Dalil Perlunya Kitab Sezaman dalam Menentukan Nasab
Benarkah harus ada kitab atau manuskrip atau inskripsi sezaman sebagai salah satu cara untuk menentukan nasab? Benar. Terutama kalau nasab yang diklaim itu tidak sezaman yang orang yang mengklaim. Misalnya, si Hasan yang hidup sekang (tahun 2024) mengklaim bahwa dia keturunan Sunan Ampel yang hidup pada tahun 1481 masehi, maka satu-satunya cara adalah adanya dalil atau bukti yang menguatkan pengakuan si Hasan. Bukti (Arab: syahadah) itu bisa berupa buku/kitab atau manuskrip yang mengonfirmasi hal tersebut.
Sayyid Husain bin Haidar al-Hasyimi al-Nassabah dalam kitabnya “Rasa’il fi Ilm al-Ansab” halaman 103-104 mengatakan tentang cara mendeteksi kesahihan nasab dengan kitab sezaman:
الطريق الثاني كتب النسابين الابدال العلماء لثقات المحققين الاثبات التي لم تلحقها ايدي الهواة العابثين والضعفاء المتروكين والوضاع الكاذبين لا سيما ان كانت مشهورة منتشرة اما ان كانت مخطوطة فيجب التثبت من الخطوط ومقابلة النسخ المخطوطة ومتي عرف خط النسابة المحقق الثقة فانه يعمل به ويكون مستندا شرعيا وعليه العمل في القديم والحديث وكذا العمل بالوجادات (رسائل في علم الانساب:
Artinya: “Metode kedua (menetapkan nasab) adalah: dengan kitab-kitab ahli nasab yang al-abdal (dari setiap generasi), ulama yang terpercaya, yang ahli tahqiq yang kokoh dalam keilmuannya, tidak dipegang oleh tangan yang punya niat buruk, serta orang-orang lemah yang ditinggalkan dan orang-orang pemalsu/pendusta terutama ketika kitab nasab itu terkenal dan tersebar. Adapun ketika kitab nasab masih dalam manuskrip maka wajib untuk meneliti dari tulisannya dan juga membandingkan naskah yang masih manuskrip. Kapan diketahui tulisan seorang ahli nasab yang muhaqqiq yang terpercaya maka khat nassabah tsb bisa diamalkan. ”
Maksud dari kata Al-Abdal
Maksud kata “al-abdal” dijelaskan oleh pengarangnya dalam kitab yang sama, yakni Rasail fi Ilm al-Ansab, hlm. 193 sbb:
والابدال هم الذين يخلفون بعضهم بعضا على هذا العلم
“Para ahli nasab abdal adalah mereka yang saling bergenerasi (menggantikan) sebagian mereka kepada yang lainnya terhadap ilmu ini (nasab)” (Rasa’il, h. 193)
Sayyid Husain bin Haidar al-Hasyimi dalam kitab yang sama, yakni “Rasa’il fi Ilm al-Ansab” halaman 183-184, mengatakan tentang cara mendeteksi kesahihan nasab dengan kitab sezaman:
فإن الله يهيئ للقرون الابدال في الدين، والابدال في كل العلوم والحقائق التى في فلك الدين، فطريقة الحبر البدل في تحقيق الانساب وكشف زورها ان يقوم بتحرير السلسلة ودراستها دراسة كاملة متكاملة من جميع النواحي على النحو التالي:
ان يدرس السلسلة المعروضة عليه دراسة نسبية محضة، فهو يلاحظ بحواسه كلها، ويصنف وينظم البيانات والمعلومات ويلخص الافكار، ويطبق خبراته. وهذه الدراسة على اي حال – في النسبة الصادقة او في الدعوى – تكون عبر مراحل يتبعها النسابة المحقق ، وهي:
أ- تحرير النسب بمعني ان يبسط النسب تارة ويشجره أخرى الخ
ب- يعد النسابة طبقات السلسلة ويقدر تواريخ الولادة والوفاة اذا جهلت لغير العلويين، ويوزع الطبقات على الفترة الزمنية التي شغلتها السلسلة ، ويوثق هذه الطبقات من المصادر المعتبرة ما امكن الى آخر طبقة يمكن توثيقها وتخريجها من تلك المصادر.
ت- متى صحت النسبة للفرد او للجماعة فان النسابة يقوم بتقويم السلسلة وتصويب الخلل الطارئ عليها – ما لو وجد- ما دامت صحيحة غير مكذوبة، واما الكذب فلا يتأتى معه اصلاح الخلل وضبطه ومراجعته على المصادر المتخصصة ومقابلته عليها.
“Maka sesungguhnya Allah menyiapkan bagi setiap masa para ‘abdal’ dalam agama. Para abdal itu (ada) dalam setiap ilmu dan hakikat yang ada dalam orbit agama, maka cara ‘al-habr’ (orang alim) yang ‘al-badal’ (ulama utama dalam setiap masa) dalam memverifikasi silsilah dan mengungkap kepalsuannya adalah dengan meneliti silsilah dan mengkajinya dengan kajian yang sempurna dan terintegrasi dari segala aspek sebagai berikut:
Ia mempelajari silsilah yang disajikan kepadanya dengan kajian nasab yang murni, mengamati dengan seluruh indranya, mengklasifikasikan dan menyusun data-data dan informasi-informasi, merangkum pemikiran-pemikiran, dan menerapkan pengalamannya. Kajian ini, bagaimanapun juga – baik dalam silsilah yang benar maupun (silsilah yang hanya) pengakuan – berlangsung melalui tahapan-tahapan yang (biasa) dijalankan oleh seorang ahli nasab yang muhaqiq (mentepakan berdasar dalil), yaitu:
a) Penelitian nasab, yaitu ia menulis nasab secara mubassat (ditulis dari ayah ke anak) dalam satu waktu, dan membuat musyajjar (susunan pohon nasab dari anak ke ayah) dalam waktu lainnya. Dst.
b) Ahli nasab (peneliti) menghitung (ada berapa) tobaqot (lapisan) silsilah itu. Lalu memperkirakan tanggal lahir dan kematian (nya masing-masing), jika tidak diketahui, (ini) bagi (silsilah) orang non-Alawi (jika ia alawi biasanya tanggal lahir dan wafat tercatat rapih), lalu membagi tobaqot-tobaqot tersebut dengan periode waktu (tahun hidup) yang ditempati silsilah tersebut, dan menguji keabsahan setiap tobaqot (silsilah) tersebut dengan sumber-sumber (kitab atau yang lainnya) yang dapat dipercaya semaksimal mungkin hingga tobaqot terakhir yang dapat diuji kesahihannya dan di takhrij dari sumber-sumber tersebut.
c) Ketika nasab itu sahih untuk seseorang atau suatu kelompok, maka ahli nasab akan memperbaiki cacat yang terjadi di dalam silsilah itu, jika ada, dan jika nasab itu nasab yang benar bukan nasab yang dusta. Jika nasab itu dusta, maka tidak akan bisa diperbaiki, didobiti (diluruskan), (tidak akan pula dapat) di cari referensinya dari sumber-sumber khusus itu (serta tidak dapat) di muqobalah (dihadapkan) dengan sumber-sumber itu.”
Nasab yang Sahih (Valid)
Syekh Muhammad Mahdi Sayyid Hasan al-Khurasani berkata:
صحيح النسب هو الذي ثبت عند النسابين بالشهادة وقوبل على المصادر النسبية فنص عليه شيوخ النسب او سائر العلماء المشهورين بالتقوى والورع والامانة فكان ثابتا بالاجماع
“Sohihun Nasab (nasab yang sahih) adalah (nasab) yang telah tetap menurut para ahli nasab dengan kesaksian dan diterima oleh referensi-referensi nasab (kitab-kitab nasab). Maka kemudian ditulis oleh para guru-guru nasab atau semua ulama yang masyhur dengan takwa, wara dan amanah. Maka (nasab itu) tetap dengan ijma” (Muqoddimah al-Muntaqilah al-Talibiyah, Muhammad Mahdi Sayyid Hasan al-Khurasani, h. 26)