Hukum tashdiq setelah membaca al-quran
Hukum tashdiq setelah membaca al-quran
Assalamualaikum..
Kyai..
Saya alumni santri alkhoirot. Kyai saya ingin bertanya, apakah hukum dari membaca tashdiq setelah membaca alquran? Mohon maaf atas kelancangan saya mengangggu waktu kyai.. Maaf saya menghubungi kyai diwaktu malam.. Karena pagi sampai sore hari saya disibukan dg kegiatan perkuliahan..
Saya menanyakan hal ini karena saya berkuliah diuniversitas Muhammadiyah prof. Dr hamka dan ada perbedaan pendapat dalam hal ini.
JAWABAN
Membaca tashdiq setelah membaca Al Quran adalah boleh dan bahkan sunnah. Al-Qurtubi dalam Al-Jamik li Ahkam Al-Quran, hlm. 1/27-28, menyatakan:
[ومن حرمته -أي القرآن- إذا انتهت قراءتُهُ أن يُصَدِّقَ ربَّهُ، ويشهد بالبلاغ لرسوله صلى الله عليه وآله وسلم، ويشهد على ذلك أنه حق، فيقول: صَدَقْتَ ربنا وبلَّغَتْ رُسُلُك، ونحن على ذلك من الشاهدين. اللهم اجعلنا من شهداء الحق القائمين بالقسط، ثم يدعو بدعوات]
Artinya: Termasuk menghormati Al-Quran adalah apabila selesai membaca al-Quran membaca tashdiq pada Tuhannya, bersaksi atas sampainya kerasulan Nabi Muhammad, bersaksi bahwa itu adalah hak (kebenaran) dengan mengatakan:[ صَدَقْتَ ربنا وبلَّغَتْ رُسُلُك، ونحن على ذلك من الشاهدين. اللهم اجعلنا من شهداء الحق القائمين بالقسط] kemudian berdoa dengan beberapa permintaan.
Al Hafidz Ibnul Jazari dalam Al-Nasyar menyatakan:
ورأينا بعض الشيوخ يبتدئون الدعاء عقيب الختم بقولهم: صدق الله العظيم وبلغ رسوله الكريم، وهذا تنزيل من رب العالمين، ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول فاكتبنا مع الشاهدين
Artinya: Kami melihat sebagian Syaikh memulai berdua setelah selesai (membaca Al-Quran) dengan mengatakan: [صدق الله العظيم وبلغ رسوله الكريم، وهذا تنزيل من رب العالمين، ربنا آمنا بما أنزلت واتبعنا الرسول فاكتبنا مع الشاهدين]
Dari dalil di atas, maka Dr. Syauqi Allam, mufti Mesir saat ini, menyatakan:
قول: (صدق الله العظيم) بعد قراءة القرآن جائزٌ ولا شيء فيه، بل هو من جملة المستحبات.
والدليل على ذلك: أن قول: (صدق الله العظيم) مطلق ذكر لله تعالى؛ وقد أُمِرنا بذكر الله تعالى بالأمر العام في قوله تعالى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا﴾ [الأحزاب: 41]، وبالأمر الخاص في خطاب الله تعالى رسوله الكريم صلى الله عليه وآله وسلم بقوله: ﴿قُلْ صَدَقَ اللهُ﴾ [آل عمران: 95].
Artinya: Mengucapkan [صدق الله العظيم] setelah membaca Al-Quran itu boleh dan tidak apa-apa. Bahkan itu termasuk sunnah. Adapun dalil atas hal itu adalah bahwa ucapan [صدق الله العظيم] merupakan bentuk dzikir pada Allah yang bersifat mutlak (tidak terbatas pada waktu). Kita diperintah untuk berdzikir pada Allah dengan perintah yang umum dalam QS Al-Ahzab :41; dan dengan perintah khusus dalam QS Ali Imran 3:95.
TIDAK DILAKUKAN NABI BUKAN BERARTI HARAM
Salah satu kesalahan fatal kalangan Salafi Wahabi dan simpatisannya (termasuk MD) adalah pendapat yg menyatakan bahwa apa yang tidak dilakukan Nabi otomatis haram. Berikut penjelasan Dr. Syauqi Allam dalam kasus ucapan tashdiq ini:
ولا يُعترض بأن النبي صلى الله عليه وآله وسلم لم يفعل هذا الأمر، وهو قول: (صدق الله العظيم)؛ لأن مجرد الترك لا يقتضي حرمة بمفرده، ولا بد معه من دليل آخر، والمقرر أن ترك النبي صلى الله عليه وآله وسلم لأمر من الأمور لا يدل بالضرورة على تحريمه؛ فقد يتركه صلى الله عليه وآله وسلم لأنه حرام، وقد يتركه لأنه مكروه، وقد يتركه لأنه خلاف الأولى، وقد يتركه لمجرد أنه لا يميل إليه؛ كتركه أكل الضب مع أنه مباح، ومن ثَمَّ فليس مجرد الترك بحجة في المنع
Artinya: Tidak bisa dipertentangkan dengan adanya Nabi tidak melakukan hal ini yakni ucapan tashdiq. Karena, tidak dilakukan Nabi tidak otomatis berakibat haram. Harus ada dalil lain. Kaidah yang berlaku adalah bahwa perkara yang tidak dilakukan Nabi tidak otomatis berhukum haram. Nabi terkadang meninggalkan suatu perkara karena haram, terkadang karena makruh, terkadang karena khilaful aula, terkadang karena tidak ingin seperti Nabi tidak memakan hewan dhabb padahal mubah. Oleh karena itu, yang tidak dilakukan Nabi tidak bisa dijadikan argumen bahwa itu terlarang.
Baca detail: Ucapan tashdiq
SARAN BAGI SANTRI ASWAJA
Santri pesantren Ahlussunnah Wal Jamaah seperti Al-Khoirot hendaknya membekali dirinya dengan wawasan Aswaja agar tidak terpengaruh oleh aliran sesat radikal maupun aliran sesat liberal. Terutama ketika belajar di lingkungan Islam radikal. Baca buku terbitan Al-Khoirot berjudul Ahlussunnah Wal Jamaah yang dibaca gratis online di link berikut: Islam Ahlussunnah Wal Jamaah
Baca juga:
– Beda Wahabi, HTI, Jamaah Tabligh dan Syiah
– 10 Pembatal Keislaman
– Ideologi Intoleran dan Kekerasan
HUKUM TAHLILAN
Assalamualaikum kyai saya ingin bertanya lagi…
Bagaimana hukumnya orang mengikuti sebuah perkumpulan yang disebut tahlilan?
Dan apakah hukum dari tahlilan yang diadakan setelah meninggalnya seorang muslim?
Terimakasih
Baca juga: Doa tawasul / khususon sebelum tahlil
JAWABAN
Boleh. Karena tidak ada hal yang dilarang.
Baca:
– https://www.konsultasisyariah.in/2017/10/dalil-tahlil-atau-tahlilan.html
– https://www.konsultasisyariah.in/2013/08/dalil-membaca-surat-yasin-untuk-orang.html
– https://www.konsultasisyariah.in/2017/06/dalil-tahlilan-menurut-kyai-luthfi.html
– https://www.fatihsyuhud.net/bidah-itu-baik/
– https://www.fatihsyuhud.net/bidah-itu-baik-2-pendapat-ibnu-taimiyah/
– https://www.fatihsyuhud.net/bidah-itu-baik-3-pandangan-madzhab-empat/
BAK MANDI KURANG DARI 2 KULAH
Assalamu’alaikum pak Kyai.
Saya mau tanya?
1. ada air di bak mandi yg kurang dari 2 kola dan ketika berwudhu mengambil air dari bak itu dimasukan ke dalam ember pancuran, sedang air percikan bekas wudhu ada yg masuk ke dalam bak mandi. Lantas apakan air yg di bak mandi tersebut bisa digunankan untuk bersuci lagi
2.ketika telah bernazar lalu dia menyalahi nazarnya dan dia telah membayar kafarat namun di suatu saat di menyalahi nazarnya lagi, apa yg demikian wajib membayar nazar lagi atau bagai mana hukumnya?
Sekian terimakasih.
Wasalamu’alaikum wr wb
JAWABAN
1. Kalau percikan air bekas wudhu itu sedikit, maka hukumnya dimaafkan. Jadi, tetap bisa dipakai wudhu. Baca detail: Hukum Air Suci Terkena Bekas Wudhu
2. Cukup berlaku satu kali.
Baca detail:
– Hukum Nadzar
– Hukum Nadzar dan Sumpah