Mengiyakan Permintaan Talak Istri
RUMAH TANGGA: TALAK
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…ada beberapa hal tentang talak yang ingin saya tanyakan,ustadz.
1.saya sdh hampir 10 tahun menikah dengan suami saya.kemudian di tahun pertama pernikahan,saya bertngkar dengan suami saya,saat bertengkar saya bilang “saya mau pisah sama kamu”,tapi suami saya nggak bilang apa2.dan setelah pertengkaran reda,kami baikan lagi. tp suami saya bilang seperti ini sambil memeluk sy:”jd kamu mau pisah ya dek sama aku”. terus saya bilang”iya”.tapi saya hanya pura2 mengatakannya.terus suami saya bilang “ya sudah kalau begitu” sambil dia melepaskan pelukannya pd saya.tp langsung saja saya bilang”nggak kak” tp itu semua dia katakan hanya untuk menggertak saya.karna setelah itu dia langsung senyum dan peluk saya lagi.
2.beberapa tahun kemudian saat kami bertengkar saya berkata seperti ini:”talak saya”. Terus dia bilang “iya”. Tapi dia berkata begitu karna dia kesal dan nggak niat mentalak saya sama sekali katanya,saya juga merasa jawabannya itu bukan untuk kata talak yg saya minta,tapi karna kesal hingga tdk sengaja mengatakannya.
3.beberapa hari yg lalu kami bertengkar lagi dan suami sy berkata dalam keadaan benar2 sangat marah tapi masih sadar dengan apa yang dikatakannya:”kalau kamu minta diantarkan pulang,ayo!”. Trs sy jawab :”iya ayo”dgn luapan emosi juga saya berkata begitu.terus kata suami saya “iya ayo bereskan baju2nya semua”. dia bnr2 memaksa saya utk pergi.walaupun saya tidak serius dengan ucapan saya dan berusaha mengulur waktu,tapi dia tetap memaksa saya dengan penuh emosi.namun selang beberapa puluh menit kemudian ,setelah emosinya benar2 reda,kami baikan kembali.dan saat itu saya bertanya sama dia apakah dia berniat menceraikan saya atau tidak saat tadi mau mengantar pulang saya(mengusir saya).dia bilang “tidak”. Saya menanyakannya sampai berkali2.tapi jawaban dia tetap “tidak”.terus saya tanya lagi: “tapi tadi itu kamu terlihat benar2 serius”. Terus dia jawab lagi: “tidak,bukankah aku lebih tahu”(maksudnya lebih tahu isi hatinya).
Jd apakah semua hal diatas menjadi talak?mohon bimbingannya ustadz atas ketidak tahuan kami.
JAWABAN
1. Dalam kasus poin 1 termasuk talak kinayah karena suami mengiyakan. Kalau tidak ada niat maka tidak terjadi talak. Baca detail: Mengiyakan Permintaan Cerai Istri
2. Dalam kasus poin 2 juga sama dengan kasus poin pertama. Baca detail: Mengiyakan Permintaan Cerai Istri
3. Ucapan “diantar pulang” termasuk talak kinayah juga. Kalau tidak ada niat tidak jatuh talak. Baca detail: Cerai dalam Islam
RESTU ORANG TUA DAN CALON ISTRI YANG KERAS KEPALA
Assalamualaikum ustadz.
Perkenalkan nama saya Rahmat
1. Tahun lalu saya punya rencana untuk menikahi pacar saya, dan kami juli 2017 kemarin telah bertunangan sesuai dengan adat kami.
2. Namun pada bulan Februari 2018 saya ditimpa ujian yg sangat berat. Yaitu ketika tunangan saya memutuskan hubungan tunangan melalu ibu saya. Akhirnya ibu saya sudah tidak bisa merestui hubungan kami lagi. Akhirnya sampai lah berita ini ke Keluarga saya yg lain.
3. Masalah ini terjadi karena emosi yg tidak terkendali dari tunangan saya. Sehingga cincin tunangan d kembalikan kos ortu saya.
Berulang kali saya minta restu orang tua saya, namun ibu saya sudah tidak bisa lagi menerima… Bahkan saya sempat pulang menemui ortu saya untuk minta restu, akhirnya saya d beri jalan oleh ortu saya, namun dengan syarat Kel pacar saya harus menemui Kel saya kembali dan menempuh jalan Adat.
4. Namun pacar saya tidak setuju dengan cara tersebut karena pacar beranggapan ortu saya tidak setuju dan serius sama hubungan saya dengan pacar saya, karena dia beranggapan ortu saya belum siap untuk melepas saya karena ingin menikmati hasil kerja keras saya.
5. Saya sempat tidak berkomunikasi dengan pacar saya, karena saya takut diminta tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah ini. Dan ortu saya melarang komunikasi saya dengan dirinya. Padahal bukan saya yg memutus kan hubungan tunangan itu.
5.Saya pun di tuntut untuk bertanggung jawab dengan menempuh jalan kawin lari dengan dirinya. Untuk menebus dosa zina saya bersama dirinya. Saat sebelum terjadi nya masalah ini saya menikahinya untuk tanggung jawab saya sebagai pacarnya.
6. Akhirnya saya pun di ajak untuk kawin lari tanpa restu ortu saya, kalau tidak dia akan menyebar kan aib ini kepada keluarga saya. Namun yg membuat saya ragu adalah sikap keras dan emosional kepada saya dari dulu sejak pacaran… Dari dulu saya selalu turuti permintaan nya.. Selain itu dia masih menyimpan rasa kesal dengan Ibu saya yg tak merestui, karena sikap keras dan emosi yg tak terkendali…
7. Ibu saya sering menangis memikirkan masalah saya. Saya masih menutupi aib ini dari orang tua dan keluarga saya, karena saya takut akan membuat orang tua dan Kel saya kecewa, karena Dimata mereka saya baik. Saya juga anak pertama dan cucu pertama d keluarga besar saya.
8. Saya takut perbuatan dosa yg telah saya sesali ini akan menghancurkan Keluarga saya terutama ibu saya… Soalnya saya dari awal masalah ini berusaha menutupi aib ini…
9. Sekarang ortu saya berangkat dari kampung ke Jakarta untuk mengawasi saya agar saya tidak kawin lari dengan pacar saya. Karena ortu saya takut saya akan sengsara bersama diri pacar saya karena dalam pikiran mereka watak pacar saya itu keras.
10. Selain itu orang tua saya tidak ridho jika saya lebih memilih dia ketimbang patuh dengan ortu saya…
Dan pacar saya pun mengancam saya agar saya berhenti kerja dan pulang kampung dan meninggalkan pekerjaan saya saat ini serta menganggur d kampung agar memberikan pelajaran kepada ortu saya dalam pikirannya.
Kalau tidak dia akan menyebar kan aib ini ke Kel, dan adik2 saya.
11. Saya takut akan murka dan rasa kecewa ibu saya karena memilih dia, tapi saya juga tidak ingin aib ini menimpa keluarga saya. Dan saya juga trauma dengan sikap keras dan emosional nya kepada saya dan keluarga saya terutama ibu saya.
Karena dalam pikiran dia, saya selalu mengikuti keinginan ortu saya bukan memilih bertanggung jawab kepada nya dengan kawin lari.
Sekarang ada tiga pilihan yg diberikan oleh pacar saya kepada saya.
1. Saya harus berhenti bekerja dan menganggur 2 tahun d kampung
2.seluruh ijazah saya ditahan olehnya
3. Aib saya akan di sebarkan oleh nya ke Kel saya dan ke lingkungan tempat ibu saya bekerja.
Saat ini saya sedang terpuruk oleh dosa saya yg telah saya perbuat pada masa lampau…
Sejak bermula nya masalah ini saya menyesali perbuatannya dosa saya, saya ingin kembali ke jalan Allah SWT.
Tapi saya bingung dalam melangkah, saya harus pilih ortu saya dengan segala resiko atau saya harus memilih pacar saya tanpa restu orang tua saya.
Sebenarnya saya ingin ortu saya merestui hubungan saya, tapi dengan syarat Kel pacar menemui ortu saya.
Tapi pacar saya lebih memilih untuk kawin lari karena dia berpikir bahwa sudah tidak ada lagi restu untuk hubungan saya dengan nya. Itu juga yg membuat saya ragu menempuh rumah tangga dengannya..
Karena masih menyimpan benci kepada ortu saya dalam hati nya.
Bagaimana sikap saya sebaiknya agar tobat saya bisa d terima dan bagaimana sikap saya terhadap ortu dan pacar saya…?
JAWABAN
Kalau pernikahan anda bertujuan untuk mencapai kebahagiaan, maka langkah terbaik adalah tidak menikah dengannya. Selain karakternya
yang sangat tidak baik, faktor restu orang tua juga perlu menjadi pertimbangan anda yang serius.
Terkait aib yang hendak dibongkar, maka sebaiknya anda berterusterang pada orang tua soal ini dan memohon maaf padanya. Ini adalah jalan terbaik di antara yang lebih buruk (menahinya). Baca juga: Cara Memilih Jodoh