Hak dan Kewajiban Suami Istri
PROBLEMA ISTRI KEDUA
Assalammualaikum wr. wb.
Pak ustadz, ada yang ingin saya tanyakan. Mohon ilmunya dalam menghadapi rumah tangga dengan status istri ke 2 tanpa sepengetahuan istri pertama.
1. Dalam islam mengajarkan seorang istri untuk selalu taat dan patuh terhadap seorang suami. Lalu bagaimanakah jika sang suami selalu berbohong terhadap saya? Selama ini saya mencoba bersabar dengan semua ucapannya. Karena saya tidak mau berdebat panjang lebar, saya selalu berpura-pura percaya dan mengiyakan apa yang suami ucapkan. Padahal sebenarnya saya tahu jika suami sedang berbohong. Apa yang harus saya lakukan Pak ustadz? Apakah saya harus tetap berusaha berpura-pura percaya ataukah saya harus membenarkan omongan suami dengan cara melawan omongan suami?
(Contoh kebohongannya, ketika memberikan janji akan datang hari ini, suami memberi alasan sedang sakit, dengan cara mengirim foto ataupun video saat dia dibekam. Padahal kejadian bekam itu sudah beberapa hari yang lalu).
2. Posisi saya sekarang tinggal jauh dari keluarga, tapi 1 kota dengan saudara.
Singkat cerita, secara pekerjaan, suami memang orang mapan. Tapi adakalanya kadang kondisi keuangan naik turun atau tidak stabil, mengingat anak dari istri pertama 4anak dan dari istri ke dua 1anak. Tapi kalau hanya untuk kehidupan sehari-hari alhamdulillah tidak pernah kekurangan. Akan tetapi pihak saudara selalu menasehati saya untuk segera meminta ini itu (sesuatu yang bernilai untuk investasi masa yg akan datang) memang maksudnya supaya nantinya untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi dengan posisi saya nikah siri, mungkin posisi saya sangat lemah dimata hukum. Saya pernah meminta hal tersebut kepada suami, akan tetapi suami bilang agar lebih bersabar dahulu. Menurut pandangan agama, mana yang harus saya pilih. Apakah saya harus menuruti kata saudara atau suami? Mohon diberikan penjelasannya.
3. Saya merasa kebutuhan saya untuk hal-hal lainnya selalu dibelakangkan.
Contoh, saya belum pernah berqurban. Sedangkan suami dengan keluarga istri pertamanya setiap tahun selalu berqurban. Kali ini saya ingin meminta berqurban juga, akan tetapi suami berkata sebentar dulu ya nanti kalau ada sisa uang. Karena suami dan istri pertamanya berqurban di kampung halaman, maka beralasan butuh biaya juga untuk pulang ke kampung halaman.
Bagaimana tanggapan Pak ustadz mengenai hal ini? Bukankah seharusnya suami mendahulukan qurban untuk saya? Mengingat dia dan keluarga istri pertama sudah sering berqurban.
4. Suami menjanjikan 2tahun lagi insya allah akan membelikan rumah untuk tempat tinggal saya dan anak saya, karena posisi saya sekarang mengontrak. Apakah saya boleh menekan suami supaya lebih segera membelikan rumah. Misal saya menekan 1tahun lagi harus sudah dibelikan rumah. Bolehkah saya bersikap seperti itu? Karena kalau tidak ditekan mungkin saja sang suami bisa mengulur-ulur waktu dan bisa jadi lebih dari 2tahun lagi baru membelikannya.
5. Bagaimana hukumnya jika saya selalu su’udzon terhadap suami. Terkait suami selalu berkata manis. Karena jika saya mempercayai kata-katanya, saya takut kecewa. (Sudah beberapa kali mengalaminya)
Terkadang saya merasa seperti orang bodoh yang selalu mengiyakan kata-kata manis suami. Tapi kelebihan suami saya adalah soal agama dia bisa membimbing saya(soal sholat,aurat,dll). Kata-katanya selalu halus, Dia tidak pernah berkata kasar, jadi terkadang meskipun saya merasa sang suami sedang bermulut manis menjanjikan suatu hal kepada saya, saya selalu berusaha mempercayainya. Walaupun dalam hati sebenarnya ada keraguan dengan kata-kata manisnya.
Sikap apa yang harus saya lakukan Pak ustadz?
6. Terkait dari pertanyaan point ke2, Apabila saya lebih memilih bersabar dan menurut apa yang dikatakan suami daripada apa yang dikatakan pihak saudara, saudara selalu memberi ancaman jikalau saya tidak menuruti ucapan saudara, maka suatu saat nanti jika perlu bantuan mendesak, mau minta tolong ke siapa lagi kalau bukan ke saudara? Bagaimana menanggapi ancaman tersebut ustadz?
Terimakasih Pak ustadz, mohon bantuan untuk menyelesaikan permasalahan saya.
Wassalammualaikum wr.wb.
JAWABAN
1. Taat bukan berarti membenarkan kebohongan suami. Tidak dilarang mengoreksi kesalahan suami asal dengan cara yang baik. Baca detail: Batasan Taat Istri Pada Suami
2. Kewajiban suami adalah memberi nafkah. Termasuk di dalamnya adalah rumah dan pakaian. Kalau anda meminta dua hal tersebut, maka itu masih dalam hak anda. Baca detail: Hak dan Kewajiban Suami Istri
3. Berqurban itu sunnah, bukan kewajiban. Baca detail: Kurban
4. Boleh kalau suami mampu. Karena rumah itu bagian dari kewajiban suami dan menjadi hak istri untuk menerimanya. Baca detail: Hak dan Kewajiban Suami Istri
5. Dengarkan saja kata-katanya, tapi juga tidak perlu langsung mempercayainya kecuali ada buktinya. Namun tidak percaya dalam hati bukan berarti ketidakpercayaan tersebut harus diucapkan.
6. Ambil jalan tengah. Ingatkan suami akan janjinya, namun tidak perlu terlalu memaksa.