Kirim pertanyaan via email ke: alkhoirot@gmail.com

     

Islamiy.com

Situs konsultasi Islam online.

Bab Hukum Zakat Kitab Fathul Qorib

Bab Zakat Fathul Qorib

Bab Hukum Zakat Kitab Fathul Qorib

Daftar isi

  1. KITAB HUKUM-HUKUM ZAKAT
    1. BAB ZAKAT ONTA
    2. BAB ZAKAT KAMBING
    3. BAB ZAKAT SAPI
    4. BAB ZAKAT PERSERO
    5. BAB ZAKAT EMAS
    6. BAB ZAKAT PERAK
    7. BAB ZAKAT HASIL PERTANIAN DAN BUAH-BUAHAN
    8. BAB ZAKAT DAGANGAN
    9. BAB ZAKAT HARTA TAMBANG DAN HARTA KARUN
    10. BAB ZAKAT FITRAH
    11. BAB GOLONGAN PENERIMA ZAKAT
  2. TERJEMAH KITAB FATHUL QORIB


KITAB HUKUM-HUKUM ZAKAT

Zakat secara bahasa adalah berkembang. Dan secara syara’ adalah nama harta tertentu yang diambil dari harta tertentu dengan cara tertentu dan diberikan pada golongan tertentu. وَهِيَ لُغَةً النَّمَاءُ وَشَرْعًا اسْمٌ لِمَالٍ مَخْصُوْصٍ يُؤْخَذُ مِنْ مَالٍ مَخْصُوْصٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوْصٍ يُصْرَفُ لِطَائِفَةٍ مَخْصُوْصَة ٍ
Zakat wajib dilakukan di dalam lima perkara. (تَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ خَمْسَةِ أَشْيَاءَ
Lima perkara tersebut adalah hewan ternak. Seandainya mushannif mengungkapkan dengan bahasa “an na’am”, maka hal itu lebih baik karena bahasa “an na’am” itu lebih khusus cakupannya daripada bahasa “al mawasyi”, dan pembahasan di sini adalah di dalam binatang ternak yang lebih khusus. وَهِيَ الْمَوَاشِيْ) وَلَوْ عَبَّرَ بِالنَّعَمِ لَكَانَ أَوْلَى لِأَنَّهَا أَخَصُّ مِنَ الْمَوَاشِيْ وَالْكَلَامُ هُنَّا فِي الْأَخَصِّ
Dan -yang kedua- al atsman (mata uang). Yang dikehendaki dengan atsman adalah emas dan perak. (وَالْأَثْمَانُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ
Dan -yang ke tiga- az zuru’ (hasil pertanian). Yang dikehendaki dengan az zuru’ adalah bahan makanan penguat badan. (وَالزُّرُوْعُ) وَأُرِيْدَ بِهَا الْأَقْوَاتُ
Dan -yang ke empat dan ke lima- buah-buahan dan barang dagangan. Masing-masing dari kelimanya akan dijelaskan secara terperinci. (وَالثِّمَارُ وَعُرُوْضُ التِّجَارَةِ) وَسَيَأْتِيْ كُلٌّ مِنَ الْخَمْسَةِ مُفَصَّلًا.

 

Zakat Binatang Ternak

 

Adapun binatang ternak, maka wajib mengeluarkan zakat di dalam tiga jenis darinya, yaitu onta, sapi dan kambing. (فَأَمَّا الْمَوَاشِي فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ ثَلَاثَةِ أَجْنَاسٍ مِنْهَا وَهِيَ الْإِبِلُ وَالْبَقَرُ وَالْغَنَمُ)
Maka tidak wajib mengeluarkan zakat di dalam kuda, budak dan binatang yang lahir semisal dari hasil perkawinan kambing dan kijang. فَلَا تَجِبُ فِيْ الْخَيْلِ وَالرَّقِيْقِ وَالْمُتَوَلِّدِ مَثَلًا بَيْنَ غَنَمٍ وَظِبَاءٍ
Syarat wajib zakat ternak ada enam perkara. Dalam sebagian redaksi matan diungkapkan dengan bahasa “ enam khishal”. (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِهَا سِتَّةُ أَشْيَاءَ) وَفِيْ بَعْضِ نُسَخِ الْمَتْنِ سِتُّ خِصَالٍ
Yaitu Islam. Maka zakat tidak wajib bagi orang kafir asli. (الإِسْلَامُ) فَلَا تَجِبُ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ
Adapun orang murtad, maka menurut pendapat yang shahih sesungguhnya hartanya dipending dulu. Jika kembali masuk Islam, maka baginya wajib mengeluarkan zakat. Dan jika tidak, maka tidak wajib. وَأَمَّا الْمُرْتَدُ فَالصَّحِيْحُ أَنَّ مَالَهُ مَوْقُوْفٌ فَإِنْ عَادَ إِلَى الْإِسْلَامِ وَجَبَتْ عَلَيْهِ وَ إِلاَّ فَلاَ
Dan -syarat kedua- merdeka, maka zakat tidak wajib bagi seorang budak. (وَالْحُرِّيَّةُ) فَلَا زَكَاةَ عَلَى رَقِيْقٍ
Adapun budak muba’ad[1][1], maka baginya wajib mengeluarkan zakat dari harta yang ia miliki dengan sebagian dirinya yang merdeka. وَأَمَّا الْمُبَعَّضُ فَتَجِبُ عَلَيْهِ الزَّكَاةُ فِيْمَا مَلَكَهُ بِبَعْضِهِ الْحُرِّ
Dan milik sempurna. Maksudnya, milik yang lemah tidak wajib untuk dizakati seperti barang yang di beli namun belum diterima, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebagaimana indikasi dari ungkapan mushannif yang mengikut pada Qaul Qadim, namun menurut Qaul Jadid wajib mengeluarkan zakat. (وَالْمِلْكُ التَّامُ) أَيْ فَالْمِلْكُ الضَّعِيْفُ لَا زَكَاةَ فِيْهِ كَالْمُشْتَرَى قَبْلَ قَبْضِهِ لَا تَجِبُ فِيْهِ الزَّكَاةُ كَمَا يَقْتَضِيْهُ كَلَامُ الْمُصَنِّفِ تَبْعًا لِلْقَوْلِ الْقَدِيْمِ لَكِنِ الْجَدِيْدُ الْوُجُوْبُ
Sudah mencapai satu nishab dan setahun. Sehingga, kalau masing-masing kurang dari batas tersebut, maka tidak wajib zakat. (وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) فَلَوْ نَقَصَ كُلٌّ مِنْهُمَا فَلَا زَكَاةَ
Saum, yaitu dikembalakan di rumput yang mubah. (وَالسَّوْمُ) وَهُوَ الرَّعْيُ فِيْ كَلَاءٍ مُبَاحٍ
Seandainya binatang ternak tersebut diberi makan dalam jangka waktu lebih lama dalam setahun, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya. فَلَوْ عُلِفَتِ الْمَاشِيَةُ مُعْظَمَ الْحَوْلِ فَلَا زَكَاةَ فِيْهَا
Jika binatang ternak tersebut diberi makan selama setengah tahun atau kurang dengan kadar makanan yang mana ternak tersebut bisa hidup tanpa makanan tersebut tanpa mengalami dampak negatif yang nampak jelas, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya. وَإِنْ عُلِفَتْ نَصْفَهُ فَأَقَلَّ قَدْرًا تَعِيْشُ بِدُوْنِهِ بِلَاضَرَرٍ بِيِّنٍ وَجَبَتْ زَكَاتُهَا وَإلَّا فَلاَ

 

Zakat Emas Dan Perak

 

Adapun atsman (mata uang), maka wajib pada dua barang yaitu emas dan perak, baik yang sudah dicetak atau tidak. Dan nishabnya akan dijelaskan di belakang. (وَأَمَّا الْأَثْمَانُ فَشَيْآنِ:الذَّهَبُ وَالْفِضَّةُ) مَضْرُوْبَيْنِ كَانَا أَوْ لاَ وَسَيَأْتِ نِصَابُهُمَا
Syarat-syarat wajib zakat di dalam atsman adalah lima perkara, yaitu Islam, merdeka, milik sempurna, nishab dan mencapai satu tahun. Dan semuanya akan dijelaskan di belakang. (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الْأَثْمَانِ (خَمْسَةُ أَشْيَاءَ الإِسْلَامُ وَالْحُرِّيَّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ وَالنِّصَابُ وَالْحَوْلُ) وَسَيَأْتِيْ بَيَانُ ذَلِكَ.

Zakat Hasil Pertanian

 

Adapun az zuru’, maka wajib mengeluarkan zakatnya dengan tiga syarat. Yang dikehendaki oleh mushannif dengan az zuru’ adalah bahan makanan penguat badan, yaitu berupa gandum putih, gandum merah, kedelai, dan beras, begitu juga bahan makanan penguat badan yang dikonsumsi dalam keadaan normal seperti jagung dan kacang. (وَأَمَّا الزُّرُوْعُ) وَأَرَادَ الْمُصَنِّفُ بِهَا الْمُقْتَاتَ مِنْ حِنْطَةٍ وَشَعِيْرٍ وَعَدَسٍ وَأَرُزٍّ وَكَذَا مَا يُقْتَاتُ اخِتِيَارًا كَذُرَّةٍ وَحِمْصٍ (فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ
Syarat tersebut yaitu hasil pertanian tersebut termasuk tanaman yang ditanam oleh anak Adam. أَنْ يَكُوْنَ مِمَّا يَزْرَعُهُ) أَيْ يَسْتَنْبِتُهُ (الآدَمِيُّوْنَ)
Jika tumbuh dengan sendirinya sebab terbawa air atau angin, maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya. فَإِنْ نَبَتَ بِنَفْسِهِ بِحَمْلِ مَاءٍ أَوْ هَوَاءٍ فَلَا زَكَاةَ فِيْهِ
-yang kedua- hasil tersebut termasuk bahan makanan yang kuat disimpan. (وَأَنْ يَكُوْنَ قُوْتًا مُدَخَّرًا)
Baru saja telah dijelaskan pengertian “bahan makananan penguat badan”. Dengan bahasa “bahan makanan penguat badan”, mengecuali hasil pertanian yang tidak dibuat bahan makanan penguat badan, yaitu berupa tanaman bumbu seperti tanaman al kammun (bumbu-bumbuan). وَسَبَقَ قَرِيْبًا بَيَانُ الْمُقْتَاتِ وَخَرَجَ بِالْقُوْتِ مَا لَا يُقْتَاتُ مِنَ الْأَبْزَارِ نَحْوُ الْكَمُّوْنِ
-syarat ke tiga- harus mencapai satu nishab, yaitu lima wasaq tanpa kulit. (وَأَنْ يَكُوْنَ نِصَابًا وَهُوَ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ لَاقِشْرَ عَلَيْهَا)
Di dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa ”harus mencapai lima wasaq” dengan tidak menyertakan lafadz “nishab”. وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ وَأَنْ يَكُوْنَ خَمْسَةَ أَوْسُقٍ بِإِسْقَاِط نِصَابٍ.

 

Zakat Buah-Buahan

 

Adapun buah-buahan, maka yang wajib dizakati adalah dua buah-buahan. وَأَمَّا الثِّمَارُ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْ شَيْئَيْنِ مِنْهَا
Yaitu buah kurma dan buah anggur. Yang dikehendaki dengan kedua buah ini adalah kurma kering dan anggur kering. (ثَمْرَةِ النَّحْلِ وَثَمْرَةِ الْكَرَمِ) وَالْمُرَادُ بِهَاتَيْنِ الثَّمْرَتَيْنِ التَّمْرُ وَالْزَبِيْبُ
Syarat-syarat wajib zakat di dalam buah-buahan ada empat perkara : yaitu Islam, merdeka, milik sempurna dan nishab. (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ فِيْهَا) أَيِ الثِّمَارِ (أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الْإِسْلَامُ وَالْحُرِّيِّةُ وَالْمِلْكُ التَّامُ وَالنِّصَابُ)
Ketika salah satu dari syarat-syarat tersebut tidak ada, maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat. فَمَتَى انْتَفَى شَرْطٌ مِنْ ذَلِكَ فَلَا وُجُوْبَ

 

 

Zakat Dagangan

 

Adapun barang dagangan, maka wajib dizakati dengan syarat-syarat yang telah disebutkan di dalam zakat mata uang. (وَأَمَّا عُرُوْضُ التِّجَارَةِ فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهَا بِالشُّرُوْطِ الْمَذْكُوْرَةِ) سَابِقًا (فِيْ الْأَثْمَانِ)
Tijarah (dagang) adalah memutar balik harta karena tujuan mencari laba. وَالتِّجَارَةُ هِيَ التَّقْلِيْبُ فِيْ الْمَالِ لِغَرَضِ الرِّبْحِ.

[1][1] Muba’ad adalah seorang yang berstatus budak dan merdeka.

BAB ZAKAT ONTA

(Fasal) permulaan nishab onta adalah lima ekor, dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor kambing, maksudnya kambing jadz’atudla’nin yang telah berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun, atau kambing tsaniyatu ma’zin yang telah berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun. (فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْإِبِلِ خَمْسٌ: وَفِيْهَا شَاةٌ) أَيْ جَذْعَةُ ضَأْنٍ لَهَا سَنَةٌ وَدَخَلَتْ فِي الثَّانِيَةِ أَوْ ثَنِيَةُ مَعْزٍ لَهَا سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِيْ الثَّالِثَةِ
Perkataan mushannif, “di dalam sepuluh ekor onta wajib mengeluarkan dua kambing. Di dalam lima belas ekor wajib mengeluarkan tiga ekor kambing. Di dalam dua puluh ekor onta wajib mengeluarkan empat ekor kambing. Di dalam dua puluh lima ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu makhadl. Di dalam tiga puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor bintu labun. Di dalam empat puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta hiqqah. Di dalam enam puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta jadz’ah. Di dalam tujuh puluh enam ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor onta bintu labun. Di dalam sembilan puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor onta hiqqah. Dan di dalam seratus dua puluh satu ekor onta wajib mengeluarkan tiga ekor onta bintu labun. dan sampai akhir, itu sudah jelas dan tidak butuh untuk disyarahi / dijelaskan lagi. وَقَوْلُهُ (وَفِيْ عَشْرٍ شَاتَّانِ وَفِيْ خَمْسَةَ عَشَرَ ثَلَاثُ شِيَاهٍ وَفِيْ عِشْرِيْنَ أَرْبَعُ شِيَاهٍ وَفِيْ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ بِنْتُ مَخَاضٍ مِنَ الْإِبِلِ وَفِيْ سِتٍّ وَثَلَاثِيْنَ بِنْتُ لَبُوْنٍ وَفِيْ سِتٍّ وَ أَرْبَعِيْنَ حِقَّةٌ وَفِيْ إِحْدَى وَسِتِّيْنَ جَذْعَةٌ وَفِيْ سِتٍّ وَسَبْعِيْنَ بِنْتَالَبُوْنٍ وِفِيْ إِحْدَى وَ تِسْعِيْنَ حِقَّتَانِ وَفِيْ مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ ثَلَاثُ بَنَاتِ لَبُوْنٍ) إِلَخ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ
Bintu makhadl adalah onta yang berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun. وَبِنْتُ الْمَخَاضِ لَهَا سَنَةٌ وَدَخَلَتْ فِي الثَّانِيَةِ
Bintu labun adalah onta berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun. وَبِنْتُ لَبُوْنٍ لَهَا سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِي الثَّالِثَةِ
Hiqqah adalah onta berusia tiga tahun dan menginjak usia empat tahun. وَالْحِقَّةُ لَهَا ثَلَاثُ سِنِيْنَ وَدَخَلَتْ فِي الرَّابِعَةِ
Jadz’ah adalah onta berusia empat tahun dan menginjak usia lima tahun. وَالْجَذْعَةُ لَهَا أَرْبَعُ سِنِيْنَ وَدَخَلَتْ فِي الْخَامِسَةِ
Dan perkataan mushannif “kemudian di dalam setiap empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu labun. dan setiap lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu onta hiqqah”, maksudnya adalah kemudian setelah bertambah sembilan ekor onta dari jumlah seratus dua puluh satu, dan setelah sembilah ekor tersebut bertambah sepuluh ekor onta lagi sehingga jumlahnya menjadi seratus empat puluh ekor onta, maka hitungannya menjadi pasti, yaitu setiap hitungan empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta bintu labun, dan setiap hitungan lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan satu ekor onta hiqqah. وَقَوْلُهُ (ثُمَّ فِيْ كُلِّ) أَيْ ثُمَّ بَعْدَ زِيَادَةِ التِّسْعِ عَلَى مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ وَزِيَادَةِ عَشْرٍ بَعْدَ زِيَادَةِ التِّسْعِ وَجُمْلَةُ ذَلِكَ مِائَةٌ وَأَرْبَعُوْنَ يَسْتَقِيْمُ الْحِسَابُ عَلَى أَنَّ فِيْ كُلِّ (أَرْبَعِيْنَ بِنْتَ لَبُوْنٍ وَفِيْ كُلِّ خَمْسِيْنَ حِقَّةً)
Maka di dalam seratus empat puluh ekor onta wajib mengeluarkan dua ekor onta hiqqah dan satu ekor onta bintu labun. dan di dalam seratus lima puluh ekor onta wajib mengeluarkan tiga ekor onta hiqqah. Dan begitu seterusnya. فَفِيْ مِائَةٍ وَأَرْبَعِيْنَ حِقَّتَانِ وَبِنْتُ لَبُوْنٍ وَفِيْ مِائَةٍ وَخَمْسِيْنَ ثَلَاثُ حِقَاقٍ وَهَكَذَا..).

BAB ZAKAT KAMBING DAN SAPI

ZAKAT KAMBING

(Fasal) permulaan nishab kambing adalah empat puluh ekor. (فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْغَنَمِ أَرْبَعُوْنَ
Dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor kambing jadz’ah dari jenis kambing domba atau satu ekor kambing tsaniyah dari jenis kambing kacang. Dan telah dijelaskan pengertian dari jadz’ah dan tsaniyah. وَفِيْهَا شَاةٌ جَذْعَةٌ مِنَ الضَّأْنِ أَوْ ثَنِيَةٌ مِنَ الْمَعْزِ) وَسَبَقَ بَيَانُ الْجَذْعَةِ وَالثَّنِيَةُ
Perkataan mushannif, “ di dalam seratus dua puluh satu ekor kambing, wajib mengeluarkan dua ekor kambing. Di dalam dua ratus satu ekor kambing, wajib mengeluarkan tiga ekor kambing. Dan di dalam empat ratus empat ekor kambing, wajib mengeluarkan empat ekor kambing. Kemudian di dalam setiap seratus ekor kambing, wajib menambah satu ekor kambing” Sampai akhir perkataan beliau, itu sudah jelas dan tidak perlu penjelasan lagi. وَقَوْلُهُ (وَفِيْ مِائَةٍ وَإِحْدَى وَعِشْرِيْنَ شَاتَانِ وَفِيْ مِائَتَيْنِ وَوَاحِدَةٌ ثَلَاثُ شِيَاهٍ وَفِيْ أَرْبَعِمِائَةٍ أَرْبَعُ شِيَاهٍ ثُمَّ فِيْ كُلِّ مِائَةٍ شَاةٌ) إِلَخْ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ .


BAB ZAKAT SAPI

(Fasal) permulaan nishab sapi adalah tiga puluh ekor. (فَصْلٌ وَأَوَّلُ نِصَابِ الْبَقَرِ ثَلَاثُوْنَ
Dan di dalamnya wajib mengeluarkan satu ekor sapi tabi’, yaitu anak sapi yang berusia satu tahun dan menginjak usia dua tahun. Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa “di dalam satu nishab tersebut”. وَ) يَجِبُ (فِيْهَا) وَفِي النُّسَخِ وَفِيْهِ أَيِ النِّصَابِ (تَبِيْعٌ) ابْنُ سَنَةٍ وَدَخَلَ فَي الثَّانِيَةِ
Disebut tabi’, yang mempunyai arti yang mengikuti, karena ia mengikuti induknya di tempat pengembalaan. سُمِّيَ بِذَلِكَ لِتَبْعِهِ أُمَّهُ فِي الْمَرْعَى
Seandainya sang pemilik mengeluarkan zakat berupa sapi tabi’ betina, maka hal itu lebih mencukupi. وَلَو أَخْرَجَ تَبِيْعَةً أَجْزَأَتْ بِطَرِيْقِ الْأَوْلَى
Di dalam empat puluh ekor sapi, wajib mengeluarkan satu ekor sapi musinnah yang berusia dua tahun dan menginjak usia tiga tahun. (وَ) يَجِبُ (فِيْ أَرْبَعِيْنَ مُسِنَّةٌ) لَهَا سَنَتَانِ وَدَخَلَتْ فِي الثَّالِثَةِ
Disebut musinnah karena gigi-giginya sudah sempurna. سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِتَكَامُلِ أَسْنَانِهَا
Seandainya sang pemilik mengeluarkan zakat berupa dua ekor sapi tabi’ dari empat puluh ekor sapi, maka hal itu telah mencukupi menurut pendapat ash shohih. وَلَوْ أَخْرَجَ عَنْ أَرْبَعِيْنَ تَبِيْعَيْنِ أَجْزَأَتْ عَلَى الصَّحِيْحِ
Dan pada hitungan inilah, samakanlah selama-lamanya. Di dalam seratus dua puluh ekor sapi, wajib mengeluarkan tiga ekor sapi musinnah atau empat ekor sapi tabi’. (وَعَلَى هَذَا أَبَدًا فَقِسْ) وَفِيْ مِائَةٍ وَعِشْرِيْنَ ثَلَاثُ مُسِنَّاتٍ أَوْ أَرْبَعَةُ أَتْبِعَةٍ .


BAB ZAKAT PERSERO

(Fasal) dua orang yang mencampur hartanya, maka mereka membayar zakat, dengan membaca kasrah huruf kafnya lafadz “yuzakkiyani”, dengan hitungan zakatnya orang satu. (فَصْلٌ وَالْخَلِيْطَانِ يُزَكِّيَانِ) بِكَسْرِ الْكَافِ (زَكَاةَ) الشَّخْصِ (الْوَاحِدِ)
Khulthah (mencampur harta) terkadang bisa meringankan pada dua orang yang bersekutu, semisal keduanya memiliki delapan puluh ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki empat puluh ekor), maka keduanya hanya wajib mengeluarkan satu ekor kambing. وَالْخُلْطَةُ قَدْ تُفِيْدُ الشَّرِيْكَيْنِ تَخْفِيْفًا بِأَنْ يَمْلِكَا ثَمَانِيْنَ شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
Dan terkadang memberatkan pada keduanya, semisal keduanya memiliki empat puluh ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki dua puluh ekor), maka keduanya wajib mengeluarkan zakat satu ekor kambing. وَقَدْ تُفِيْدُ تَثْقِيْلًا بِأَنْ يَمْلِكَا أَرْبَعِيْنَ شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
Dan terkadang meringankan pada salah satunya dan memberatkan pada yang lain, seperti keduanya memiliki enam puluh ekor kambing, dengan perincian salah satunya memiliki sepertiganya (dua puluh ekor) dan yang lain memiliki dua pertiga (empat puluh ekor). وَقَدْ تُفِيْدُ تَخْفِيْفًا عَلَى أَحَدِهِمَا وَتَثْقِيْلًا عَلَى الآخَرِ كَأَنْ يَمْلِكَا سِتِّيْنَ لِأَحَدِهِمَا ثُلُثُهَا وَلِلْآخَرِ ثُلُثَاهَا
Dan terkadang tidak meringankan dan tidak memberatkan, seperti keduanya memiliki dua ratus ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki seratus ekor). وَقَدْ لَاتُفِيْدُ تَخْفِيْفًا وَلَا تَثْقِيْلًا كَأَنْ يَمْلِكَا مِائَتَيْ شَاةٍ بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا

Syarat-Syarat Khulthah

Dua orang yang mencampur hartanya itu hanya bisa membayar dengan zakat satu orang jika memenuhi tujuh syarat. وَإِنَّمَا يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ الْوَاحِدِ (بِسَبْعِ شَرَائِطَ
Yaitu ketika, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasah “jika”, kandangnya menjadi satu. Lafadz “al murah” dengan terbaca dlammah huruf mimnya, adalah tempat binatang ternak di malam hari. إِذَا كَانَ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ إِنْ كَانَ (الْمُرَاحُ وَاحِدًا) وَهُوَ بِضَمِّ الْمِيْمِ مَأْوَى الْمَاشِيَةِ لَيْلًا
Al masrahnya satu. Yang dikehendaki dengan al masrah adalah tempat yang digunakan untuk mengumpulkan binatang ternak. (وَالْمَسْرَحُ وَاحِدًا) الْمُرَادُ بِالْمَسْرَحِ الْمَوْضِعُ الَّذِيْ تُسْرَحُ إِلَيْهِ الْمَاشِيَةُ
Tempat mengembala dan pengembalanya menjadi satu. Dan pejantannya juga menjadi satu, maksudnya jika binatang ternaknya satu macam. (وَالْمَرْعَى) وَالرَّاعِيْ (وَاحِدًا وَالْفَحْلُ وَاحِدًا) أَيِ اتَّحَدَ نَوْعُ الْمَاشِيَةِ
Jika macamnya berbeda seperti kambing domba dan kambing kacang, maka diperkenankan masing-masing dari kedua orang tersebut memiliki pejantan sendiri-sendiri yang akan mengawini ternaknya. فَإِنِ اخْتَلَفَ نَوْعُهَا كَضَأْنٍ وَمَعْزٍ فَيَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَحْلٌ يَطْرُقُ مَاشِيَتَهُ
Al masyrabnya jadi satu, yaitu tempat minum ternaknya seperti sumber, sungai atau yang lain. (وَالْمَشْرَبُ) أَيِ الَّذِيْ تَشْرَبُ مِنْهُ الْمَاشِيَةُ كَعَيْنٍ أَوْ نَهْرٍ أَوْ غَيْرِهِمَا (وَاحِدًا)
Perkataan mushannif, “halib (tukang pera susunya jadi satu)” adalah salah satu dua pendapat dalam permasalahan ini. وَقَوْلُهُ (وَالْحَالِبُ وَاحِدًا) هُوَ أَحَدُ الْوَجْهَيْنِ فِيْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ
Dan pendapat al ashah tidak mensyaratkan halib (tukang pera susu) harus jadi satu. وَالْأَصَحُّ عَدَمُ الْاِتِّحَادِ فِيْ الْحَالِبِ
Begitu juga al mihlab, dengan terbaca kasrah huruf mimnya, harus jadi satu, yaitu wadah yang digunakan untuk memerah susu. وَكَذَا الْمِحْلَبُ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَهُوَ الْإِنَاءُ الَّذِيْ يُحْلَبُ فِيْهِ
Tempat memerah susunya juga harus jadi satu. Lafadz “al halab” dengan terbaca fathah huruf lamnya. (وَمَوْضِعُ الْحَلَبِ) بِفَتْحِ اللَّامِ (وَاحِدًا)
Imam an Nawawi menghikayahkan pembacaan sukun huruf lamnya lafadz “al halab”, yaitu nama susu yang diperah. Dan digunakan dengan arti makna masdarnya. Sebagian ulama’ berkata bahwa itulah yang dikehendaki di sini. وَحَكَى النَّوَوِيُّ إِسْكَانَ اللَّامِ وَهُوَ اسْمُ اللَّبَنِ الْمَحْلُوْبِ وَيُطْلَقُ عَلَى الْمَصْدَرِ قَالَ بَعْضُهُمْ وَهُوَ الْمُرَادُ هُنَّا) .

BAB ZAKAT PERSERO

(Fasal) dua orang yang mencampur hartanya, maka mereka membayar zakat, dengan membaca kasrah huruf kafnya lafadz “yuzakkiyani”, dengan hitungan zakatnya orang satu. (فَصْلٌ وَالْخَلِيْطَانِ يُزَكِّيَانِ) بِكَسْرِ الْكَافِ (زَكَاةَ) الشَّخْصِ (الْوَاحِدِ)
Khulthah (mencampur harta) terkadang bisa meringankan pada dua orang yang bersekutu, semisal keduanya memiliki delapan puluh ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki empat puluh ekor), maka keduanya hanya wajib mengeluarkan satu ekor kambing. وَالْخُلْطَةُ قَدْ تُفِيْدُ الشَّرِيْكَيْنِ تَخْفِيْفًا بِأَنْ يَمْلِكَا ثَمَانِيْنَ شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
Dan terkadang memberatkan pada keduanya, semisal keduanya memiliki empat puluh ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki dua puluh ekor), maka keduanya wajib mengeluarkan zakat satu ekor kambing. وَقَدْ تُفِيْدُ تَثْقِيْلًا بِأَنْ يَمْلِكَا أَرْبَعِيْنَ شَاةً بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا فَيَلْزَمُهُمَا شَاةٌ
Dan terkadang meringankan pada salah satunya dan memberatkan pada yang lain, seperti keduanya memiliki enam puluh ekor kambing, dengan perincian salah satunya memiliki sepertiganya (dua puluh ekor) dan yang lain memiliki dua pertiga (empat puluh ekor). وَقَدْ تُفِيْدُ تَخْفِيْفًا عَلَى أَحَدِهِمَا وَتَثْقِيْلًا عَلَى الآخَرِ كَأَنْ يَمْلِكَا سِتِّيْنَ لِأَحَدِهِمَا ثُلُثُهَا وَلِلْآخَرِ ثُلُثَاهَا
Dan terkadang tidak meringankan dan tidak memberatkan, seperti keduanya memiliki dua ratus ekor kambing dengan bagian yang sama di antara keduanya (masing-masing memiliki seratus ekor). وَقَدْ لَاتُفِيْدُ تَخْفِيْفًا وَلَا تَثْقِيْلًا كَأَنْ يَمْلِكَا مِائَتَيْ شَاةٍ بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَهُمَا

Syarat-Syarat Khulthah

Dua orang yang mencampur hartanya itu hanya bisa membayar dengan zakat satu orang jika memenuhi tujuh syarat. وَإِنَّمَا يُزَكِّيَانِ زَكَاةَ الْوَاحِدِ (بِسَبْعِ شَرَائِطَ
Yaitu ketika, dalam sebagian redaksi menggunakan bahasah “jika”, kandangnya menjadi satu. Lafadz “al murah” dengan terbaca dlammah huruf mimnya, adalah tempat binatang ternak di malam hari. إِذَا كَانَ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ إِنْ كَانَ (الْمُرَاحُ وَاحِدًا) وَهُوَ بِضَمِّ الْمِيْمِ مَأْوَى الْمَاشِيَةِ لَيْلًا
Al masrahnya satu. Yang dikehendaki dengan al masrah adalah tempat yang digunakan untuk mengumpulkan binatang ternak. (وَالْمَسْرَحُ وَاحِدًا) الْمُرَادُ بِالْمَسْرَحِ الْمَوْضِعُ الَّذِيْ تُسْرَحُ إِلَيْهِ الْمَاشِيَةُ
Tempat mengembala dan pengembalanya menjadi satu. Dan pejantannya juga menjadi satu, maksudnya jika binatang ternaknya satu macam. (وَالْمَرْعَى) وَالرَّاعِيْ (وَاحِدًا وَالْفَحْلُ وَاحِدًا) أَيِ اتَّحَدَ نَوْعُ الْمَاشِيَةِ
Jika macamnya berbeda seperti kambing domba dan kambing kacang, maka diperkenankan masing-masing dari kedua orang tersebut memiliki pejantan sendiri-sendiri yang akan mengawini ternaknya. فَإِنِ اخْتَلَفَ نَوْعُهَا كَضَأْنٍ وَمَعْزٍ فَيَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ لِكُلٍّ مِنْهُمَا فَحْلٌ يَطْرُقُ مَاشِيَتَهُ
Al masyrabnya jadi satu, yaitu tempat minum ternaknya seperti sumber, sungai atau yang lain. (وَالْمَشْرَبُ) أَيِ الَّذِيْ تَشْرَبُ مِنْهُ الْمَاشِيَةُ كَعَيْنٍ أَوْ نَهْرٍ أَوْ غَيْرِهِمَا (وَاحِدًا)
Perkataan mushannif, “halib (tukang pera susunya jadi satu)” adalah salah satu dua pendapat dalam permasalahan ini. وَقَوْلُهُ (وَالْحَالِبُ وَاحِدًا) هُوَ أَحَدُ الْوَجْهَيْنِ فِيْ هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ
Dan pendapat al ashah tidak mensyaratkan halib (tukang pera susu) harus jadi satu. وَالْأَصَحُّ عَدَمُ الْاِتِّحَادِ فِيْ الْحَالِبِ
Begitu juga al mihlab, dengan terbaca kasrah huruf mimnya, harus jadi satu, yaitu wadah yang digunakan untuk memerah susu. وَكَذَا الْمِحْلَبُ بِكَسْرِ الْمِيْمِ وَهُوَ الْإِنَاءُ الَّذِيْ يُحْلَبُ فِيْهِ
Tempat memerah susunya juga harus jadi satu. Lafadz “al halab” dengan terbaca fathah huruf lamnya. (وَمَوْضِعُ الْحَلَبِ) بِفَتْحِ اللَّامِ (وَاحِدًا)
Imam an Nawawi menghikayahkan pembacaan sukun huruf lamnya lafadz “al halab”, yaitu nama susu yang diperah. Dan digunakan dengan arti makna masdarnya. Sebagian ulama’ berkata bahwa itulah yang dikehendaki di sini. وَحَكَى النَّوَوِيُّ إِسْكَانَ اللَّامِ وَهُوَ اسْمُ اللَّبَنِ الْمَحْلُوْبِ وَيُطْلَقُ عَلَى الْمَصْدَرِ قَالَ بَعْضُهُمْ وَهُوَ الْمُرَادُ هُنَّا) .

 

BAB ZAKAT PERAK DAN EMAS

BAB ZAKAT EMAS

(Fasal) nishab emas adalah dua puluh mitsqal dengan hitungan secara pasti dengan timbangan negara Makkah. (فَصْلٌ وَنِصَابُ الذَّهَبِ عِشْرُوْنَ مِثْقَالًا) تَحْدِيْدًا بِوَزْنِ مَكَّةَ
Satu mitsqal adalah satu lebih tiga sepertujuh dirham. وَالْمِثْقَالُ دِرْهَمٌ وَثَلَاثَةُ أَسْباَعِ دِرْهَمٍ
Di dalam satu nishab emas wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari keseluruhan jumlah emas. Yaitu setengah mitsqal. (وَفِيْهِ) أَيْ نِصَابِ الذَّهَبِ (رُبُعُ الْعُشُرِ وَهُوَ نِصْفُ مِثْقَالٍ
Dan di dalam jumlah emas yang lebih dari dua puluh misqal, maka sesuai dengan prosentasenya walaupun lebihannya hanya sedikit. وَفِيْمَا زَادَ) عَلَى عِشْرِيْنَ مِثْقَالًا (بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَلَّ الزَّائِدُ


BAB ZAKAT PERAK

Nishabnya wariq, dengan terbaca kasrah huruf ra’nya, adalah dua ratus dirham. Wariq adalah perak. (وَنِصَابُ الْوَرِقِ) بِكَسْرِ الرَّاءِ وَهُوَ الْفِضَّةُ (مِائَتَا دِرْهَمٍ
Di dalam nishab ini wajib mengeluarkan seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan, yaitu lima dirham. وَفِيْهِ رُبُعُ الْعُشُرِ وَهُوَ خَمْسَةُ دَرَاهِمَ
Dan di dalam lebihan dari dua ratus dirham, wajib mengeluarkan kadar sesuai dengan hitungannya, walaupun tambahannya hanya sedikit. وَفِيْمَا زَادَ) عَلَى الْمِائَتَيْنِ (بِحِسَابِهِ) وَإِنْ قَل َّالزَّائِدُ
Dan tidak ada kewajiban zakat di dalam benda campuran dari emas atau perak kecuali kadar murninya telah mencapai satu nishab. وَلَا شَيْئَ فِي الْمَغْشُوْشِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ حَتَّى يَبْلُغَ خَالِصُهُ نِصَابًا
Tidak ada kewajiban zakat di dalam perhiasan yang boleh untuk digunakan. (وَلَا يَجِبُ فِي الْحُلِيِّ الْمُبَاحِ زَكَاةٌ)
Adapun perhiasan yang diharamkan seperti gelang tangan dan gelang kaki yang digunakan oleh orang laki-laki dan khuntsa, maka wajib dikeluarkan zakatnya. أَمَّا الْمُحَرَّمُ كَسِوَارٍ وَخَلْخَالٍ لِرَجُلٍ وَخُنْثًى فَتَجِبُ الزَّكَاةُ فِيْهِ.


BAB ZAKAT HASIL PERTANIAN DAN BUAH-BUAHAN

(Fasal) nishab hasil pertanian dan buah-buahan adalah lima wasaq. (فَصْلٌ وَنِصَابُ الزُّرُوْعِ وَالثِّمَارِ خَمْسَةُ أَوْسُقٍ)
Ausaq dari lafadz wasaq yang merupakan masdar dengan makna mengumpulkan, karena sesungguhnya wasaq mengumpulkan beberapa sho’. مِنَ الْوَسَقِ مَصْدَرٌ بِمَعْنَى الْجَمْعِ لِأَنَّ الْوَسَقَ يَجْمَعُ الْصِيْعَانَ
Lima wasaq adalah seribu enam ratus rithl negara Iraq. Di dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa “negara Bagdad”. (وَهِيَ) أَيِ الْخَمْسَةُ أَوْسُقٍ (أَلْفٌ وَسِتُّمِائَةِ رِطْلٍ بِالْعِرَاقِيِّ)وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ بِالْبَغْدَادِيِّ
Dan untuk lebihan dari kadar tersebut disesuaikan dengan hitungannya. (وَمَا زَادَ فَبِحِسَابِهِ)
Satu rithl negara Baghdad, menurut imam an Nawawi, adalah seratus dua puluh dirham lebih empat sepertujuh dirham. وَرِطْلٌ بَغْدَادِيٌّ عِنْدَ النَّوَوِيِّ مِائَةٌ وَثَمَانِيَةٌ وَعِشْرُوْنَ دِرْهَمًا وَأَرْبَعَةُ أَسْبَاعِ دِرْهَمٍ
Di dalam hasil pertanian dan buah-buahan, wajib mengeluarkan zakat sepersepuluh -dari jumlah keseluruhan-, jika diairi dengan air langit, yaitu air hujan dan sesamanya seperti air salju, atau dengan air banjir, yaitu air yang mengalir di atas permukaan bumi sebab sungai penuh dan tidak muat sehingga air naik ke permukaan hingga mengairi tanaman tersebut. (وَفِيْهَا) أَيِ الزُّرُوْعِ وَالثِّمَارِ (إِنْ سُقِيَتْ بِمَاءِ السَّمَاءِ) وَهُوَ الْمَطَرُ وَنَحْوُهُ كَالثَّلْجِ (أَوِ السَّيْحِ) وَهُوَ الْمَاءُ الْجَارِيْ عَلَى الْأَرْضِ بِسَبَبِ سَدِّ النَّهْرِ فَيَصْعُدُ الْمَاءُ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ فَيَسْقِيْهَا (الْعُشُرُ
Jika diairi dengan daulab, dengan terbaca dlammah dan fathah huruf dalnya, yaitu alat yang diputar-putar oleh binatang, atau diairi dengan menimba air dari sungai atau sumur dengan menggunakan binatang seperti onta atau sapi, maka wajib mengeluarkan zakat setengah sepersepuluh dari jumlah keseluruhan. وَإِنْ سُقِيَتْ بِدَوْلَابٍ) بِضَمِّ الدَّالِ وَفَتْحِهَا مَا يُدِيْرُهَا الْحَيَوَانُ (أَوْ) سُقِيَتْ (بِنَضْحٍ) مِنْ نَهْرٍ أَوْ بِئْرٍ بِحَيَوَانٍ كَبَعِيْرٍ أَوْ بَقَرَةٍ (نِصْفُ الْعُشُرِ)
Dan di dalam hasil pertanian dan buah-buahan yang diairi dengan air hujan dan daulab semisal dengan kadar waktu yang sama, maka wajib mengeluarkan zakat tiga seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan. وَفِيْمَا سُقِيَ بِمَاءِ السَّمَاءِ وَالدَّوْلَابِ مَثَلًا سَوَاءً ثَلَاثَةُ أَرْبَاعِ الْعُشُرِ.

BAB ZAKAT DAGANGAN, ZAKAT HARTA TAMBANG DAN HARTA KARUN

BAB ZAKAT DAGANGAN

(Fasal) harta dagangan dikalkulasi di akhir tahun dengan menggunakan mata uang yang digunakan untuk membeli modal pertama. (فَصْلٌ وَتُقَوَّمُ عُرُوْضُ التِّجَارَةِ عِنْدَ آخِرِ الْحَوْلِ بِمَا اشْتُرِيَتْ بِهِ)
Baik modal harta dagangan pertama mencapai satu nishab ataupun tidak. سَوَاءٌ كَانَ ثَمَنُ مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا أَمْ لَا
Jika hasil kalkulasi harta dagangan di akhir tahun mencapai satu nishab, maka wajib mengeluarkan zakatnya. Jika tidak, maka tidak wajib zakat. فَإِنْ بَلَغَتْ قِيْمَةُ الْعُرُوْضِ آخِرَ الْحَوْلِ نِصَابًا زَكَّاهَا وَإِلَّا فَلاَ
Dari jumlah tersebut setelah kalkulasi harta dagangan mencapai satu nishab, maka wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari jumlah keseluruhan. (وَيُخْرَجُ مِنْ ذَلِكَ) بَعْدَ بُلُوْغِ قِيْمَةِ مَالِ التِّجَارَةِ نِصَابًا (رُبُعُ الْعُشُرِ) مِنْهُ


BABZAKAT HARTA TAMBANG DAN HARTA KARUN

Harta yang diambil dari tambang emas dan perak maka wajib mengeluarkan zakat seperempat sepersepuluh dari hasil tersebut seketika, jika mencapai satu nishab. (وَمَا اسْتُخْرِجُ مِنْ مَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ يُخْرَجُ مِنْهُ) إِنْ بَلَغَ نِصَابًا (رُبُعُ الْعُشُرِ فِي الْحَالِ)
Jika orang yang mengambil tambang tersebut termasuk golongan yang wajib zakat. إِنْ كَانَ الْمُسْتَخْرِجُ مِنْ أَهْلِ وُجُوْبِ الزَّكَاةِ
Ma’adin, bentuk jama’ dari lafadz ma’dan dengan terbaca fathah atau kasrah huruf dalnya, adalah nama bagi tempat barang tambang yang diciptakan oleh Allah Swt, baik berupa lahan mawat atau berstatus milik. وَالْمَعَادِنُ جَمْعُ مَعْدَنٍ بِفَتْحِ دَالِهِ وَكَسْرِهَا اسْمٌ لِمَكَانٍ خَلَقَ اللهُ تَعَالَى فِيْهِ ذَلِكَ مِنْ مَوَاتٍ أَوْ مِلْكٍ
Harta yang ditemukan dari harta rikaz, yaitu harta pendaman peninggalan zaman jahiliyah, yaitu keadaan orang-orang arab sebelum Islam, yaitu bodoh kepada Allah, Rosul-Nya dan syareaat-syareat Islam, maka wajib mengeluarkan seperlima dari jumlah keseluruhan. (وَمَا يُوْجَدُ مِنَ الرِّكَازِ) وَهُوَ دَفِيْنُ الْجَاهِلِيَّةِ وَهِيَ الْحَالَةُ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهَا الْعَرَبُ قَبْلَ الْإِسْلَامِ مِنَ الجَّهْلِ بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَشَرَائِعِ الْإِسْلَامِ (فَفِيْهِ) أَيِ الرِّكَازِ (الْخُمُسُ)
Seperlima tersebut ditasharrufkan sesuai pentasyarufan zakat menurut qaul masyhur. وَيُصْرَفُ مَصْرَفَ الزَّكَاةِ عَلَى الْمَشْهُوْرِ
Dan menurut muqabil masyhur (pendapat pembanding masyhur) bahwa sesungguhnya seperlima tersebut diserahkan kepada golongan yang berhak menerima khumus (seperlima) yang disebutkan di dalam ayat fai’. وَمُقَابِلُهُ إِنَّهُ يُصْرَفُ إِلَى أَهْلِ الْخُمُسِ الْمَذْكُوْرِيْنَ فِيْ آيَةِ الْفَيْئِ .


BAB ZAKAT FITRAH

(Fasal) wajib mengeluarkan zakat fitrah dengan tiga syarat. Zakat fitrah diungkapkan dengan bahasa “zakat fithrah” maksudnya zakat badan. (فَصْلٌ وَتَجِبُ زَكَاةُ الْفِطْرِ) وَيُقَالُ لَهَا زَكَاةُ الْفِطْرَةِ أَيِ الْخِلْقَةِ (بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءِ
-syarat tersebut adalah- Islam. Maka tidak wajib membayar zakat fitrah bagi orang kafir asli kecuali untuk budak dan keluarganya yang beragama Islam. الْإِسْلَامِ) فَلَا فِطْرَةَ عَلَى كَافِرٍ أَصْلِيٍّ إِلَّا فِيْ رَقِيْقِهِ وَقَرِيْبِهِ الْمُسْلِمِيْنَ
-syarat kedua- sebab terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Romadlon. (وَبِغُرُوْبِ الشَّمْسِ مِنْ آخِرِ يَوْمٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ)
Kalau demikian, maka wajib membayar zakat fitrah dari orang yang meninggal dunia setelah terbenamnya matahari, tidak dari anak yang dilahirkan setelah terbenamnya matahari. وَحِيْنَئِذٍ فَتُخْرَجُ زَكَاةُ الْفِطْرَةِ عَمَنْ مَاتَ بَعْدَ الْغُرُوْبِ دُوْنَ مَنْ وُلِدَ بَعْدَهُ
-syarat ke tiga- wujudnya kelebihan. Yaitu seseorang memiliki lebihan dari bahan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya di hari tersebut, maksudnya siang harinya hari raya Idul Fitri, begitu juga untuk malam harinya. (وَوُجُوْدِ الْفَضْلِ) وَهُوَ يَسَارُ الشَّخْصِ بِمَا يَفْضُلُ (عَنْ قُوْتِهِ وَقُوْتِ عِيَالِهِ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ) أَيْ يَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ وَكَذَا لَيْلَتُهُ أَيْضًا
Seseorang wajib mengeluarkan zakat untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang wajib ia nafkahi yang beragama Islam. (وَيُزَكِّي) الشَّخْصُ (عَنْ نَفْسِهِ وَعَمَنْ تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ)
Maka bagi orang muslim tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk budak, kerabat dan istrinya yang beragama kafir, walaupun wajib ia nafkahi. فَلَا يَلْزَمُ لِمُسْلِمٍ فِطْرَةُ عَبْدٍ وَقَرِيْبٍ وَزَوْجَةٍ كُفَّارٍ وَإِنْ وَجَبَتْ نَفَقَتُهُمْ

Ukuran Zakat Fitrah

Ketika seseorang wajib membayar zakat fitrah, maka ia harus mengeluarkan satu sha’ makanan pokok daerahnya, jika ia adalah orang yang bertempat tinggal di suatu negara. وَإِذَا وَجَبَتِ الْفِطْرَةُ عَلَى الشَّخْصِ فَيُخْرِجُ (صَاعًا مِنْ قُوْتِ بَلَدِهِ) إِنْ كَانَ بَلَدِيًّا
Jika di daerahnya terdapat beberapa makanan pokok, namun ada sebagiannya yang lebih dominan, maka wajib mengeluarkan dari jenis sebagian makanan tersebut. فَإِنْ كَانَ فِي الْبَلَدِ أَقْوَاتٌ غَلَبَ بَعْضُهَا وَجَبَ الْإِخْرَاجُ مِنْهُ
Seandainya seseorang bertempat tinggal di hutan yang tidak memiliki makanan pokok, maka ia wajib mengeluarkan zakat berupa makanan pokok daerah yang terdekat darinya. وَلَوْ كَانَ الشَّخْصُ فِيْ بَادِيَةٍ لَا قُوْتَ فِيْهَا أَخْرَجَ مِنْ قُوْتِ أَقْرَبِ الْبِلَادِ إِلَيْهِ
Orang yang tidak memiliki lebihan satu sho’, akan tetapi hanya sebagian sho’ saja, maka ia wajib mengeluarkan sebagian tersebut. وَمَنْ لَمْ يُوْسِرْ بِصَاعٍ بَلْ بِبَعْضِهِ لَزِمَهُ ذَلِكَ الْبَعْضُ
Ukuran satu sho’ adalah lima rithl lebih sepertiga rithl negara Iraq. (وَقَدْرُهُ) أَيِ الصَّاعِ (خَمْسَةُ أَرْطَالٍ وَثُلُثٌ بِالْعِرَاقِيِّ)
Rithl negara Iraq telah dijelaskan di dalam bab “Nishabnya Zuru’”. وَسَبَقَ بَيَانُ الرِّطْلِ الْعِرَاقِيِّ فِيْ نِصَابِ الزُّرُوْعِ.


BAB GOLONGAN PENERIMA ZAKAT

(Fasal) zakat diberikan kepada delapan golongan yang telah disebutkan oleh Allah Swt di dalam kitab-Nya yang mulia di dalam firman-Nya, “shadaqah hanya di haki oleh orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang yang memproses shodaqah, orang-orang yang di lulutkan hatinya, budak, gharim, sabilillah, ibn sabil” ila akhir. (فَصْلٌ) وَتُدْفَعُ الزَّكَاةُ إِلَى الْأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ الَّذِيْنَ ذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْ كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى (إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقُرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ) إَلَخِ
Firman Allah Swt ini telah jelas dan tidak perlu untuk dijelaskan lagi kecuali penjelasan untuk mengetahui golongan-golongan tersebut. هُوَ ظَاهِرٌ غَنِيٌّ عَنِ الشَّرْحِ إِلَّا مَعْرِفَةُ الْأَصْنَافِ الْمَذْكُوْرَةِ
Maka orang yang faqir di dalam zakat adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhannya. فَالْفَقِيْرُ فِي الزَّكَاةِ هُوَ الَّذِيْ لَا مَالَ لَهُ وَلَا كَسْبٌ يَقَعُ مَوْقِعًا مِنْ حَاجَتِهِ
Adapun orang yang faqir di dalam pembahasan araya, maka dia adalah orang yang tidak memiliki nuqud (uang). أَمَّا فَقِيْرُ الْعَرَايَا فَهُوَ مَنْ لَا نَقْدَ بِيَدِّهِ
Miskin adalah orang yang memiliki harta atau pekerjaan, masing-masing dari keduanya sudah agak mencukupi tapi masih kurang, seperti orang yang membutuhkan sepuluh dirham namun dia hanya memiliki tujuh dirham. وَالْمِسْكِيْنُ مَنْ قَدَرَ عَلَى مَالٍ أَوْ كَسْبٍ يَقَعُ كُلٌّ مِنْهُمَا مَوْقِعًا مِنْ كِفَايَتِهِ وَلَا يَكْفِيْهِ كَمَنْ يَحْتَاجُ إِلَى عَشْرَةِ دَرَاهِمَ وَعِنْدَهُ سَبْعَةٌ
Amil adalah orang yang dipekerjakan oleh imam untuk mengambil sedekah dan menyerahkan pada orang-orang yang berhak menerimanya. وَالْعَامِلُ مَنِ اسْتَعْمَلَهُ الْإِمَامُ عَلَى أَخْذِ الصَّدَقَاتِ وَدَفْعِهَا لِمُسْتَحِقِّيْهَا.
Mualaf qulubuhum, golongan ini ada empat bagian. (وَالْمُؤَلَّفَةُ قُلُوْبُهُمْ) وَهُمْ أَرْبَعَةُ أَقْسَامٍ
Salah satunya adalah muallaf muslimin, yaitu orang yang baru masuk Islam dan niatnya masih lemah di dalam Islam, maka ia dilunakkan dengan memberikan zakat padanya. أَحَدُهَا مُؤَلَّفَةُ الْمُسْلِمِيْنَ وَهُوَ مَنْ أَسْلَمَ وَنِيِّتُهُ ضَعِيْفَةٌ فِيْ الْإِسْلَامِ فَيُتَأَلَّفُ بِدَفْعِ الزَّكَاةِ لَهُ
Untuk bagian-bagian yang lain dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas pembahasannya. وَبَقِيَّةُ الْأَقْسَامِ مَذْكُوْرَةٌ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
Wafirriqab, mereka adalah budak-budak mukatab yang melakukan akad kitabah yang sah. وَفِي الرِّقَابِ وَهُمُ الْمُكَاتَبُوْنَ كِتَابَةً صَحِيْحَةً
Sedangkan budak mukatab yang melakukan akad kitabah yang tidak sah, maka ia tidak diberi bagian budak-budak mukatab. أَمَّا الْمُكَاتَبُ كِتَابَةً فَاسِدَةً فَلَا يُعْطَى مِنْ سَهْمِ الْمُكَاتَبِيْنَ.
Gharim ada tiga bagian. وَالْغَارِمُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَقْسَامٍ
Salah satunya adalah orang yang hutang untuk meredam fitnah di antara dua golongan dalam masalah orang yang terbunuh dan tidak jelas pembunuhnya, maka ia menanggung hutang sebab itu semua. أَحَدُهَا مَنِ اسْتَدَانَ دَيْنًا لِتَسْكِيْنِ فِتْنَةٍ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ فِيْ قَتِيْلٍ لَمْ يَظْهَرْ قَاتِلُهُ فَتَحَمَّلَ دَيْنًا بِسَبَبِ ذَلِكَ
Maka hutangnya dilunasi dari bagian gharimin, baik ia adalah orang yang kaya atau fakir. فَيُقْضَى دَيْنُهُ مِنْ سَهْمِ الْغَارِمِيْنَ غَنِيًّا كَانَ أَوْ فَقِيْرًا
Gharim hanya bisa diberi bagian ketika hutangnya masih ada. وَإِنَّمَا يُعْطَى الْغَارِمُ عِنْدَ بَقَاءِ الدَّيْنِ عَلَيْهِ
Jika ia telah melunasi hutang dari hartanya sendiri atau telah memberikan hartanya sejak awal, maka ia tidak diberi dari bagian gharimin. فَإِنْ أَدَّاهُ مِنْ مَالِهِ أَوْ دَفَعَهُ ابْتِدَاءً لَمْ يُعْطَ مِنْ سَهْمِ الْغَارِمِيْنَ
Untuk bagian gharimin yang lain telah dijelaskan di dalam kitab-kitab yang diperluas pembahasannya. وَبَقِيَّةُ أَقْسَامِ الْغَارِمِيْنَ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
Adapun sabilillah, maka mereka adalah para pejuang yang tidak memiliki bagian pasti di dalam buku besar negara, bahkan mereka berjihad suka rela hanya karena Allah Swt. وَأَمَّا سَبِيْلُ اللهِ فَهُمُ الْغُزَّاةُ الَّذِيْنَ لَاسَهْمَ لَهُمْ فِيْ دِيْوَانِ الْمُرْتَزِقَةِ بَلْ هُمْ مُتَطَوِّعُوْنَ بِالْجِهَادِ
Adapun ibn sabil, maka dia adalah orang yang melakukan perjalanan dari daerah yang sedang memproses zakat, atau melewatinya. وَأَمَّا ابْنُ السَّبِيْلِ فَهُوَ مَنْ يُنْشِئُ سَفَرًا مِنْ بَلَدِ الزَّكَاةِ أَوْ يَكُوْنَ مُجْتَازًا بِبَلَدِهَا
Ibn sabil disyaratkan harus dalam keadaan membutuhkan dan tidak melakukan kemaksiatan. وَيُشْتَرَطُ فِيْهِ الْحَاجَةُ وَعَدَمُ الْمَعْصِيَةِ .
Perkataan mushannif “dan di berikan pada orang-orang yang di temukan dari kedelapan golongan” memberi isyarah bahwa sesungguhnya ketika sebagian golongan tidak ada dan yang ada hanya sebagian saja, maka zakat diserahkan pada golongan yang ada. وَقَوْلُهُ (وَإلَى مَنْ يُوْجَدُ مِنْهُمْ) أَيِ الْأَصْنَافِ فِيْهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ إِذَا فُقِدَ بَعْضُ الْأَصْنَافِ وَوُجِدَ الْبَعْضُ تُصْرَفُ لِمَنْ يُوْجَدُ مِنْهُمْ
Jika semuanya tidak ada, maka zakat disimpan dulu hingga semuanya atau sebagian golongan telah ditemukan. فَإِنْ فُقِدُوْا كُلُّهُمْ حُفِظَتِ الزَّكَاةُ حَتَّى يُوْجَدُوْا كُلُّهُمْ أَوْ بَعْضُهُمْ
Di dalam menyerahkan zakat, tidak diperkenankan hanya diberikan pada orang yang kurang dari tiga orang dari setiap golongan dari kedelapan golongan tersebut. (وَلَا يَقْتَصِرُ) فِيْ إِعْطَاءِ الزَّكَاةِ (عَلَى أَقَلَّ مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ) مِنَ الْأَصْنَافِ الثَّمَانِيَةِ
Kecuali amil, maka sesungguhnya amil bisa saja hanya satu orang jika memang sudah mencukupi kebutuhan. (إِلَّا الْعَامِلَ) فَإِنَّهُ يَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ وَاحِدًا إِنْ حَصَلَتْ بِهِ الْحَاجَةُ
Jika zakat hanya diberikan pada dua orang dari setiap golongan, maka wajib memberi ganti rugi dengan minimal barang yang berharga pada orang ketiga. فَإِنْ صَرَفَ لِإثْنَيْنِ مِنْ كُلِّ صِنْفٍ غَرَمَ لِلثَّالِثِ أَقَلَّ مُتَمَوَّلٍ
Ada yang berpendapat, bahwa orang ketiga diberi ganti rugi sepertiga dari yang telah diberikan pada dua orang tersebut. وَقِيْلَ يَغْرُمُ لَهُ الثُّلُثَ.

 

 

Golongan Yang Tidak Berhak Menerima Zakat

 

Ada lima golongan yang tidak diperkenankan memberikan zakat pada mereka. (وَخَمْسَةٌ لَا يَجُوْزُ دَفْعُهَا) أَيِ الزَّكَاةِ (إِلَيْهِمُ
Yaitu orang yang kaya dengan harta atau pekerjaan. Dan budak (yang bukan budak mukatab). الْغَنِيُّ بِمَالٍ أَوْ كَسْبٍ وَالْعَبْدُ
Bani Hasyim dan Bani Muthallib. Baik mereka tidak mau menerima haknya dari bagian khumusil khumus, ataupun mau menerima. وَبَنُوْ هَاشِمٍ وَبَنُوْ الْمُطَلِّبِ) سَوَاءٌ مَنَعُوْا حَقَّهُمْ مِنْ خُمُسِ الْخُمُسِ أَمْ لاَ
Begitu juga budak-budak yang dimerdekakan oleh mereka (Bani Hasyim dan Bani Muthallib), tidak boleh memberikan zakat pada mereka. وَكَذَا عُتَقَاؤُهُمْ لَا يَجُوْزُ دَفْعُ الزَّكَاةِ إِلَيْهِمْ
Masing-masing dari mereka diperkenankan untuk menerima sedekah sunnah menurut qaul masyhur. وَيَجُوْزُ لِكُلٍّ مِنْهُمْ أَخْذُ صَدَقَةِ التَّطَوُّعِ عَلَى الْمَشْهُوْرِ
Dan orang kafir. Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “tidak sah memberikan zakat pada orang kafir”. (وَالْكَافِرُ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ وَلَا تَصِحُّ لِلْكَافِرِ
Orang yang wajib dinafkahi oleh orang yang mengeluarkan zakat, maka ia tidak boleh memberikan zakat pada mereka (orang-orang yang dinafkahi) atas nama orang-orang fakir dan miskin. (وَمَنْ تَلْزَمُ الْمُزَكِّيَ نَفَقَتُهُ لَايَدْفَعُهَا) أَيِ الزَّكَاةَ (إِلَيْهِمْ بِاسْمِ الْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِيْنِ)
Dan boleh memberikan zakat pada mereka dengan status semisal mereka adalah para pejuang atau gharim. وَيَجُوْزُ دَفْعُهَا إِلَيْهِمْ بِاسْمِ كَوْنِهِمْ غُزَّاةً وَ غَارِمِيْنَ مَثَلًا .

[1][1] Muba’ad adalah seorang yang berstatus budak dan merdeka.

3 tanggapan pada “Bab Hukum Zakat Kitab Fathul Qorib

  1. Ping-balik: Terjemah Kitab Fathul Qorib - Islamiy.com
  2. Ping-balik: Bab Nikah Kitab Fathul Qorib - Islamiy.com
  3. Ping-balik: Bab Puasa Kitab Fathul Qorib - Islamiy.com

Komentar ditutup.

Kembali ke Atas