Nasab Ba’Alwi dalam Pandangan Ibnu Hajar al-Haitami
Ibnu Hajar Tidak Mengisbat Nasab Ba’Alwi
Penulis: Imaduddin Utsman Al Bantani
Dalam kitab Tsabatnya Ibnu Hajar Al Haitami menyebut sanad khirqoh sufiyah Syekh Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus (w. 914). Benarkah dengan ia menyebut sanad itu, Ibnu Hajar mengitbat nasab Ba Alawi?
Daftar isi
- Pembelaan Kurtubi Lebak atas Nasab Baalwi
- Betulkah al-Sakhawi mengitsbat Nasab Baalwi? Tanggapan Kyai Imaduddin
- Tanggapan Kyai Imad atas Itsbat Yusuf an-Nabhani pada Nasab Baalwi
- Ini Makalah Kyai Imaduddin yg akan Disampaikan di UIN Jakarta bersama Prof. Dr. Said Agil Al-Munawar
- Nasab Ba’Alwi dalam Pandangan Ibnu Hajar al-Haitami
- Apakah Kitab Al-Raud al-Jali karya Al-Zabidi Dapat Dipercaya? Respons Kyai Imad pada Kyai Afifuddin
- Mengapa Asumsi Walisongo Keturunan Baalwi itu Tidak Benar
- Surat Kyai Imaduddin kepada Habib Taufik Segaf (Ketua RA)
- Respons KH Imaduddin Utsman pada Gus Najih Maimun
Dalam kitab Tsabat itu, Ibnu Hajar menyebutkan sanad Abu Bakar bin Abdullah Al Idrus. Tetapi Ibnu Hajar mengakui bahwa ia tidak pernah bertemu dengan Syekh Abu Bakar tersebut. Ia mengatakan:
وهو وإن لم أَلقَهُ أيضاً لكني لقيتُ كثيراً من تلامذته ووقع بيني وبينهم ما يجوز لي الرواية عنه.
“Dan ia (Abu Bakar al Idrus), walau aku tidak bertemu dengannya lagi, tetapi aku bertemu banyak dari murid-muridnya. Dan antara aku dan murid-muridnya itu terjadi sesuatu (kesepakatan) yang akhirnya memperbolehkan aku untuk meriwayatkannya” (tsabat Ibnu Hajar al Haitami h. 195).
Baca juga: Surat Kyai Imaduddin pada Habib Taufiq (Ketua Rabithah Alawiyah)
Perhatikan kalimat Ibnu Hajar al Haitami ketika ia menyebutkan sanad itu. ia hanya mengutip kalimat Abu Bakar al Idrus dengan kalimat: Qola al qutub Abu Bakar al Idrus (telah berkata Abu Bakar al Idrus). Jadi yang terdapat dalam kitab Ibnu Hajar itu bukan kata-kata Ibnu Hajar al Haitami, tetapi kata-kata Abu Bakar al Idrus. Ibnu Hajar hanya mengutipnya saja. Kutipan Ibnu Hajar sebagai mana di bawah ini:
ولنختم بطريقة جليلة عالية المقدار؛ لأن مشايخها من أولهم إلى منتهاهم من آل البيت، كل عن أبيه، قال القطب أبو بكر العيدروس لَبِسْتُها من القطب عبد الله العيدروس، من أبيه أبي بكر: وهو أبيه عبد الرحمن السقاف ، وهو من أبيه محمد، من أبيه علي، من أبيه علوي من أبيه الفقيه محمد الذي يتشعب منه أنساب بني علوي ، من أبيه علي ، من أبيه محمد ، من أبيه علي: من أبيه علوي ، من أبيه محمد ، من أبيه علوي من أبيه عبد الله من أبيه أحمد من أبيه عيسى ، من أبيه محمد ، من أبيه علي ، من أبيه جعفر الصادق من أبيه الباقر، من أبيه علي زين العابدين من أبيه سيد الشهداء الحسين، من أبيه علي، من رسول الله ﷺ عدد معلوماته أبداً
Lalu jika kalimat tentang susunan sanad itu bukan ucapan Ibnu Hajar, tetapi ucapanan Abu Bakar al Idrus, dari mana Ibnu Hajar mendapatkannya? Ternyata Syekh Abu Bakar Al-Idrus, menulis sebuah kitab yang berjudul “Al-Juz’ullatif fi Tahkimisyarif” . kalimat itu terdapat dalam kitab tersebut.
Silahkan baca cetakan kitab Al-juz’ullatif tersebut (halaman 493) yang dicetak dalam satu jilid bersama kitab Syekh Abu Bakar Al-Idrus lainnya, “Diwanul Adni”. Dua Kitab itu di cetak oleh Ahmad Muhammad Barokat melalui maktabah Darussanabil Damaskus dan Al-hawi Beirut cetakan pertama tahun 1432 H/2011.
قلت : ألبسني شيخي ووالدي ، الشيخ الولي الكامل الفاضل ، قوت الكائنات ، عفيف الدين ، محيي النفوس والدروس ، عبد الله المكنى بالعيدروس بن أبي بكر رضي الله عنه ، كما ألبسه والده الشيخ الكبير أبو بكر السكران ، كما البته والده الشيخ ، إمام الحقيقة والطريقة ، عبد الرحمن السقاف ، كما ألبسه والده الشيخ الهمام محمد مولى الدويلة ، كما أنيه والده الصالح الولي علي ، كما ألبسه والده الولي العارف ، ذو العلوم والمعارف ، الخبر العلامة علوي بن محمد ، كما أليسه والده قطب الأقطاب ، الفرد الغوث ، الجامع بين علمي الشريعة والطريقة ، المتحلي بثمرات الحقيقة ، القدوة الرحلة في زمنه ، المشهور بالفقيه محمد بن علي ، مقدم التربة بتريم حرسها الله تعالى وسائر بلاد الإسلام ، وهو جد آل باعلوي ، ومنه يتشعب نسبهم الشريف ، كما ألبسه والده علي بن محمد ، كما أليسه والده صاحب مرباط محمد بن علي ، كم البه والده خالع قسم علي بن علوي – وعلي بن علوي هذا الذي ذكره الجندي والخزرجي واليافعي وحسين الأهدل وجماعة من المؤرخين أنه كان إذا صلى … يكرر السلام على النبي صلى الله عليه وسلم حتى يسمع رد سلام جده عليه أو كما قالوا ، انتهى – كما ألبسه والده علوي بن محمد ، كما أليه والده محمد بن علي ، كما أليه والده الإمام أمير المؤمنين علي بن أبي طالب ، كما ألبسه علوي ، كما ألبسه والده علوي بن عبيد الله ، كما أليسه والده عبيد الله بن أحمد ، كما ألبسه والده أحمد بن عيسى ، كما أليه والده عيسى بن محمد ، كما ألبسه والده محمد بن علي العريضي…
Perhatikan, susunan yang disebutkan Ibnu Hajar itu nama-namanya sama, hanya saja Ibnu Hajar banyak menghapus gelar-gelar yang tidak penting. Ia hanya menyebut nama tanpa gelar. Perhatikan pula lafadz Ibnu Hajar:
من أبيه الفقيه محمد الذي يتشعب منه أنساب بني علوي
(dari bapaknya yaitu alfaqih [al Muqoddam] Muhammad yang bercabang darinya nasab Ba’alwi).
kalimat tersebut mirip dengan kalimat Abu Bakar al Idrus dalam Al Juz’ullatif seperti berikut ini:
ومنه يتشعب نسبهم الشريف
(darinya bercabang nasab mereka yang mulia).
Mirip bukan?
Ini menunjukan kalimat-kalimat yang ditulis Ibnu hajar dalam kitabnya itu hanya menukil dari kitab Abu Bakar al Idrus.
Baca juga: Benarkah kitab Al-Raudul Jali Abad ke-4 dan menyebut Ubaidillah?
Dari sana kita melihat bahwa kesimpulan Ibnu Hajar mengitsbat nasab Ba Alawi itu tidak benar. Ia hanya mencantumkan susunan silsilah sanad itu sesuai dengan yang ia dapat dari kitab “Al Juz’ullatif”. Dan kalimat seperti itu tidak bisa mengisbat nasab, sesuai dengan teori ilmu nasab.
Sebagai contoh, mari kita baca apa yang disebutkan seorang pakar nasab, Syekh Khalil Ibrahim, dalam kitabnya “Muqaddimat fi Ilmil ansab”:
النسب يثبت باربع طرق الاول الرقعىة اي المكتوب وشرط المكتوب أن يكون قطعي الدلالة صحيحا. فليس كل ما كتب صحيحا وليس كل ما يكتب يراد منه المقصود. فالنسب يثبت إذا وجد في رقعة أو كتاب بشرط أن يكون هذا المكتوب قطعي الدلالة على المقصود وليس من المؤتلف أي متشابه الأسماء
“Nasab itu bisa ditetapkan dengan empat cara: yang pertama adalah catatan (yang ditulis). Dan syarat catatan itu harus secara sahih “qat’iyyuddilalah” (dilalah yang qot’i). maka tidak setiap apa yang dicatat itu hukumnya sahih; dan tidak setiap apa yang tercatat itu diinginkan darinya tujuan (itsbat). Maka nasab itu bisa ditetapkan jika terdapat dalam catatan atau kitab dengan syarat catatan itu dilalahnya qot’I untuk tujuan (isbat). Dan catatan itu tidak termasuk ke dalam kategori nama yang mu’talif dan mutasyabih (nama yang mirip)” (Muqaddimat fi ‘Ilmil Ansab h. 58)
Baca 3 buku penting karya KH Imaduddin Utsman:
- Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
- Terputusnya Nasab Habib Kepada Nabi Muhammad Saw
- Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi
Dari narasi pakar ilmu nasab Syekh Khalil Ibrahim di atas, jelas bahwa tulisan Ibnu Hajar yang hanya menyebut sanad Abu Bakar al Idrus, yang terdapat di dalamnya nama Abdullah bin Ahmad bin Isa, secara ilmu nasab tidak bisa disebut mengitsbat. Ibnu hajar hanya mengutip apa adanya seperti yang terdapat dalam kitab milik Abu Bakar al Idrus. Jadi sama sekali tidak dapat dikatakan bahwa Ibnu Hajar itu telah mengitsbat nasab Ba’alwi, ia hanya mengutip tulisan dari seorang Ba’alwi.
Sebuah narasi dalam kitab bisa dikatakan mengitsbat nasab harus disyaratkan “qat’iyyuddilalah” (petunjuk yang jelas), seperti jika Ibnu Hajar mengatakan:
وهذه السلسلة صحيحة
(dan silsilah nasab ini sahih),
baru itu namanya mengitsbat. Sedangkan dalam kitab tsabatnya itu Ibnu Hajar sama sekali tidak menyebutkan kalimat-kalimat yang mengindikasikan ia mengitsbat nasab itu. kitabnya itu adalah kitab sanad keguruan bukan kitab nasab. ia hanya memberitakan bahwa sanad tarikat dari Abu Bakar al Idrus, katanya, susunannya seperti itu, sesuai yang ia tulis dalam kitabnya, Al Juz’ullatif”. Mengenai apakah benar atau tidak susunan itu, Ibnu Hajar tidak berkomentar.
Jadi jelas, pendapat yang mengatakan bahwa Ibnu Hajar telah mengitsbat nasab Ba’alwi adalah tidak benar.