Hukum Tidak Jumat Karena Sakit Gerd
Hukum Tidak Jumat Karena Sakit Gerd
Assalamu’alaikum, ustadz.
Saya Ahmad dari Salatiga. Saya mau bertanya seputar permasalahan sholat jum’at.
Jadi sejak 2 tahun yang lalu, saya mengidap penyakit GERD (asam lambung akut). Gejala yang dirasakan sangat bermacam-macam. Mulai dari nyeri di uluhati, SVT(detak jantung sangat cepat seperti habis lari), pandangan kabur seperti mau pingsan, sampai anxiety(kecemasan berlebih seakan-akan merasa mau mati setiap saat).
Awalnya, saya masih berani ikut sholat jumat. Seiring berjalannya waktu, saya mulai dilanda kecemasan saat mendengarkan khotbah. Sensasi penyakit bermunculan seperti nyeri di bagian ulu hati, dada terasa sangat panas, nafas tersengal, pandangan kabur, jantung berdetak sangat cepat, terkadang sampai hampir pingsan.
Saya takut kalau sampai pingsan saat sedang jumatan malah akan mengganggu jamaah yang lain.
Jadi, sejak sebelum pandemi, saya sudah sering tidak jumatan karena penyakitku ini. Apalagi saat pandemi seperti ini yang membuat kecemasanku semakin bertambah saat di tengah keramaian.
Kecemasan dan sensasi yang saya rasakan sebetulnya tidak datang hanya saat jumatan saja. Di saat sedang rapat, belanja di supermarket, menunggu iqamah, dan aktivitas lainnya juga sering muncul. Saat sensasi itu muncul, saya akan menjadi sangat panik.
Saya pernah pulang (gak jadi ikut jumatan) saat tiba-tiba sensasi itu datang sampai membuat tubuh gemeteran dan pandangan mulai berkunang-kunang. Saat itu, khotbahnya lebih dari 30 menit belum selesai.
Saya sudah berobat ke dokter spesialis penyakit dalam beberapa kali. Hasil pemeriksaan EKG, CT Scan, dll. Normal. Tapi saya merasakan gejala penyakit yang sangat mengganggu. Selama 2 tahun ini, saya betul-betul harus menjaga pola makanan agar tidak sering kambuh. Saya juga mengikuti pola makan Food Combining untuk menyembuhkan penyakit ini. Saya juga sudah minta ijazah amalan dari kyai dan diberi Hizb Nawawi, rotibul hadad, sholawat alhabibil mahbub, dll. Tapi nampaknya Allah belum sepenuhnya berkenan memberi kesembuhan.
Jujur saja, saya sudah sering sekali meninggalkan sholat jumat karena takut akan kambuh saat sedang jumatan.
Kemarin, saya nekat ikut jumatan sengaja datang pas pertengahan khutbah agar tidak terlalu lama menunggu dan ternyata kambuh sensasinya. Jantung berdebar sangat cepat, dada terasa nyeri dan panas, mata berkunang-kunang, panik berlebihan.
Saya merasa kangen bisa jumatan seperti dulu. Setiap lewat masjid, saya berdoa semoga Allah berkenan mengundangku ke sana lagi seperti dulu lagi. Setiap melihat orang pulang jumatan saya berdoa “barokahnya orang itu semoga membuatku bisa jumatan seperti dulu lagi”.
Pertanyaan Saya:
Bolehkah saya mengganti sholat jum’at dengan sholat dzuhur saja? Apakah penyakit yang saya derita bisa menjadi alasan uzur meninggalkan sholat jumat itu? Apa saja batasan sensasi yang saya alami hingga bisa dikatakan masuk syarat uzur meninggalkan sholat jumat?
Terimakasih sebelumnya.
JAWABAN
Salah satu syarat wajibnya hadir shalat Jumat adalah sehat alias tidak sakit. Sakit di sini tidak ada batasannya. Pokoknya yang memenuhi kriteria sakit maka dibolehkan untuk tidak shalat Jumat. Baca detail: Panduan Shalat Jumat
PEKERJAAN SEBABKAN TINGGALKAN SHALAT
Assalamualaikum
Mau tanya Ustadz tentang pekerjaan saya haram atau halal atau istidraj.
Begini, saya kan kerja dilogistic bagian pengambilan barang. Setiap harinya saya diburu customer karena rata untuk jam pengambilan jam 3 sore sampai sampai jam 6 malam dan ada puluhan Toko yang harus saya pickup (saya ambil barangnya). Jadi saya harus buru2 untuk mengejar customer supaya tidak tutup karena rata2 jam 5-6 udah tutup.
Ini berimbas pada waktu sholat saya yang terbengkalai. Boro2 nyari masjid, dengan waktu yang diberikan saja saya masih terlunta lunta untuk mengejar customer. Jika tidak bisa mengambil barang dicustomer dengan alasan apapun, saya tidak dapat gaji bahkan bisa PHK.
Nah bagaimanakah hukum pekerjaan saya ini Ustdadz? Karena saya tiap hari tidak bisa sholat ashar dan Maghrib karena tidak cukup waktu. Apakah saya harus keluar kerja atau gimana?
Mohon petunjuknya…
JAWABAN
Soal pekerjaan, maka selagi jenis kerjanya halal, maka gajinya juga halal.
Baca juga: Shalat Jumat bagi ABK (anak buah kapal)
Soal shalat ashar dan maghrib yang ditinggalkan, maka itu soal lain dan tidak ada kaitanya dengan pekerjaan. Namun demikian, sebenarnya anda bisa melakukan kedua shalat tersebut. Jam 3 WIB biasanya sudah masuk waktu shalat Ashar. Anda bisa shalat lebih dulu sebelum berangkat atau shalat ashar sebelum shalat maghrib tiba. Begitu juga, shalat Maghrib anda bisa melakukannya setelah jam 6 malam. Karena waktu maghrib itu memanjang sampai sebelum masuk waktu shalat isya.
Shalat bisa dilaksanakan sendirian dan waktunya hanya sekitar 5 menit. Anda sangat bisa mengambil waktu 5 menit di sela-sela kerja untuk shalat ashar. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bisa shalat. Baca detail: Panduan Shalat 5 Waktu