Hukum Mengharamkan Perkara Halal
MENGHARAMKAN PERKARA HALAL, APAKAH MURTAD?
Assalamualaikum, pak ustadz saya mau bertanya, saya tau menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal itu bisa menyebabkan murtad, artinya apakah kalo kita mengatakan roti itu haram padahal roti itu halal berarti kita telah murtad?
Syukron pa ustadz semoga pak ustadz bisa membantu menyelesaikan permasalahan was was saya
Wasallamualaikum
JAWABAN
Roti yang anda haramkan itu tetap halal, tidak berubah menjadi haram. Hanya saja anda berdosa karena mengatakan sesuatu yang tidak benar dan oleh karena itu diharuskan memohon ampun pada Allah.
Ibnu Arabi dalam Ahkamul Quran, hlm. 2/4, menyatakan pandangan dua madzhab fikih:
إذا قال: هذا علي حرام لشيء من الحلال عدا الزوجة فإنه كذبة لا شيء عليه فيها، ويستغفر الله، ولا يحرم عليه شيء مما حرمه، هذا مذهب مالك والشافعي وأكثر الصحابة، وروي أنه قول يوجب الكفارة، وبه قال أبو حنيفة. انتهى.
Artinya: Apabila seseorang berkata “Haram bagiku perkara halal kecuali istri” maka ucapannya itu bohong dan tidak ada kewajiban hukum apapun baginya. Hendaknya dia beristighfar (memohon ampun) pada Allah. Namun tidak haram baginya apapun yang dia haramkan. Ini pendapat madzhab Maliki dan Syafi’i dan kebanyakan Sahabat. Menurut pendapat Abu Hanafi (madzhab Hanafi) ucapan seperti itu mewajibkan kafarat baginya.
Namun menurut pandangan madzhab Hanafi dan Hambali, mengharamkan perkara halal itu dianggap bersumpah. Dengan demikian, maka wajib bagi anda untuk membayar kafarat (tebusan) melanggar sumpah atau tidak melaksanakan nadzar. Baca detail: Hukum Nadzar dan Sumpah
Ibnu Qudamah (madzhab Hambali) dalam Al-Mughni, hlm. 11/202, menjelaskan:
“إذا قال : هذا حرام علي إن فعلت ، وفعل ، أو قال : ما أحل الله علي حرام إن فعلت ، ثم فعل ، فهو مخير ، إن شاء ترك ما حرمه على نفسه ، وإن شاء كَفَّر . وإن قال : هذا الطعام حرام علي ، فهو كالحلف على تركه ” انتهى ”
Artinya: Apabila seseorang berkata: “Ini haram bagiku melakukannya” lalu dia melakukannya; atau ia berkata “Apa yang dihalalkan Allah haram bagiku melakukannya” lalu dia melakukannya, maka baginya boleh memilih: a) apabila mau dia boleh meninggalkan apa yang dia haramkan untuk dirinya sensdiri. b) apabila mau, dia boleh melanggarnya dan membayar kafarat (sumpah). Apabila dia berkata “Makanan ini haram bagiku”, maka itu seperti sumpah apabila meninggalkannya.
Kesimpulan:
1. Mengharamkan yang halal tidak berakibat murtad.
2. Menurut pandangan madzhab Maliki dan Syafi’i, tidak ada kewajiban apapun bagi pelaku kecuali bertobat memohon ampun pada Allah; sedangkan menurut madzhab Hanafi dan Hambali, itu dianggap sumpah yang harus bayar kafarat apabila melanggarnya.
Baca juga: Penyebab Murtad