Hukum mencium kitab Al-Quran
Hukum mencium kitab Al-Quran dan kitab atau buku baik yang berisi ilmu agama maupun pengetahuan umum.
Hukumnya sunnah mencium mushaf kitab suci Al-Quran karena dicontohkan oleh seorang Sahabat Nabi dan dianalogikan pada mencium Hajar Aswad. Begitu juga sunnah mencium kitab yang berisi ilmu pengetahuan sebagai bentuk memuliakan.
Jalaluddin As-Suyuthi dalm al-Itqan fi ‘Ulumil Qur`an, hlm. 2/458
يُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ الْمُصْحَفِ لِأَنَّ عِكْرِمَةَ بْنَ أَبِي جَهْلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ يَفْعُلُهُ وَبِالْقِيَاسِ عَلَى تَقْبِيلِ الْحَجَرِ الاَسْوَدِ ذَكَرَهُ بَعْضُهُمْ وَلِأَنَّهُ هَدْيُهُ مِنَ اللهِ تَعَالَى فَشِرعَ تَقْبِيلُهُ كَمَا يُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ الْوَلَدِ الصَّغِيرِ
“Disunahkan mencium mushaf karena Ikrimah bin Abu Jahl melakukaknnya, dan (dalil lain) adalah dengan dikiaskan dengan mencium Hajar Aswad sebagaimana disebutkan oleh sebagian ulama, dan karena mushaf Al-Qur`an merupakan anugerah dari Allah swt. Karenanya disyariatkan menciumnya seperti disunahkannya mencium anak kecil.
Baca juga: Hukum membaca Al-Quran lewat Ponsel
Al-Bahuti dalam Kasyaful Qina’ (mazhab Hanbali), hlm. 1/138, menjelaskan:
ويباح تقبيل المصحف، قال النووي في التبيان روينا في مسند الدارمي بإسناد صحيح عن أبي مليكة: أن عكرمة بن أبي جهل كان يضع المصحف على وجهه ويقول: كتاب ربي كتاب ربي، وقال الزركشي في البرهان: مسألة: في أحكام تتعلق باحترام المصحف وتبجيله
ويستحب تطييب المصحف وجعله على كرسي، ويجوز بالفضة إكراما له على الصحيح، روى البيهقي بسنده إلى الوليد بن مسلم قال سألت مالكا عن تفضيض المصاحف فأخرج إلينا مصحفا فقال حدثني أبي عن جدي أنهم جمعوا القرآن في عهد عثمان ـ رضي الله عنه ـ وأنهم فضضوا المصاحف على هذا ونحوه، وأما بالذهب فالأصح يباح للمرأة دون الرجل وخص بعضهم الجواز بنفس المصحف دون علاقته المنفصلة عنه والأظهر التسوية، ويحرم توسد المصحف وغيره من كتب العلم، لأن فيه إذلالا وامتهانا، وكذلك مد الرجلين إلى شيء من القرآن، أو كتب العلم، ويستحب تقبيل المصحف، لأن عكرمة بن أبي جهل كان يقبله وبالقياس على تقبيل الحجر الأسود، ولأنه هدية لعباده فشرع تقبيله كما يستحب تقبيل الولد الصغير، وعن أحمد ثلاث روايات الجواز والاستحباب والتوقف.
Artinya: Boleh mencium mushaf (kitab suci). An-Nawawi berkata dalam kitab At-Tibyan: Kami meriwayatan dalam Musnad Al-Darimi dengan sanad sahih dari Abu Mulaikah bahwa Ikrimah bin Abu Jahal pernah meletakkan mushaf Al-Quran pada wajahnya sambil berkata: Kitab Tuhanku, Kitab Tuhanku. Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan berkata: Kasus: Hukum yang terkait dengan menghormati mushaf Al-Quran dan mengagungkannya. Sunnah memberi minyak wangi pada Al-Quran dan meletakkannya pada kursi. Dan boleh melapisinya dengan perak untuk memuliakannya menurut pendapat yang sahih. Al-Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya pada Al-Walid bin Muslim ia berkata: Aku bertanya pada Malik tentang menghiasai mushaf Al-Quran dengan perak. Lalu Malik mengeluarkan sebuah mushaf dan berkata: Ayah menceritakan padaku dari kakekku bahwa mereka (Sahabat) mengumpulkan Al-Quran pada masa Khalifah Usman bin Affan, dan mereka menghiasi mushaf dengan pereka seperti ini. Sedangkan menghiasinya dengan emas hukumnya boleh bagi perempuan tidak boleh bagi laki-laki. Sebagian Sahabat mengkhususkan kebolehan itu pada mushaf itu sendiri, tapi mengaitkannya dengan hal yang terpisah dari Quran. Pendapat yang paling zhahir adalah sama. Dan haram menjadikan mushaf Quran sebagai bantal termasuk juga kitab-kitab yang lain karena termasuk penghinaan. Begitu juga, memanjangkan kedua kaki pada Al Quran atau kitab-kitab ilmu. Dan sunnah mencium mencium mushaf karena Sahabat Ikrimah bin Abu Jahal pernah menciumnya dan di samping itu dengan menganalogikan dengan mencium Hajar Aswad. Dan karena Al Quran itu hadiah bagi hamba Allah maka disyariatkan untuk menciumnya sebagaimana sunnahnya mencium anak kecil. Dari Ahmad bin Hanbal terdapat tiga riwayat yaitu boleh, sunnah dan tawaquf.
Baca juga: Hukum Membaca dan Menyentuh Al Quran