Tiga Jenis Ilmu Agama
Tiga Jenis Ilmu Agama Ilmu syariah atau ilmu agama dari segi hukum mempelajarinya terbagi menjadi tiga bagian: fardhu ain, fardhu kifayah dan sunnah.
1. Ilmu yang Fardhu Ain
Pertama, ilmu yang fardhu ain. Yakni, ilmu agama yang wajib dipelajari oleh setiap muslim yang aqil baligh (berakal sehat dan dewasa secara syariah) dan berdosa apabila tidak melakukannya.
Ilmu yang fardhu ain ini adalah setiap ilmu yang dibutuhkan untuk keabsahan ibadah atau muamalah (non ibadah) yang dilakukannya.
Ilmu agama yang fardhu ain antara lain adalah yang terkait dengan rukun Islam yaitu shalat, puasa, haji, zakat dan yang terkait dengannya seperti wudhu, masalah najis dan suci.
Oleh karena itu, wajib bagi muslim belajar cara wudhu, shalat, dan hukum-hukum dasar dalam masalah puasa dan zakat bagi muslim yang memiliki harta mencapai nishob. Wajib belajar hukum dasar haji bagi yang mampu haji.
Ilmu Agama Dasar
- Tata cara wudhu
- Tatacara mandi wajib
- Najis dan cara menyucikan
- Cara shalat lima waktu
- Puasa Ramadhan
- Zakat Fitrah
- Haji dan Umroh
- Zakat Harta
Juga, wajib belajar hukum muamalah yang dibutuhkan. Seperti, pedagang atau pekerja di bidang tukar uang, maka wajib baginya belajar hukum soal ini menurut syariah Islam.
Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 1/24, menyatakan:
فرض العين وهو تعلم المكلف ما لا يتأدى الواجب الذي تعين عليه فعله إلا به ، ككيفة الوضوء والصلاة ونحوها وعليه حمل جماعات الحديث المروي في مسند أبي يعلى الموصلي عن أنس عن النبي صلى الله عليه وسلم : ( طلب العلم فريضة على كل مسلم ) وهذا الحديث وإن لم يكن ثابتاً فمعناه صحيح
Artinya: .. ilmu agama yang fardhu ain yaitu belajarnya orang mukalaf pada ilmu yang mana tidak bisa terlaksana kewajiban agama kecuali dengannya. Seperti cara berwudhu, shalat, dan sejenisnya. Dalam konteks inilah hadis Nabi “Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim” itu diarahkan. Hadis ini walaupun secara sanad termasuk dhaif tapi maknanya sahih.
Kitab Fikih Dasar Ibadah dan Muamalah
– Terjemah Matan Taqrib
– Terjemah Fathul Qorib Syarah Taqrib
– Terjemah Minhajuth Thalibin Imam Nawawi
– Terjemah Safinatun Najah
– Terjemah Sullamut Taufiq
2. Ilmu Agama yang Fardhu Kifayah
Kedua, Ilmu Fardhu kifayah. Yaitu ilmu yang wajib di pelajari oleh sebagian muslim saja. Namun, kalau semua umat Islam tidak ada yang mempelajarinya, maka semuanya berdosa.
Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 1/26, menjelaskan:
وهو تحصيل ما لا بد للناس منه في إقامة دينهم من العلوم الشرعية كحفظ القرآن والأحايث وعلومهما والأصول والفقه والنحو واللغة والتصريف ومعرفة رواة الحديث والإجماع والخلاف .وأما ما ليس علماً شرعياً ويحتاج إليه في قوام أمر الدنيا كالطب والحساب ففرض كفاية أيضاً
Artinya: “Ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang harus dimiliki oleh umat Islam untuk menegakkan agama yaitu ilmu syariah seperti hafal Al Quran, hadis, ilmu al-Quran, ilmu hadis, ilmu ushul fiqih, fiqih, ilmu nahwu, lughah, sharaf, memahami perawi hadis, mengetahui ijmak ulama dan yang ikhtilaf. Adapun selain ilmu syariah, yakni ilmu umum, yang dibutuhkan untuk mendukung terlaksananya urusan duniawi seperti kedokteran, matematika, maka hukumnya fardu kifayah juga.”
Kitab Bahasa Arab Dasar
– Kitab Matan Ajurumiyah
– Terjemah Nazham Imrithi
– Terjemah Nazham Maqshud
3. Ilmu Agama yang Sunnah di pelajari
Ketiga, ilmu agama yang sunnah. Yaitu, ilmu agama yang mendapat pahala apabila di miliki tapi tidak berdosa apabila tidak di pelajari.
Termasuk dalam kategori ini adalah memperdalam ilmu agama (syariah) selain ilmu agama yang di wajibkan. Dalam sebuah hadis Nabi bersabda: Mempelajari ilmu agama itu lebih utama dari ibadah sunnah.
Imam Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 1/43, menjelaskan:
فصل في ترجيح الاشتغال بالعلم على الصلاة والصيام وغيرهما من العبادات القاصرة على فاعلها ] قد تقدمت الآيات الكريمات في هذا المعنى كقوله تعالى : ( ِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ )
ومن الأحاديث ما سبق كحديث ابن مسعود : { لا حسد إلا في اثنتين } ، وحديث : { من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين } ، وحديث : { إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث } ، وحديث : { فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم } ، وحديث : { فقيه واحد أشد على الشيطان من ألف عابد
Artinya: Bab tentang kelebihan menuntut ilmu di bandingkan shalat dan puasa sunnah dan sejenisnya seperti ibadah yang (manfaatnya) terbatas pada pelakunya saja. Telah di sebutkan firman-firman Allah dalam pengertian ini. Seperti firman Allah QS Az-Zumar 39:9 Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” … Beberapa hadis soal ini antara lain dari Ibnu Mas’ud “Tidak ada hasad kecuali dalam dua perkara.”[1] Dan hadis “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan memberinya pemahahaman dalam agama.” Dan hadis “Apabila mati seorang manusia maka putuslah amalnya kecuali tiga…”[2] Dan hadis “Keutamaan orang berilmu dibanding ahli ibadah seperti keutamaanku dibandingkan yang paling rendah di antara kalian”.[3] Dan hadis “Satu ahli agama lebih berat bagi setan di banding seribu ahli ibadah.”[4]
4. Hukum belajar Ilmu sains dan teknologi adalah Fardhu Kifayah
Ibnu Muflih dalam Al-Adab Al-Syar’iyah, hlm. 2/84, menyatakan:
وذكر ابن هبيرة أن علم الحساب والطب والفلاحة فرض على الكفاية
Artinya: Ibnu Haibarah menuturkan bahwa ilmu matematika, kedokteran, pertanian hukumnya fardhu kifayah.
Ibnu Muflih bahkan mengutip pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ghazali yang menyatakan hal yang sama yakni wajib kifayah mempelajari ilmu pengetahuan (sains dan teknologi). Imam Ghazali dalam kitab Fatihatul Ilmi menyatakan:
علم الطب فرض كفاية، وإنه لا يجوز ترك المداواة، وقد قال حرملة: سمعت الشافعي يقول: شيئان أغفلهما الناس: العربية والطب، وقال الربيع: سمعت الشافعي يقول: العلم علمان: علم الأديان، وعلم الأبدان
Artinya: Ilmu kedokteran hukumnya fardhu kifayah. Hukumnya tidak boleh meninggalkan pengobatan. Harmalah berkata: Aku mendengar Imam Syafi’i berkata: Ada dua hal yang banyak dilupakan manusia yaitu bahasa Arab dan kedokteran. Al-Rabi’ berkata: Aku mendengar Imam Syafi’i berkata: Ilmu itu ada dua jenis: ilmu agama dan ilmu fisik. (dikutip Ibnu Muflih dalam Al-Adab Al-Syar’iyah, hlm. 2/284).
Catatan kaki
[1] Teks lengkap:
لَا حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ، رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
صحيح البخاري برقم 73، وصحيح مسلم برقم 816
[2] Teks lengkap:
إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
[3] Teks lengkap:
عن أبي أمامة الباهلي -رضي الله عنه- أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: «فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم»، ثم قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: «إن الله وملائكته وأهل السماوات والأرض حتى النملة في جحرها وحتى الحوت ليصلون على معلمي الناس الخير».
رواه الترمذي برقم (2686) وقال حديث حسن. والحديث في إسناده ضعف، ورواه الدارمي: 1/88 عن مكحول بإسناد حسن مرسل، و: 1/97 – 98 عن الحسن البصري بإسناد حسن مرسل أيضاً فيتقوى بهما. ينظر: مختصر منهاج القاصدين ص 21 – الهامش.
[4] Hadis hasan gharib (ref: Tuhfatul Ahwadzi, hlm. 7/374).
رواه البخاري في التاريخ 3/308
رواه الترمذي 2681
Baca: Tanya jawab agama