Istri pecandu medsos dan jarang shalat
Istri pecandu medsos dan jarang shalat apa sebaiknya dicerai saja karena tidak bisa dinasihati dan selalu menentang nasihat suami. Dia ibu rumah tangga murni yang tidak bekerja. Hanya diam di rumah sambil asyik main medsos.
Assalamu’alaikum wr wb.
Ustadz yg saya hormati,
Semoga ustadz ada dalam lindungan dan keberkahan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Sebelumnya saya mohon izin untuk curhat panjang lebar mengenai persoalan kehidupan rumah tangga saya. Semoga ustadz berkenan dan memberikan jawaban.
Persoalan saya akan dibagi menjadi dua, karena khawatir berlainan topik dan terlalu panjang apabila digabung.
ISTRI BANYAK LEHA LEHA DAN MALAS SHOLAT
Saya sudah menikah dan belum punya anak. Kami sengaja menunda memiliki anak. Saya baru menjalani pernikahan 2.5 tahun menuju 3 tahun.
Awal mula perkenalan saya dengan istri bermula dari teman saya yang mengirim kontak saya dan istri saya untuk saling berkenalan via hape. Kata teman saya ada wanita yg ingin berhijrah dan menikah, sayapun langsung mengontak dia karena pada saat itu saya memang sedang mencari jodoh.
Cukup lama kami berkontakan dengan dia via hape, diketahui bahwa istri saya mempunyai masa lalu yang sangat kelam dan ingin hijrah serta menikah agar bisa menjaga diri dan memperbaiki dirinya.
Tak lama sayapun mengajaknya menikah karena keinginan dia yg ingin hijrah dan memperbaiki diri. Walau berat dengan masa lalunya, tapi karena ucapan kesiapan dirinya untuk berhijrah dan siap dibimbing menjadi lebih baik, maka sayapun berani mengambil langkah menikahinya. Satu tujuan kita saat itu dalam mengambil langkah menikah ini yaitu berhijrah, memperbaiki diri, dan berumah tangga yang baik.
Tapi kenyataannya, setelah 2.5 tahun menjalani pernikahan ternyata istri saya jarang sholat, malas2an dalam sholat, dan bahkan tidak sholat…
Sayapun kecewa, dan selain kecewa karena dia selalu meninggalkan sholat, saya kecewa juga dalam keseriusan dirinya dalam urusan berumah tangga,
Ia malas2an dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Ia punya kebiasaan jelek, yaitu banyak main hape, main medsos, nonton youtube, dsb. Banyak tiduran di kasur, dan malas2an mengerjakan pekerjaan rumah.
Ia juga punya sifat yg jorok dan berantakan. Tiap abis makan, piring digeletakin sembarangan, pakaian bertebaran padahal lemari ada, cucian menumpuk tidak dikerjakan. Padahal mesin cuci ada. Tiap memakai barang, setelahnya barang tsb digeletakkan begitu saja sembarangan, sehingga keadaan rumah selalu berantakan. Bahkan sampah2 bekas makananpun selalu berceceran tidak langsung dibuang kalau tidak saya tegur. Iapun malas memasak, bahkan untuk sekedar memasak nasipun dia tetap malas, padahal urusan lauknya tidak mengapa tiap hari beli ke warteg (karena malas memasak). Tapi untuk masak nasinya saja dia sangat malas seolah tidak ada niat untuk berbakti pada suami.
Memang, di awal pernikahan dia menunjukkan hijrahnya, mulai rajin sholat, mengaji, dan mengqodo sholat yang ia tinggalkan. Tapi makin kesini ia kembali ke kebiasaannya dulu. Mulai jarang sholat lagi, malas melaksanakan sholat, dan bahkan tidak sholat sama sekali.
Saya sudah sering menasihati dia untuk tidak berantakan dan rajin beres2 rumah, menyuruhnya sholat, dan menasihatinya agar tidak meninggalkan sholat 5 waktu. Tapi dia tetap saja tidak melaksanakan sholat 5 waktu dan hidup jorok berantakan.
Waktu berlalu, lama kelamaan saya tidak betah dan tidak nyaman dengan gaya hidupnya dia yang seperti itu (jorok dan berantakan). Dan tidak nyaman pula keseringan melihat orang tidak sholat walau sudah diajak n diperintah.
Waktu terus berjalan, enam bulan, satu tahun, satu setengah tahun, dua tahun, sampai sekarang dua setengah tahun saya beri waktu kesempatan untuk ia berubah.
Namun ia tidak menunjukkan perubahan yang serius. Dia tetap saja malas2an. Malas sholat dan malas mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Memang saya akui bahwa sesungguhnya semua pekerjaan rumah tangga itu sejatinya kewajiban suami, namun tidak adakah niat baik ia untuk berbakti pada suami dan meringankan pekerjaan suami?
Bahkan jika dengan cara sedikit keras saya berbicara ujung2nya malah bertengkar.
Padahal saat di saat ia mau mengerjakan pekerjaan rumah saya turut membantunya walau di sela2 saya kelelahan sepulang kerja. Tetap saja dia banyak bermalas2an… Bangun siang, makan, tidur, maen hape, tidur lagi, begitu saja kebanyakan aktifitasnya kesehariannya.
Memang, bukan berarti dia tidak mengerjakan pekerjaan rumah selama setahun penuh, Tapi mengerjakan pekerjaan rumah sangatlah jarang ia lakukan. Dia nyuci dan ngepel mungkin sebulan sekali. Itupun setelah rumah seperti tempat penampungan sampah, dan setelah digertak dengan sedikit keras.
Mencuci baju juga mungkin sebulan sekali. Itupun tidak menyelesaikan semua tumpukan cuciannya. Mungkin hanya mencuci baju yg dia perlukan saat itu. Sedangkan baju2 saya, dan semua keperluan yang bersangkutan dengan saya, itu saya bereskan semua sendiri.
Dan saya adalah seorang buruh pabrik yang menghabiskan banyak waktu di pabrik, juga waktu di perjalanan pabrik (jarak rumah-pabrik lumayan jauh) dan sedikit waktu ada di rumah, sehingga saya butuh sosok yang dapat membantu mengurus pekerjaan rumah tangga.
Saya hanya bisa mengerjakan pekerjaan rumah ketika waktu libur, itupun tidak semua terselesaikan, saking banyaknya pekerjaan rumah.
Istri saya selalu di rumah dan kita belum memiliki anak, sehingga sebenarnya banyak waktu yang dapat dia manfaatkan untuk mengurus rumah dibanding waktu saya, dan belum direpotkan pula oleh anak balita.
Sehingga menurut pandangn saya tidak ada alasan untuk dia bermalas2an mengerjakan rumah (dia tidak kerja dan belum punya anak) Sering juga ketika dinasihati, dia membentak dan berbicara dengan nada tinggi, seolah tidak terima.
Sehingga dengan semua kejadian ini, jika terus begini, saya merasa berat berumah tangga dengan dirinya.
Pertanyaan saya ustadz,,
1. Bagaimana sebaiknya saya melangkah kedepan, tetap bertahan dengan dia, atau harus bagaimana? (Saya sudah tidak tahan dengan gaya hidupnya yang jorok, berantakan, dan susah dinasihati)
2. Kalo sebaiknya saya bertahan, (karena ada pepatah, ‘baik buruk itu tetap istri kamu, harus saling menerima kekurangan dalam pernikahan’), Apakah sering meninggalkan sholat fardu adalah perkara yg dapat ditolerir?, boleh dipertahankan dalam pernikahan Islami? Mengingat saya sudah sering mengingatkan dia sholat, dan menasihati jangan meninggalkan yg 5 waktu. Tapi dia tetap malas2an dan meninggalkan sholat 5 waktu.
3. Bolehkah saya bercerai dengannya? Mengingat waktu 2,5 tahun bagi saya waktu yang cukup untuk memberikan dia kesempatan agar berubah. Tapi dia tidak menunjukkan perubahan yg serius dalam hijrahnya dan tidak menunjukkan keseriusan berbakti dalam mengurus rumah tangga.
Dan dalam pandangan saya, rumah tangga yang seperti ini (banyak malas2an, leha2, dan tidak melaksanakan sholat) adalah rumah tangga yang tidak sehat.
Saya juga khawatir apabila terus berlanjut dengan dia, jika nanti punya anak, didikan ibunya lalai terhadap sholat & menyepelekan sholat, dan tidak diajarkan untuk rajin menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Tambahan :
Dan jikapun sebaiknya saya tetap bertahan, tidak bercerai, tetap berusaha sabar menghadapinya, sembari terus menasihatinya, saya masih punya rasa khawatir untuk melanjutkan pernikahan ini karena ada persoalan yang kedua, yang saya akan rinci pada email berikutnya.
Oya, sekedar informasi, kedua orang tua saya sudah lama meninggal sejak remaja, tapi kedua orang tua istri saya masih ada. Ibu mertua ada, seorang janda, tinggal bersama kakak istri saya dan suaminya. Bekerja di warung makan. Ibu mertua sudah lama bercerai dengan suaminya.
Terimakasih atas perhatiannya ustadz dan saya menunggu jawaban dari ustadz.
Wasaalamu’alaikum wr wb
JAWABAN
1. Anda bisa memilih untuk menceraikannya. Apalagi anda berdua belum memiliki keturunan. Sebagaimana sikap Rasulullah ketika ditanya Sahabat tentang masalah serupa. Baca detail: Menyikapi Pasangan Pendosa atau Selingkuh
2. Kalau anda sudah mengingatkan dia, maka lepaslah anda dari tanggungjawab dosanya. Sebagaimana Rasulullah mengajak orang kafir ke Islam dan tidak semuanya mendengarkan seruan beliau. Baca detail: Amar Makruf Nahi Munkar
3. Boleh. Seperti dijelaskan dalam jawaban 1, Rasulullah sendiri memberi pilihan pada suami untuk bercerai atau bertahan dalam menghadapi istri yang pendosa. Baca detail: Menyikapi Pasangan Pendosa atau Selingkuh
Baca juga: Cara bertanya