Batalnya Nasab Habaib: Respons Kyai Imad atas Bahtsul Masail MWC NU Brebes
CATATAN BAHTSUL MASAIL MWC NU WANASARI BREBES TENTANG BATALNYA NASAB BA’ALWI
Ketika Bahtsul Masail (BM) tingkat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) di Batam yang berusaha membela nasab Ba’alwi terbukti dalilnya palsu dan ngawur. Apalagi BM yang dilaksanakan di tingkat Majlis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC-NU).
BM PCNU itu mencerminkan cara berfikir tingkat kabupaten, sementara BM MWCNU mencerminkan cara berfikir tingkat kecamatan. Ketika cara berfikir tingkat kabupaten yang berusaha membela nasab Ba’alwi menjadi kacau, maka tentu cara berfikir tingkat kecamatan akan semakin kacau. Pertanyaanya, mengapa bisa demikian?
Karena batalnya nasab Ba’alwi itu sudah masuk ke dalam derajat badihiy yang tidak bisa ditolak. Yang menolaknya akan masuk dalam kategori mukabarah (tidak mau menerima kebenaran). Bagaimana seorang Bernama Ubed yang hidup di abad ke-4 H. disebut sebagai anak Ahmad Al-Abah padahal tidak mempunyai bukti apapun. Bagaimana mungkin kitab-kitab nasab dari abad ke-5 Hijriyah sampai abad ke-8 Hijriyah semuanya bersepakat untuk tidak menyebut nama Ubed sebagai anak Ahmad padahal anak lainnya disebutkan. Bagaimana ratusan kitab sejarah dan kitab lainnya dari abad ke-4-8 Hijriah semuanya tidak pernah menyebutkan tokoh-tokoh Ba’alwi satupun seperti Faqih Muqaddam, Ali Khali Qasam dan Muhammad Sahib Mirbat. Semua nama itu tidak pernah disebutkan sebagai apapun sebelum abad ke-9 Hijriyah, baik sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW, sebagai ulama atau sebagai manusia yang pernah hidup di alam dunia.
Bagaimana pembela kaum Baalwi bisa mengabaikan tanda Tuhan yang dilekatkan ke dalam tubuh Baalwi yaitu DNA dengan haplogroup G. Haplogrouop G adalah tanda yang diberikan Tuhan untuk orang-orang yang mempunyai leluhur garis paternal (garis laki) dari Yahudi Khazar yang tinggal di pegunungan kaukasus. Wilayah bangsa Khazar sekarang adalah Georgia, Azarbaijan, Kazakstan, Dagestan dan wilayah-wilayah lain. Bangsa Khazar mendirikan kerajaan yahudi pada abad ke 7 Masehi Ketika Kerajaan Islam bani Umayah meluaskan wilayahnya ke Kaukasus. Mereka adalah sekutu pasukan salib untuk melawan kekuatan kekhalifahan Islam Arab.
Saya sebut Ba’alwi sebagai Kaukasus-India karena bukti hasil tes DNA Najwa Syihab Baalwi memiliki kandunggan Mitrokondria DNA (garis ibu) dominan dari Asia Selatan (India-Nepal-Bangladesh-Tamil). Tidak heran secara kasat mata banyak wajah kaum Baalwi mirip dengan orang Banglades walaupun mempunyai keturunan paternal dari Bangsa Khazar.
Bangsa Khazar kemudian menurunkan banyak suku bangsa, terutama Suku Sirkasia dan Adygea . Individu-individu yang teridentifikasi sebagai Suku Sirkasia mempunyai cabang genetic yang terbagi di antara Sirkasia timur dan Sirkasia Barat. Di Sirkasia Timur terdiri dari suku Kabardian dan Suku Besleney. Sedangkan di Sirkasia Barat terdiri dari dua destinasi pertama di sekitar sungai Kuban yaitu terdiri dari Suku Chemguy, Abzakh dan Bzhedugh. Yang kedua di Pantai Laut Hitam yang terdiri dari suku Shapsug dan Natukhaj. Dari seluruh suku Sirkasia itu cabang suku Shapsugh adalah suku yang terbesar berhaplogroup G M201. Individu-individu yang berhaplogroup G M201 dari suku Shapsug mencapai 81 % dari jumlah seluruh populasi. Sedangkan dari suku Adygea 40% berhalpogroup G M201. Sama dengan haplogroup kaum Baalwi.
Untuk menelusuri leluhur garis paternalnya hendaklah kaum Baalwi menelusuri sejarah dari dua suku yang sampai hari ini masih ada di Kaukasus yaitu Suku Shapsug dan suku Adygea. Sedangkan untuk menelusuri garis mitrokondria hendaklah mereka menelusri sejarah migrasi leluhur mereka dari Kaukasus ke India, Banglades, Nepal dan Tamil sebelum kemudian bermigrasi ke Hadramaut.
Dalam kesempatan menanggapi hasil BM di Wanasari Brebes ini, saya menggunakannya juga untuk memberi pencerahan kepada santri Masyrab Quburiyah tentang asal-usul kaum Ba’alwi ditinjau dari sisi genetic selain menanggapi isi hasil BM tingkat kecamatan yang sudah terbantah lebih dahulu dalam buku-buku saya. Tentang sanad hadis yang menyebut nama Abdullah yang digunakan dalam BM itu sudah dibahas secara detail dalam buku saya “Ulama Nusantara Menggugat Nasab Palsu” . saya telah membuktikan secara komprehensip dan ilmiyah bahwa sanad itu adalah sanad palsu yang tidak terdapat dalam kitab apapun. Sanad itu sanad khayalan yang dibuat oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggungjawab.
Kemudian cara berfikir tingkat kecamatan juga keliru memahami tentang bahwa sebuah nasab bisa diitsbat cukup dengan salah satu metode pengitsbatan nasab yang terdapat dalam kitab Rasail Fi ilmil Ansab karya Sayid Husain bin Haidar al-Hasyimi. Metode pengitsbatan nasab yang terdapat dalam kitab tersebut disebutkan ada lima metode dan kemudian ditambahkan dua metode lagi jadi berjumlah tujuh metode yaitu: Syuhrah dan Istifadlah, kitab nasab, bayyinah syariyyah (saksi), I’traf dan iqrar suatu qabilah, I’tiraf dan iqrar seorang ayah, Al-Qur’ah (diundi) dan Qiyafah (melihat kemiripan anak dan ayah).
Menurut cara berfikir tingkat kecamatan, nasab bisa diitsbat cukup dengan salah satu dari tujuh metode di atas. Misalnya jika ada seorang yang mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW maka cukup diundi saja. Siapkan dua kertas yang satu bertuliskan “Benar dia keturunan Nabi” dan yang satu lagi bertuliskan “Tidak benar dia keturunan Nabi”. Jika setelah diundi yang keluar adalah kertas yang bertulis “Benar dia keturunan Nabi”, maka sahlah dia menjadi keturunan Nabi. Jika yang keluar kertas bertuliskan “Tidak benar dia keturunan Nabi”, maka pengakuannya batal.
Sebagai orang yang pernah menjabat sebagai Ketua MWC-NU, saya kaget mendengar Ustad Maimun (salah seorang perumus) dalam BM tersebut menerangkan metode itsbat nasab seperti di atas. Sepengalaman saya, cara berfikir tingkat kecamatan-pun tidak sekonyol dan sebodoh itu. Banyak para alim di tingkat kecamatan yang ilmu dan pengalamanya tabahhur (luas). Namun akhirnya kekagetan saya hilang setelah salah seorang teman mengirimkan link akun Facebook (FB) milik Ustad Maimun. Dalam akun FB-nya nampak ia berfoto dengan Syaikh Umar bin Hafidz Baalwi (Pengarang kitab kumpulan doa-doa siang-malam). Rupanya Ustad Maimun ini dulu mondok kepada Syaikh Umar bin Hafidz di Tarim.
Dari sana saya faham, bahwa acara BM itu bukan untuk mendiskusikan secara ilmiyah batalnya nasab Ba’alwi tetapi sebagai bakti seorang murid dalam membela nasab gurunya yang batil. Kendati demikian, saya mengapresiasi cara-cara beradab seperti yang dilakukan ustad Maimun dalam membela nasab gurunya tersebut walau sangat merugikan nama MWC NU khususnya MWC NU Wanasari. Minimal ia tidak menggunakan caci maki dan cara-cara tidak beradab yang biasa dilakukan oleh pembela nasab Ba’alwi lainnya.
Yang diusahakan ustad Maimun itu kemudian diapresiasi dan disebarkan secara masiv oleh klan Baalwi. Bahkan Muhammad Husain Al-Habsyi, panitia haul Solo ikut menshare status Ustad Maimun tentang BM tersebut. Setelah Ustad Maimun mengetahui bahwa status FB nya di share oleh Panitia haul Solo itu, ia kemudian membuat status “Sebuah kehormatan tak terkira bahwa status hamba dianggap layak share oleh cucu pengarang Shimtuddurar…”.
Dari status Ustad Maimun tersebut kita melihat betapa ia telah merasa menunaikan kewajibannya sebagai hamba dari klan Ba’alwi untuk ikut membela nasab gurunya yang batil secara ilmiyah tersebut. Ia memanggil dirinya ‘hamba” di hadapan seorang Ba’alwi padahal ibunya melahirkannya sebagai bangsa jawa yang lebih mulia dari Baalwi dilihat dari sisi apapun.
Yang agak lucu dari peristiwa BM-BM-an di Wanasari tersebut adalah bahwa kaum Ba’alwi, khususnya Muhammad Husen Al-habsyi Solo, merasa bahwa hasil BM-BM-an itu bisa menolong nasab mereka, untuk itu dengan semangat 45 ia share status FB ‘hamba’nya itu, padahal hasil BM-BM-an itu tidak berarti apa-apa dalam menolong nasab Ba’alwi. Isinya hanya sama dengan jawaban Ba’alwi selama ini, tidak ada dalil ilmiyah, hanya saja disampaikan dalam kedok BM. Seandainya-pun Ba’alwi bisa membujuk LBM-PBNU melaksanakan BM untuk mensahihkan nasab mereka, maka usaha mereka tidak akan berhasil karena keterputusan nasab mereka sudah qot’I badihiy. Yang berusaha mengutak-atiknya tanpa dalil ilmiyah hanya akan menampakan kebodohannya di hadapan alam semesta.
Penulis: Imaduddin Utsman Al-Bantani
Daftar Artikel soal Nasab Habib
- Kesalahan KH Fahrur Rozi dalam Membela Nasab Baalawi
- Pembelaan Kurtubi Lebak atas Nasab Baalwi
- Betulkah al-Sakhawi mengitsbat Nasab Baalwi? Tanggapan Kyai Imaduddin
- Tanggapan Kyai Imad atas Itsbat Yusuf an-Nabhani pada Nasab Baalwi
- Ini Makalah Kyai Imaduddin yg akan Disampaikan di UIN Jakarta bersama Prof. Dr. Said Agil Al-Munawar
- Nasab Ba’Alwi dalam Pandangan Ibnu Hajar al-Haitami
- Apakah Kitab Al-Raud al-Jali karya Al-Zabidi Dapat Dipercaya? Respons Kyai Imad pada Kyai Afifuddin
- Mengapa Asumsi Walisongo Keturunan Baalwi itu Tidak Benar
- Surat Kyai Imaduddin kepada Habib Taufik Segaf (Ketua RA)
- Respons KH Imaduddin Utsman pada Gus Najih Maimun
- Isbat Baalwi oleh Mahdi Rojai, Tanggapan Kyai Imaduddin
- Tanggapan atas Sanggahan Habib dari Oman
- Pakar DNA Yaman: Habib bukun cucu Nabi
- Tanggapan Kyai Imaduddin atas Habib Muhdor Jember
- Pemalsuan sejarah Yaman: kesaksian seorang ulama Yaman
- Sejarawan Yaman, Al-Barihi, Di Abad 9 H. Tidak Menyebut Ba’alwi Sebagai Keturunan Nabi Muhammad SAW
- Kitab 9 Hijrah Tidak Menyebut Ba’alwi Sebagai Keturunan Nabi Muhammad SAW
- Sanggahan pada Gus Najih: Dalil Perlunya Kitab Sezaman
- Menjawab Tuduhan Hanif Dkk Terhadap Tesis Penulis
Buku Kyai Imaduddin soal Nasab
- Buku Menakar kesahihan Nasab Habib Di Indonesia
- Buku Terputusnya Nasab Habib Kepada Nabi Muhammad Saw
- Buku Membongkar Skandal Ilmiyah sejarah dan Genealogi Ba’alwi
- Buku Metode Menetapkan Nasab Menurut Kitab Rasa’il fi Ilm al-Ansab
- Buku Literatur Kitab-Kitab Nasab Abad Ke-3-13 Hijriyah Bukti Terputusnya Nasab Ba’alwi
- Buku Manuskrip-Manuskrip Palsu Ba’alwi Versi Rumail Abbas