja. Sebut saja saya “G”.
Saya tinggal di Malang. Berusia mendekati 30 tahun, dan saya perempuan. Saya sering mengalami hambatan komunikasi dengan ayah. Saya selalu merasa dia memaksakan kehendaknya pada saya dan tak mengenal kata diskusi. Kalau cerita selalu panjang-panjang, dan beliau akan puas jika saya mendengarnya tanpa bantahan atau pembelaan diri sama sekali.
Namun, giliran saya cerita, dia akan langsung memotong dan langsung menganalisis dan menghakimi atau mengajukan pendapatnya sendiri tanpa memperhatikan perasaan saya sekali. Belakangan dia mengakui pada saya bahwa dia memang nggak betah mendengarkan orang lain, dan anehnya dia sama sekali nggak punya keinginan untuk berubah. Belakangan lagi, dia mengakui bahwa dia benci mendengar curhatan perempuan, karena masih terluka akan kecerewetan dan pola didik dari ibunya yang keras. Dalam banyak hal ayah saya memang cenderung seksis. Selalu menjadikan keperempuanan saya sebagai argumen pemutus diskusi.
Anehnya. Kalau sama orang luar, dia bisa meluangkan waktu untuk mendengar. Tapi kenapa dengan saya nggak bisa? Saya anaknya sendiri, demi Tuhan. Saya pun sering dia jadikan tempat untuk menampung beban hatinya. Hal yang bahkan nggak dia ungkapkan ke ibu saya sendiri.
Saya lelah. Terutama karena saya sedang diuji dengan gejolak psikologis. Saya sampai ke ahli untuk itu. Hampir semua mengatakan bahwa saya butuh seseorang yang bisa saya curhati agar saya tak resah sendiri. Keluar rumah masih belum jadi pilihan, karena kondisi finansial masih belum mapan. Saat masih kerja di kantor dulu saya menitipkan uang pada rekening ibu. Maksudnya juga agar mereka bisa memakainya dalam kondisi darurat. Ternyata habis karena kebutuhan sehari-hari. Dan buat saya itu tak apa. Karena toh mereka juga sudah menanggung banyak biaya pengobatan saya selama ini. Tapi segala tuntutan ayah semakin terasa menekan (sedangkan saya juga menghadapi masalah tersendiri di tempat kerja). Serta kebiasaannya untuk berkata “tidak cukup, tidak cukup”, yang saya anggap sebagai bentuk pengingkaran terhadap nikmat Tuhan. Frustrasi ini makin bertumpuk.
Menikah juga masih belum bisa jadi pilihan karena kondisi yang seperti ini membuat saya ragu untuk secara aktif mencari pasangan. Lagipula kalaupun dapat, saya tidak mau menyiksa pasangan dengan kondisi saya.
Curhat dengan Tuhan? Selalu. Tapi sebagai manusia saya butuh sesama manusia juga kan untuk berbagi. Awalnya saya curhat dengan teman dan sekelompok teman. Kami membentuk grup talk therapy melalui FB dan WA. Tapi kemudian saya mengurangi media sosial karena ingin konsentrasi dan menenangkan diri sekaligus mengatur kembali fokus dan memperbaiki banyak aspek kehidupan. Lagipula saya rasa teman-teman saya juga perlu fokus untuk memperbaiki kehidupan mereka masing-masing juga.
Seharusnya dalam masa seperti ini keluarga bisa menjadi sandaran, kan? Tapi dalam kasus saya… ayah nggak mau mendengarkan curhatan saya. Ibu kadang mengeluh karena menganggap apa yang saya hadapi terlalu rumit.
Saya bingung. Bingung menghadapi sekelompok orang yang tak punya kemampuan untuk mendengar. Sedangkan karena saya tahu tak enaknya diperlakukan begini, saya berusaha berlatih jadi pendengar bagi teman-teman saya.
Tapi di dalam rumah? Saya goncang sendiri.
Strategi komunikasi apa yang harus saya lakukan untuk menghadapi orang seperti ayah?
Demikian.
Mohon maaf jika ada kata yang tak berkenan.
Wassalam.
JAWABAN
Dari penuturan anda yang pernah sampai datang ke psikolog menunjukkan bahwa anda memang sedang mengalami masalah psikologis. Problema ini disebabkan, salahsatunya, oleh kencenderungan anda untuk selalu memandang semua masalah secara serius. Dengan keseriusan yang agak berlebihan ini maka akan sulit bagi anda untuk tidak stres atau depresi.
Untuk mengatasi hal ini, berikut langkah sederhana yang perlu dilakukan:
Pertama, mensyukuri nikmat yang telah diberikan pada Allah pada kita. Mulai dari tubuh yang sehat, keadaan ekonomi yang relatif baik, dan keluarga yang utuh. Syukuri keadaan ini dengan penuh kesyukuran yang tulus dan sepenuh hati. Antara lain dengan melihat betapa banyaknya orang-orang disekitar kita yang keadaannya tidak seberuntung kita dalam berbagai segi.
Kedua, prioritaskan masalah. Semua orang punya banyak masalah. Sedangkan otak dan jiwa manusia terbatas untuk menampung semuanya. Oleh karena itu, perlu ada prioritas. Buang masalah yang tidak penting dan tidak mendesak. Perkecil masalah yang penting yang masih bisa ditunda. Fokuskan fikiran pada hal yang jelas penting.
Termasuk masalah yang tidak penting dan harus dibuang adalah perilaku ayah anda yang tidak mau mendengar curhat anda. Ini hal yang harus diabaikan dan dibuang jauh-jauh dari fikiran anda karena (a) menyangkut orang lain sehingga anda tidak bisa merubahnya, jadi percuma difikirkan; (b) banyak hal lain yang lebih penting dan lebih mendesak untuk difikirkan dan diselesaikan dan anda mampu menyeselaikannya tapi jadi tidak maksimal atau bahkan gagal karenanya.
Kalau memang anda kurang merasa cocok dengan ayah, maka kurangi berkomunikasi dengannya dengan cara (a) menyibukkan diri dengan aktivitas lain, baik kegiatan luar rumah maupun di dalam rumah; (b) fokuskan fikiran dan energi untuk berbuat sesuatu yang lebih besar dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain; (c) berdoa kepada Allah agar diberi ketenangan dalam berfikir dan bertindak. Baca doa berikut disetiap selesai shalat fardhu dan tahajud:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِي مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَ تَرْضَى بِقَضَائِكَ،اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَهْمَ النَّبِيِّيْ وَ حِفْظَ الْمُرْسَلِيْن وَ إِلْهَامَ الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن،اَللَّهُمَّ عمر لِسَانِي بِذِكْرِكَ وَ قَلْبِي بِخَشْيَتِكَ وَ سري بِطَاعَتِكَ
Artinya: Ya Allah jadikan diriku jiwa yang tenang yang percaya akan bertemu dengan-Mu dan ridho dengan takdir-Mu. Berilah aku anugerah pemahaman para Nabi dan daya ingat para Rasul dan ilham para Malaikat. Jadikan lidahku selalu berdzikir padaMu dan hatiku takut pada-Mu dan hatiku selalu taat pada-Mu.
Baca juga: Doa Harian