Ekonomi sulit rumah tangga sering konflik
Ekonomi sulit rumah tangga sering konflik
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya hendak meminta saran dan nasehat dari Pimpinan / pengasuh Konsultan Ponpes Al-Khoirot tentang rumah tangga saya dan mungkin sedikit nasehat tentang kerezekian.
Apa yang harus saya lakukan lagi dengan beberapa point yg hendak saya jabarkan dibawah.
1. Pokok permasalahan saat ini : saya sedang diuji dengan merosotnya urusan ekonomi dan bahkan sudah tidak mempunyai penghasilan, NAMUN SAYA TETAP BERUSAHA UNTUK MENCARI NAFKAH / PEKERJAAN UTK MENAFKAHI KELUARGA.
2. Istri saat ini posisi nya sedang bekerja beda kota dengan saya
3. Saya tidak pernah meminta uang dari istri.
4. Setelah kejadian no 1, saya diusir oleh kedua mertua saya (TERJADI 3X PENGUSIRAN)
5. a. Saat saya diusir pertama kali, karena mertua merasa pernikahan saya dgn anaknya sudah otomatis talak karena saya dinyatakan sudah tidak menafkahi anak dan istri 3 bulan 10 hari. (istri hanya diam dan memang mengakui bersalah mengatakan bahwa saya suaminya tdk menafkahi lagi padahal istri merasa pernah beberapa kali saya kirimi uang walau hanya 50rb atau 100rb, Saya memberinya 100rb itu pada saat uang saya memang Cuma 100rb, demikian juga saat saya memberinya 50rb, dan saat saya kirim, saya dirumah sudah tidak punya uang sama sekali). Stlh pengusiran itu, istri menarik tangan saya dan SEMPAT bilang ridho dengan kondisi saya saat ini (terpuruk ekonomi)
b. Setelah diusir, karena saya merasa belum cerai dan ada anak, maka saya mengunjungi anak istri walau dengan keterbatasan uang utk ongkos, saya kesana tidak ke rumah mertua tetapi ke rumah uwa dari pihak istri yang masih welcome dengan saya dan mempersilahkan kami ketemuan dirumahnya. NAMUN TAK DISANGKA jam 21:00 ibu mertua datang dan langsung MENGUSIR saya dengan mengatakan kepada saya “sudah sana kamu pulang, sekarang udah malam” (padahal saya naik kendaraan umum dan sudah tidak ada bus yang ke arah rumah saya). Saya pun pergi dari rumah uwa nya dan menumpang dirumah teman saya yg jaraknya 20km. Lalu pagi nya baru saya pulang kerumah di Cikarang (jarak rumah saya dengan rumah mertua 135 km).
c. Pengusiran ketiga terjadi saat tanggal 22 Feb 2018 saat anak saya tepat berumur 5 tahun, saya membelikan kue dan memohon kepada UWA nya istri untuk numpang ketemuan dengan anak & istri saya, istri pulang kerja jam 19:00 dan 19:30 barulah istri membawa anak ke rumah UWA utk bertemu saya, setelah membuka kue dan bercanda dengan anak, tepat jam 21:30 (kondisi hujan dan UWA nya istri sedang keluar rumah, tinggal kami bertiga), tiba tiba pintu digedor gedor (bukan lagi diketuk, dan tanpa ucapan salam) setelah pintu dibuka oleh istri, ternyata mertua laki2 yg datang dan langsung teriak sekencang kencangnya ke ISTRI “NGAPAIN KAMU DISINI !!! PULANG KAMU!!!” begitu terus diulang berkali kali. Istri alasan ngga cepat pulang karena lagi hujan lebat dan UWA belum pulang, ga enak ninggalin rumah UWA dalam kondisi kosong. NAMUN tidak kalah set, mertua laki2 rupanya sudah menyiapkan payung cadangan. Saya bisa saja mengatakan “bapak tidak boleh seperti itu, dan ini kan istri saya, kenapa bapak menyuruh pulang, namun saya tidak lakukan khawatir istri tidak mau mendukung action saya dan benar, istri sama sekali tidak bergeming dan pergi berlalu mengikuti orang tua nya diikuti oleh anak saya yg berumur 5 tahun yg mata nya berkaca kaca saat mendengar teriakan mertua.
6. Perlu diketahui diluar masalah pengusiran tersebut, bahwa istri pernah :
1. Melakukan chatting di whatsapp dengan mantan suaminya dari mulai sahur sampai jam 02:30 pagi, saya tadinya tidak melihat jam chattingnya, yang saya lihat bhw istri mencoba berkomunikasi dengan mantan suaminya sambil ketawa ketiwi dibelakang saya, namun setelah saya urutkan jam chattingnya, alangkah bertambah shock nya saya bahwa jam chattingnya adalah mulai jam 04:00 pagi sampai jam 02:30 pagi (jam sahur lagi). Sebelum saya diusir oleh mertua, saya memberitahukan kejadian tersebut ke mertua, namun tanggapan mertua (laki2) bahwa komunikasi itu wajar, kan komunikasi bahas anak, saya bilang, tapi kan ngga seharusnya dari pagi sampai pagi lagi karena siang masih bisa dilanjut, apalagi masalah nya ngga terlalu penting. Namun mertua kekeuh mengatakan bila itu wajar dan mertua mengatakan “bahwa dirinya AHLI IBADAH”. Dari situ saya jawab lagi “sayapun punya mantan istri dan bila membahas tentang anak2 kami, saya melalui anak saya dan hanya mengatakan “bilang sama bunda bahwa abang (anak saya yg nomor 1) sudah mulai ikut2 belajar merokok, biar bunda aja yang langsung terlfon ke abang untuk kasih nasehat” mertua laki laki hanya diam tapi tetap bilang bahwa anaknya (istri saya) wajar melakukan hal tersebut karena membahas anak. Dari situlah banyak dimunculkan bahasan bahwa saya sudah diragukan status pernikahannya dengan anaknya dan akhirnya saya disuruh pergi.
2. Istri pernah mengatakan Ingin ikut bisnis buka restoran dengan teman2 SMP nya, dan ada temannya yang mendanai, namun awal2 membentuk bisnis tersebut dibuat tim inti dan hanya bertiga, 2 orang adalah laki2 dan 1 orang perempuan (istri saya) dimana salah satu dari laki2 tersebut adalah mantan pacarnya saat SMP dulu, saya berpikir ini ngga mungkin, kl dibiarkan, tapi istri merasa bahwa hal ini semata mata utk menambah penghasilan. Saya mencoba mengalah dan berpikir rasional lalu saya meng iyakan dengan syarat “KAPANPUN KAMU MAU KETEMUAN DENGAN TIM TERSEBUT, KAMU HARUS MINTA IJIN DULU SAMA AKU”. Namun istri sering tidak meminta ijin dengan alasan takut saya marah karena disana ada mantan pacarnya waktu SMP, dan memang saya tau bahwa kemana mana mereka bertiga, saya katakan justru saya jadi marah karena kamu tidak meminta ijin suami, dan akan wajar jadinya bila suami jadi menaruh curiga dengan kegiatan kamu. Sampai saat ini bisnis nya sudah berjalan dan dia tetap tidak meminta ijin saya, bahkan dia pasang status di Whatsapp sedang berfoto foto disana. (perlu diketahui whatsapp sudah saling block, namun saya hanya 2 hari memblocknya, namun istri masih tetap memblock saya, saya bisa lihat melalui whatsapp anak pertama saya yang whatsapp nya masih terhubung dengan istri saya).
3. Sebelum whatsapp saling block, saya tidak habis pikir dengan sikap istri saya, sejak 1 tahun kebelakang, tiap chatting dengan saya, istri hanya jawab singkat dan setelah itu langung offline, namun saat tidak chatting dengan saya, istri bisa online terus tanpa jeda bila chatting dengan orang lain.
4. Bila saya memberi nasehat, istri sering bilang “Üdah tau keles” dan bila saya sedang membahas sesuatu, istri selalu membantah, saya coba katakan dengan mengibaratkan siti aisyah, atau istri2 sholehah lainnya, Istri langsung mencari hadist2 tentang suami yang wajib memberi nafkah. Saya katakan saya pun tetap memberikan nafkah bila saya tidak dalam keadaan terpuruk seperti ini, dan saya juga berusaha, bukan saya sengaja tidak mau memberikan nafkah ke istri / anak.
saya sedikit keluarkan hadist “Hadits ke-55
Hakim Ibnu Muawiyah, dari ayahnya Radliyallaahu ‘anhu berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kewajiban seseorang dari kami terhadap istrinya? Beliau menjawab: “Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, jangan memukul wajah, jangan menjelek-jelekkan, dan jangan menemani tidur kecuali di dalam rumah.” Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Sebagian hadits itu diriwayatkan Bukhari secara mu’allaq dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim.
Namun disini istri terus mencari lagi dan mengirimkan saya dalil dalil tentang nafkah suami terhadap istri. Istri berusaha menghilangkan dan membiaskan sikap salahnya dengan memunculkan 1 point tentang nafkah. Dulu waktu saya masih bekerja di salah satu perusahaan, tiap jumat sore pulang kerja, saya langsung meluncur menjemput istri dan anak dirumah mertua, tidak kurang dari Rp. 500.000,- utk biaya jemput dan minggu sore saya harus antar lagi ke rumah mertua dengan biaya yang sama. Jadi 1 minggu utk ongkos jemput dan antar adalah Rp. 1.000.000,- maka sebulan habis Rp. 4.000.000,- itu baru untuk ongkos antar jemput, belum utk kebutuhan hidup sehari hari istri disana dan juga kebutuhan saya dirumah sini.. sementara bila saya kalkulasikan, dengan habis 4 juta saja saya belum dapat kopi ditiap pagi, apalagi kalau saya total ongkos dan pengeluaran utk biaya hidup lainnya. Namun Apa kewajiban istri ke suami ?, apa yang saya dapatkan ? kalau dalam lagu “secangkir kopi pun tak tersedia” apalagi kebutuhan suami-istri.
5. Bila saya (maaf) menghendaki berkumpul dengan istri, istri menghardik saya, dan banyak pula alasannya. Saya katakan, “kamu tau ngga kalau suami meminta namun istri tidak mau bahkan menghardik, Malaikat akan melaknat istri tersebut”. Namun sepertinya istri tidak takut akan hal itu, dan mungkin yang dirasakan adalah, tidak ada efek atau tidak ada rasanya dilaknat oleh Malaikat.
Dari point point diatas, tiap kali saya membahas masalah dengan istri (tentunya masalah yang sedang dibahas saat itu) istri malah selalu membahas kejadian2 masa lalu, yang akhirnya point berpindah dari masalah yang saat ini dibahas menjadi membahas masa lalu, dengan alasan ya ini selalu membekas di aku. Padahal masalah yang telah lalu telah dibahas & diselesaikan serta sudah berbaikan. Akhirnya masalah yang saat ini menjadi bias dan bercabang cabang pembahasannya. Mestinya dan seyogyanya masalah yang telah lalu itu CASE CLOSED.
Dan sejak kali ke 3 saya diusir oleh mertua, (22 Feb 2018), hingga saat ini saya sudah tidak ada komunikasi dengan istri, saya berbuat begitu karena merasa tiap kali komunikasi, istri selalu malas jawab / malas berkomunikasi, tapi makin saya diamkan juga, istri disana makin seperti merasa tidak punya suami, MERASA BEBAS layaknya lajang (tidak pernah ijin kesaya walau lewat sms atau telfon). Dan istripun tidak mau memulai komunikasi dengan saya. Dia asyik dengan dunianya sendiri.
Perlu diketahui bahwa :
1. Ibu mertua pernah mendatangi “orang pintar” dimana mana agar perkawinan kami bercerai
2. Saya dulu sebelum menikah dengan istri, tidak pernah cinta kepada istri, awalnya dia tiap berpapasan dengan saya selalu memasang mulut menyon ke saya ( mencibir / memiringkan mulutnya ke saya) itu berlangsung tiap hari bila kami berpapasan, singkat cerita mungkin sudah 2 bulan, kami berpapasan lagi ditangga kantor, lalu saya kesal dan saya naik lagi ketangga dan saya tepak dia, kena bokongnya (kalau saya tepak kakinya, saya khawatir dia jatuh karena posisinya diatas saya pada tangga tersebut). lalu saya ke gudang langsung menelponnya bermaksud meminta maaf padanya, namun dia seolah menganggap tidak terjadi apa2. Dari situlah yang saya ingat saya jadi ada hubungan dengannya hingga bisa menikah.
3. Sekarang ini disaat saya dalam kesendirian jauh dari istri, saya sama sekali tidak ada hasrat untuk menjalin atau mencari pengganti istri. Padahal, pikir saya, buat apa menunggu atau mengharapkan istri yang perangainya seperti ini, lebih baik saya cari pengganti saja. Namun itu tidak saya lakukan. Saya sering dirumah saja tidak keluyuran.
4. Setiap jam 17 sore menjelang maghrib, saya merasakan seperti sesak.
5. Alhamdulillah saat ini saya sudah kembali bekerja disebuah Perusahaan dan mendapat posisi yang bagus, namun saya tidak mau mengabarkan berita ini kepada Istri, apakah boleh atau bagaimana sebaiknya ?
Saya selalu mendoakan istri semoga berubah perangainya, namun juga saya sangat membutuhkan arahan apa yang seharusnya saya lakukan dari sisi agama dan sisi hukum negara.
Apa sebaiknya yang harus saya lakukan (disamping saat ini saya sedang bermunajat meminta yang terbaik pada Allah agar memberikan hidayah kepada istri saya). Apakah saya harus segera menceraikannya saja ?. Dan kalaupun istri kembali pulang, apa sebaiknya yang saya harus lakukan, karena jujur saya (tidak bermaksud menuduh) khawatir istri ada main serong disana, dan jadi timbul perasaan jijik.
Demikian keluh kesah saya, semoga Pengasuh / konsultan Ponpes Al-Khoirot sudi kiranya memberikan saran / nasehat.
Terima Kasih
Wasalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
JAWABAN
Sikap Rasulullah ketika menghadapi laporan Sahabat lelaki yang memiliki istri genit adalah: ceraikan. Namun ketika Sahabat terserbut menyatakan bahwa ia masih mencintainya, maka Nabi menjawab: kalau begitu, pertahankan rumah tangga. Intinya, anda boleh memilih di antara dua pilihan tersebut. Saran kami: menceraikan dia adalah pilihan terbaik. Baca detail: Menyikapi Pasangan Selingkuh
Selanjutnya, ambil hikmah dari kasus ini. Yaitu, cari jodoh dengan memprioritaskan akhlak mulia dan agamis. Jangan hanya berdasarkan pada cinta lokasi sesaat. Baca juga: Cara Memilih Jodoh
Satu tanggapan pada “Ekonomi sulit rumah tangga sering konflik”
Komentar ditutup.