Air Najis dan Air Suci
Air Najis dan Air Suci
الماء الذي ينجس والذي لا ينجس
( قال الشَّافِعِيُّ ) رَحِمَهُ اللَّهُ الْمَاءُ مَاءَانِ مَاءٌ جَارٍ وَمَاءٌ رَاكِدٌ فَأَمَّا الْمَاءُ الْجَارِي فإذا وَقَعَ فيه مُحَرَّمٌ من مَيْتَةٍ أو دَمٍ أو غَيْرِ ذلك
فَإِنْ كان فيه نَاحِيَةٌ يَقِفُ فيها الْمَاءُ فَتِلْكَ النَّاحِيَةُ منه خَاصَّةً مَاءٌ رَاكِدٌ يَنْجُسُ إنْ كان مَوْضِعُهُ الذي فيه الْمَيْتَةُ منه أَقَلَّ من خَمْسِ قِرَبٍ نَجُسَ وَإِنْ كان أَكْثَرَ من خَمْسِ قِرَبٍ لم يَنْجُسْ إلَّا أَنْ يَتَغَيَّرَ طَعْمُهُ أو لَوْنُهُ أو رِيحُهُ
فَإِنْ كان جَارِيًا لَا يَقِفُ منه شَيْءٌ فإذا مَرَّتْ الْجِيفَةُ أو ما خَالَطَهُ في الْجَارِي تَوَضَّأَ بِمَا يَتْبَعُ مَوْضِعَ الْجِيفَةِ من الْمَاءِ لِأَنَّ ما يَتْبَعُ مَوْضِعَهَا من الْمَاءِ غَيْرُ مَوْضِعِهَا منه لِأَنَّهُ لم يُخَالِطْهُ نَجَاسَةٌ
وَإِنْ كان الْمَاءُ الْجَارِي قَلِيلًا فيه جِيفَةٌ فَتَوَضَّأَ رَجُلٌ مِمَّا حَوْلَ الْجِيفَةِ لم يُجْزِهِ إذَا ما كان حَوْلَهَا أَقَلُّ من خَمْسِ قِرَبٍ كَالْمَاءِ الرَّاكِدِ وَيَتَوَضَّأُ بِمَا بَعْدَهُ لِأَنَّ مَعْقُولًا في الْمَاءِ الْجَارِي أَنَّ كُلَّ ما مَضَى منه غَيْرُ ما حَدَثَ وَأَنَّهُ ليس وَاحِدًا يَخْتَلِطُ بَعْضُهُ بِبَعْضٍ فإذا كان الْمُحَرَّمُ في مَوْضِعٍ منه يَحْتَمِلُ النَّجَاسَةَ نَجُسَ
Tentang Air Najis dan air yang tidak najis alias suci. Perincian tentang Air mengalir dan air diam. Adapun air mengalir apabila kejatuhan perkara haram (najis) seperti bangkai, darah, dan lain-lain.
Pengajian ke-4 Kitab Al-Umm di Ponpes Al-Khoirot Malang
Imam Shafi’i berkata: Air terbagi menjadi dua. Air mengalir dan air diam. Adapun air mengalir apabila kejatuhan perkara haram (najis) seperti bangkai, darah, dan lain-lain maka dirinci sebagai berikut:
a) Apabila dalam air yang mengalir itu terdapat cekungan tempat berdiamnya air–di mana cekungan itu menjadi bagian darinya–maka air yang diam di dalamnya statusnya najis apabila air di tempat cekungan itu kurang dari dua kullah; apabila mencapai 2 kullah atau lebih maka tidak najis kecuali apabila berubah rasa, warna dan baunya.
b) Apabila dalam air yang mengalir itu tidak terdapat cekungan tempat berdiamnya air, maka apabila ada bangkai lewat atau hal najis yang mencampuri air, maka boleh berwudhu dengan air yang berada di belakang bangkai tersebut. Karena air yang mengalir yang berada di belakang bangkai tidak sama dengan yang di depannya.[1] Jadi, tidak tercampur najis.
c) Apabila air yang mengalir itu sedikit dan mengandung bangkai kemudian air di sekitar bangkai tersebut dibuat wudhu, maka hukumnya tidak sah apabila kurang dari 2 qullah karena hukumnya sama dengan air diam. Dan boleh berwudhu pada air yang berada di belakangnya. Karena pengertian dari air mengalir adalah bahwa setiap sesuatu yang sudah lewat itu tidak sama dengan aliran air yang baru. Dan bahwasanya air mengalir tidaklah menyatu yang bercampur satu dengan yang lain. Apabila perkara haram (najis) itu berada di tempat air yang berkemungkinan najis[2], maka hukum air juga najis.
==============
CATATAN:
[1] Misalnya, kalau air mengalir ke arah utara, maka yang dimaksud “di belakang bangkai” adalah sebelah selatannya. Sedang “di depan bangkai” adalah sebelah utaranya bangkai.
[2] Artinya air yang kurang 2 qullah.
الماء الذي ينجس والذي لا ينجس
ولولا ما وصفت وكان الماء الجاري قليلا فخالطت النجاسة منه موضعا فجرى ، نجس الباقي منه إذا كانا إذا اجتمعا معا يحملان النجاسة ، ولكنه كما وصفت كل شيء جاء منه غير ما مضى ، وغير مختلط بما مضى والماء الراكد في هذا مخالف له ; لأنه مختلط كله فيقف فيصير ما حدث فيه مختلطا بما كان قبله لا ينفصل فيجري بعضه قبل بعض كما ينفصل الجاري
Seandainya tidak ada sifat yang disebut sedangkan air mengalir itu sedikit[1], kemudian ada najis yang bercampur di salah satu bagian air yang mengalir, maka air sisanya hukumnya najis apabila (a) keduanya–yakni najis dan sebagian air–seandainya berkumpul masih berkemungkinan najis[2]. Akan tetapi seperti sudah disebut dalam soal air mengalir, air yang baru datang statusnya berbeda dengan air yang sudah lewat dan tidak bercampur dengan air sebelumnya.
Adapun air yang diam itu berbeda. Karena air diam itu bercampur semuanya. Air diam yang baru datang itu bercampur dengan air diam yang sudah ada sebelumnya dan tidak terpisah. Sebagian air mengalir pada sebagian yang lain sebagaimana terpisahnya air yang mengalir.
===================
CATATAN:
[1] Artinya kurang 2 qullah.
[2] Yakni sedikit atau kurang 2 qullah.
الماء الذي ينجس والذي لا ينجس
( قال الشافعي ) : وإذا كان الماء الجاري قليلا أو كثيرا فخالطته نجاسة فغيرت ريحه أو طعمه أو لونه كان نجسا ، وإن مرت جريته بشيء متغير بحرام خالطه فتغيرت ثم مرت به جرية أخرى غير متغيرة فالجرية التي غير متغيرة طاهرة ، والمتغيرة نجسة ( قال ) وإذا كان في الماء
الجاري موضع منخفض فركد فيه الماء ، وكان زائلا عن سنن جريته بالماء يستنقع فيه فكان يحمل النجاسة فخالطه حرام نجس ; لأنه راكد وكذلك إن كان الجاري يدخله إذا كان يدخله منه ما لا يكثره حتى يصير كله خمس قرب ، ولا يجري به وإن كان في سنن الماء الجاري موضع منخفض فوقع فيه محرم ، وكان الماء يجري به فهو جار كله لا ينجس إلا بما ينجس به الجاري وإذا صار الماء الجاري إلى موضع يركد فيه الماء فهو ماء راكد ينجسه ما ينجس الماء الراكد
Imam Syafi’i berkata: Apabila air yang mengalir itu sedikit atau banyak kemudian kecampuran najis dan berubah bau, rasa dan warnanya maka hukumnya najis.
Apabila air yang mengalir bercampur najis dan berubah, kemudian lewat air mengalir berikutnya yang tidak berubah, maka air yang tidak berubah hukumnya suci. Sedangkan yang berubah hukumnya najis.
Imam Syafi’i berkata: Apabila dalam air mengalir itu terdapat tempat rendah lalu air itu diam di situ dan lepas dari aliran lain dan air tersebut berkemungkinan najis[1], kemudian bercampur barang haram (najis), maka hukumnya najis. Karena statusnya air diam.
(bersambung)
===============
CATATAN:
[1] Artinya kurang 2 kullah.
Satu tanggapan pada “Air Najis dan Air Suci”
Komentar ditutup.