Kirim pertanyaan via email ke: alkhoirot@gmail.com

     

Islamiy.com

Situs konsultasi Islam online.

Cara Menyikapi Suami Pelit

Cara Menyikapi Suami Pelit
SUAMI AHLI IBADAH TAPI TIDAK MAU MENAFKAHI ISTRINYA

Assalamualaikum pak ustad..

Saya ingin bertanya mengenai mertua saya
Bapak Mertua saya sangat rajin beribadah, sholat wajib, sholat sunnah, puasa wajib, puasa sunnah, taddarus, ikut pengajian, ziarah ke makam2 ulama besar, dan lainnya.
Tapi untuk menafkahi istri tidak mau,

Setiap istrinya (ibu mertua saya) minta uang untuk keperluan rumah tangga selalu marah, Dan hasil panen padi nya tidak boleh di gunakan hanya untuk di simpan. Ketika ibu mertua saya menjual satu karung hasil panen nya malah bapak mertua saya marah2.

Akhirnya selalu minta uang ke suami saya untuk kebutuhan mereka sedang harta dan kekayaan bapak mertua saya hanya untuk di simpan dia sendiri. Bahkan untuk membayar hutang mereka saja minta sama suami saya
Saya gak tau harus bersikap gimana pak ustad, harus kah saya diam saja dan pasrah ato gimana ya pak ustad?

Jujur, keuangan kami saja masih Pas 2an kadang juga kurang. Belom bisa menabung sedikit pun
Saya bingung pak ustad, kalo saya membantah takut di anggap istri durhaka ato menantu durhaka.
Suami saya selalu nurutin kalo di minta uang, yang saya heran sama bapak mertua saya. Harta nya cuma di tumpuk dan di simpan tapi enggan di gunakan.
Mohon pencerahan nya pak ustad.
Terimakasih
Wassalamualaikum..

JAWABAN

Suami pelit itu sudah ada sejak dulu, bahkan pada zaman Rasulullah hal itu juga pernah terjadi. Ketika Rasulullah ditanya soal itu oleh seorang wanita, Rasulullah menjawab bahwa istri berhak mengambil harta suami secukupnya dengan secara diam-diam. Karena dalam harta suami itu ada hak istri yang wajib dinafkahi.

Dalam sebuah hadits sahih riwayat Bukhari Muslim Rasulullah mengijinkan Hindun—seorang istri yang tidak mendapatkan nafkah dari suaminya yang bernama Abu Sofyan– untuk mengambil harta milik suami tanpa sepengetahuannya dengan catatan, mengambil seperlunya. Dalam bahasa Nabi, “Ambillah secukupnya dari harta suamimu untukmu dan anakmu.” (HR Bukhari no. 5049; Muslim no. 1714).

Teks hadits dari kitab Sahih Bukhari sbb:


باب إذا لم ينفق الرجل ‏فللمرأة أن تأخذ بغير علمه ما يكفيها وولدها بالمعروف
عن عائشة أن هندا بنت عتبة ‏قالت يارسول الله إن أبـا سفيان رجـل شحيـح وليس يعطيني ما يكفيني وولدي إلا ما أخذت ‏منه وهو لا يعلم . فقال خذي ما يكفيك وولدك بالمعروف

Artinya: Bab (membahas tentang) Apabila Suami tidak memberi nafkah pada istrinya maka istrinya boleh mengambil harta secukupnya untuk keperluan istri dan anak tanpa sepengetahuan suami.

Dari Aisyah bahwa Hindun binti Utbah berkata Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah seorang lelaki yang pelit dia tidak memberiku dan anakku nafkah kecuali harta yang kuambil tanpa sepengetahuannya. Nabi bersabda, “Ambillah harta yang cukup untukmu dan anakmu secara baik.”

Jadi, dalam kasus di atas, istri boleh mengambil secara diam-diam harta suaminya yang pelit menurut kebutuhannya.

Terkait suami anda, maka sebenarnya dia lebih wajib menafkahi anak istrinya dibanding orangtuanya yang notabene berpenghasilan cukup. Namun kalau suami sudah memutuskan untuk menuruti kemauan orangtuanya maka itu hak dia. Mungkin itu sebagai bakti dia pada mereka. Baca detail: Hukum Taat dan Berbakti pada Orang Tua

Yang penting bagi suami adalah dia tetap tidak lupa untuk menafkahi anak dan istrinya.Baca detail: Kewajiban Suami Menafkahi Anak

Baca detail: Hak dan Kewajiban Suami Istri

PILIHAN ANTARA ISTRI DAN KELUARGA

Assalamualaikum, z ingin bercerita sedikit bagaimana solusinya, kalau saya di kasih pilihan dengan keluarga saya.. Tentang mana yang saya mau pilih keluarga atau istri saya….

1.waktu itu istri dan saya bertengkar gara gara saya mendapatkan sms laki laki lain,dan saat itu saya membawa istri saya ke rumah ayah istri saya,, saya bemaksud agar mertua saya memberi nasihat kepada istri saya… Kemudian saya pamit pulang dan berharap istri sayah bisa dengar apa yang mertua ajarkan kepada istri saya… Tetapi sampai akhirnya tidak ada jawaban mertua saya ataupun istri saya memberitakan kepada saya bahwa saya harus menjemputnya…

2.setelah kurang lebih 1 tahun 6 bulan saya pisah ranjang dengan istri saya,,keluarga saya menjodohkan saya dengan pilihan mereka.. Karena pada waktu itu saya rasa sudah tidak ada kecocokan sama sekali dengan istri saya,, pada waktu itu saya juga mengiyakan perjodohan itu…

3.dan pada akhirnya setelah saya menggugat istri saya menelpon saya iya meminta rujuk, setelah saya mempertimbangkan saya setujui untuk rujuk karena saya masih sayang istri saya

4. Setelah itu perjodohan saya dengan perempuan pilihan keluarga saya itu juga belangsung, z tidak mau menolak karena saya tidak mau keluarga kecewa,, sampai akhirnya kami menikah siri.. Tetapi peresaan kasih sayang tidak ada sama dia

5.setelah saya sudah sama sama dengan istri saya keluarga saya tau,, mereka marah besar bahkan mereka memberi pilihan.. Pilih keluarga atau istri saya… Kalau saya pilih dengan istri saya sudah tidak teranggap dengan mereka sebagai saudara dan sudah tidak punya orang tua lagi padahal orang tua saya masih ada

6. Saya bingung pilih yang mana,, mohon pencerahannya

JAWABAN

Idealnya, anda ikut pilihan orang tua. Toh, anda sudah setuju dengan tawaran mereka. Maka, anda dituntut untuk bertanggungjawab atas pilihan yang telah anda setujui sendiri. Kalau anda memilih istri pertama, maka itu akan berdampak berat bagi anda terutama apabila anda belum mandiri secara finansial. Adapun terkait soal cinta dan perasaan, maka rasa cinta itu mudah untuk tumbuh apabila istri kedua anda memiliki karakter yang baik dan salihah. Mentaati orang tua dalam hal ini juga akan membuat anda lebih tenang hidupnya. Baca detail: Hukum Taat dan Berbakti pada Orang Tua

Sebaliknya, cinta akan mudah punah dan sirna sebagaimana yang terjadi antara anda dan istri pertama karena dia telah mengkhianati anda dengan pria lain. Baca detail: Menyikapi Pasangan Selingkuh

Kembali ke Atas