Pondok Pesantren Tertua di Indonesia
Pondok Pesantren Tertua di Indonesia
PESANTREN TERTUA BERDASARKAN USIA BERDIRINYA
Berbagai pondok pesantren di Indonesia sudah berdiri selama ratusan tahun. Berikut beberapa di antaranya:
1. Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu, Kebumen (549 Tahun)
Mengutip laman Universitas Insan Cita Indonesia, Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu didirikan Syekh Sayid Abdul Kahfi Al Hasani dari Hadhramaut, Yaman, pada 1475. Di dalam masjid pesantren tersebut, terdapat prasasti Batu Zamrud Siberia seberat 9 kg.
Berlokasi di Kebumen, Jawa Tengah, pesantren ini berusia 549 tahun. Usianya yang sudah melebihi 5 abad menjadikan pesantren Al Kahfi sebagai pesantren tertua di Indonesia.
2. Pondok Pesantren Luhur Dondong, Semarang (415 tahun)
Pondok Pesantren Luhur Dondong menjadi yang tertua di Jawa Tengah. Menurut layanan perpustakaan digital UIN Walisongo, Semarang, salah satu santrinya KH Ihsan bin Mukhtar mendirikan pesantren Al Ishlah.
Mengutip situs Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PC INU) Mesir, pondok pesantren ini didirikan oleh Kyai Syafi’i Pijoro Negoro pada tahun 1609. Kyai Syafi’i sendiri merupakan salah satu komandan pasukan Sultan Agung ketika menyerbu Batavia.
3. Pondok Pesantren Nazhatut Thullab, Sampang (322 Tahun)
Pondok Pesantren Nazhatut Thullab didirikan pada tahun 1702 oleh Kyai Abdul ‘Allam. Menurut laman resminya, pendirian pondok pesantren tertua di Pulau Madura ini berawal dari kisah Babat Tanah Prajjan yang dilakukan oleh Kyai Abdul ‘Allam.
Kyai Abdul ‘Allam atau yang bernama asli Pang Ratoh Bumi diperintah oleh gurunya untuk berdakwah di desa Panyajjeen, timur utara kota Sampang. Kini, wilayah tersebut menjadi Desa Prajjan, Kecamatan Camplong.
4. Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin (319 Tahun)
Mengutip website PCNU Kabupaten Cirebon, pondok pesantren ini sudah berdiri sejak tahun 1705. Pendirinya adalah Ki Jatira yang berdarah Mataram. Nama aslinya yaitu Syekh Hasanuddin bin Abdul Latif.
Ki Jatira berasal dari Kajen, Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Beliau memilih wilayah Babakan yang pada saat itu merupakan padukuhan kecil di Kabupaten Cirebon Barat Daya.
5. Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo (282 Tahun)
Pondok Pesantren Tegalsari, Ponorogo didirikan pada tahun 1742 oleh Kyai Ageng Muhammad Besari. Lokasinya berada di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.
Adapun beberapa tokoh yang pernah menimba ilmu di pesantren Tegalsari di antararanya adalah Pakubuwana II, Bagus Burhan atau Raden Ngabehi Ronggowarsito, dan H.O.S Cokroaminoto. Pesantren ini menjadi cikal bakal lahirnya Pondok Modern Darussalam Gontor.
6. Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan (279 Tahun)
Pondok Pesantren Sidogiri merupakan lembaga pendidikan salaf yang berfokus pada pembekalan akidah, syariah, dan akhlak. Menurut situsnya, pondok pesantren ini sudah berdiri sejak 1745.
Pendirinya adalah Sayyid Sulaiman yang merupakan keturunan Rasulullah SAW dari marga Basyaiban. Pada awalnya, Sidogiri hanyalah hutan belantara yang tidak dijamah manusia. Pembukaan lahannya menjadi pondok pesantren dilakukan selama 40 hari.
7. Pondok Pesantren Buntet, Cirebon (274 Tahun)
Mengutip situs resminya, pondok pesantren Buntet didirikan oleh Mufti Keraton Cirebon. Tempat yang pertama kali didirikan sebagai pondok pesantren berada di Desa Bulak, kurang lebih 1/2 km dari perkampungan pesantren yang sekarang.
Di desa Bulak, terdapat peninggalan Mbah Muqayyim berupa situs makam santri yang hingga kini masih utuh. Berdasarkan catatan detikJabar, pesantren ini berdiri sejak tahun 1750.
8. Pondok Pesantren Jamsaren, Solo (274 Tahun)
Pondok Pesantren Jamsaren berdiri sekitar tahun 1750. Mengutip NU Online, pesantren ini berada di Jalan Veteran 263, Serengan Solo.
Pesantren ini didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV. Saat itu PB IV mendatangkan para ulama, seperti Kiai Jamsari dan Kiai Hasan Gabudan. Nama Jamsaren pundiamil dari nama Kiai Jamsari yang diabadikan hingga sekarang.
9. Pondok Pesantren Miftahul Huda, Gading, Malang (256 Tahun)
Pondok Pesantren Miftahul Huda didirikan oleh KH Gunadi pada tahun 1768. Mengutip laman Gading Pesantren, pondok pesantren ini terkenal dengan ilmu hisabnya.
Hasil hisab dari pondok dijadikan rujukan untuk menentukan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha oleh masyarakat. Pondok ini juga dikenal sebagai pondok tasawuf. Kitab-kitab yang dibacakan oleh para masyaikh tak jauh dari nuansa tasawuf.
10. Pondok Pesantren Qomaruddin (249 Tahun)
Pondok Pesantren Qomaruddin didirikan oleh Kyai Qomaruddin. Sebelum membangun pesantren ini, Kiai Qomaruddin mendirikan pesantren di Desa Kanugrahan dan diberi nama Pesantren Kenugerahan pada tahun 1753 masehi. Kemudian, pada tahun 1775, barulah beliau mendirikan pondok pesantren yang diberi nama Pesantren Sampurnan, yang kini bernama Pondok Pesantren Qomaruddin.
Pada tahun 60-an, atas inisiatif Kiai Hami Shalih, pesantren ini diberi nama Darul Fiqh. Kemudian di tahun 70-an, pesantren diubah lagi namanya menjadi Pondok Pesantren Qomaruddin. Nama tersebut pun dinisbatkan kepada pemimpinnya, yaitu Kiai Qomaruddin.
11. Pondok Pesantren Darul Ulum, Banyuanyar (237 Tahun)
Pondok Pesantren Banyuanyar bermula dari sebuah langgar (musholla) kecil yang didirikan oleh Kyai Itsbat sekitar tahun 1787. Menurut situs resmi PP Banyuanyar, beliau adalah salah satu ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan, ketawadhuan dan kearifannya.
Nama Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang berarti air baru. Hal tersebut didasari dari penemuan sumber mata air yang cukup besar oleh Kyai Itsbat. Hingga kini, mata air itu masih digunakan sebagai air minum santri dan keluarga besar pondok pesantren.
PESANTREN TERTUA BERDASARKAN TAHUN BERDIRINYA
Ponpes Sidogiri Pasuruan Jawa Timur (berdiri tahun 1718)
Sidogiri dibabat oleh seorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah r dari marga Basyaiban.
Terdapat dua versi tentang tahun berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri yaitu 1718 atau 1745. Dalam suatu catatan yang ditulis Panca Warga tahun 1963 disebutkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri didirikan tahun 1718. Catatan itu ditandatangani oleh Almaghfurlahum KH Noerhasan Nawawie, KH Cholil Nawawie, dan KA Sa’doellah Nawawie pada 29 Oktober 1963.
Dalam surat lain tahun 1971 yang ditandatangani oleh KA Sa’doellah Nawawie, tertulis bahwa tahun tersebut (1971) merupakan hari ulang tahun Pondok Pesantren Sidogiri yang ke-226. Dari sini disimpulkan bahwa Pondok Pesantren Sidogiri berdiri pada tahun 1745. Dalam kenyataannya, versi terakhir inilah yang dijadikan patokan hari ulang tahun/ikhtibar Pondok Pesantren Sidogiri setiap akhir tahun pelajaran.
Pondok Sidogiri sampai saat ini masih mempertahankan sistem pesantren salaf. Yaitu pengajian kitab dan madrasah diniyah yang murni mengajarkan agama. Lebih detailPondok Pesantren Sidogiri.
Ponpes Jamsaren Jawa Tengah (berdiri tahun 1750)
Pondok pesantren Jamsaren berlokasi di Jalan Veteran 263 Serengan Solo. Ponpes ini pertama berdiri sekitar tahun 1750. Dalam sejarahnya, pondok ini melewati dua periode, setelah mengalami kevakuman hampir 50 tahun, antara 1830 – 1878.
Semula, pondok pesantren yang didirikan pada masa pemerintahan Pakubuwono IV ini hanya berupa surau kecil. Kala itu, PB IV mendatangkan para ulama, di antaranya Kiai Jamsari (Banyumas). Nama Jamsaren itu juga diambil dari nama kediaman Kiai Jamsari yang kemudian diabadikan hingga sekarang. Lebih detail: Pondok Pesantren Jamsaren.
Pondok PPMH Gading Malang Jatim (berdiri tahun 1768)
Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH. Hasan Munadi pada tahun 1768. PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada di kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Bahkan nama yang terakhir lebih masyhur dikalangan masyarakat.
KH. Hasan Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama hampir 90 tahun. Beliau meninggalkan empat orang putra yaitu: KH. Isma’il, KH. Muhyini, KH. Ma’sum dan Nyai Mujannah. Pada masa itu, Pondok Gading belum mengalami perkembangan yang signifikan. Lebih detail: Pondok Pesantren Gading Malang.
Pondok Pesantren Buntet Cirebon Jawa Barat (berdiri tahun 1785)
Buntet Pesantren adalah nama sebuah Pondok Pesantren yang umurnya cukup tua. Berdiri sejak abad ke 18 tepatnya tahun 1785. Menurut catatan sejarah seperti yang tertulis dalam buku Sejarah Pondok Buntet Pesantren karya H. Amak Abkari, bahwa tokoh Ulama yang pertama kali mendirikan Pesantren ini adalah seorang Mufti Besar Kesultanan Cirebon bernama Kyai Haji Muqoyyim (Mbah Muqoyyim).
Tempat yang pertama kali dijadikan sebagai pondok pesantren Buntet, letaknya di Desa Bulak kurang lebih 1/2 km dari perkampungan Pesantren yang sekarang. Sebagai buktinya di Desa Bulak tersebut terdapat peninggalan Mbah Muqoyyim berupa makan santri yang sampai sekarang masih utuh. Lebih detail: Pondok Pesantren Buntet Cirebon
PP Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura (berdiri tahun 1787)
Pondok Pesantren Banyuanyar bermula dari sebuah langgar (musholla) kecil yang didirikan oleh Kyai Itsbat bin Ishaq sekitar tahun + 1787 M/1204 H. Beliau adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan, ketawadhuan dan kearifannya yang kemudian melahirkan tokoh-tokoh masyarakat dan pengasuh pondok pesantren di Pulau Madura dan Pulau Jawa.
Pada awal berdirinya, Pondok Pesantren Banyuanyar hanya berlokasi di atas sebidang tanah tegalan yang sempit dan gersang yang kemudian dikenal dengan sebutan “Banyuanyar”. Di lokasi inilah Kyai Itsbat mengasuh para santrinya dengan penuh istiqomah dan sabar, sekalipun sarana dan fasilitas yang ada pada saat itu jauh dari kecukupan. Setelah wafat, beliau meninggalkan amanah suci pada generasi penerusnya yaitu cita-cita luhur untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang representatif yang mampu menjawab tantangan zaman dan tuntutan umat. Lebih detail: Pondok Pesantren Banyuanyar Madura
PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1800-an
Berikut 5 (lima) pesantren generasi kedua yang eksis pada abad ke-18 yaitu didirikan pada tahun 1800-an
Ponpes Tremas Pacitan Jawa Timur (berdiri tahun 1830)
Pondok Tremas yang dipelopori oleh beliau KH. Abdul Manan pada tahun 1830 M. Usaha pertama kali yang dilakukan untuk membangun tempat pengajian sudah barang tentu mendirikan sebuah masjid (terletak agak ke sebelah timur dari masjid yang sekarang). Dan setelah santri-santri dari jauh yang sebagian berasal dari bekas santri-santrinya di Semanten mulai berdatangan, maka dibangunlah sebuah asrama pondok di sebelah selatan masjid. Sudah barang tentu keadaan masjid dan asrama pondok pada waktu itu masih sangat sederhana sekali, atapnya masih menggunakan daun ilalang dan kerangka lainnya masih banyak yang menggunakan bahan dari bambu. Lebih detail: Pondok Pesantren Tremas Pacitan
Ponpes Langitan Tuban Jawa Timur (berdiri tahun 1852)
Perjalanan Pondok Pesantren Langitan dari periode ke periode selanjutnya senantiasa memperlihatkan peningkatan yang dinamis dan signifikan namun perkembangannya terjadi secara gradual dan kondisional. Bermula dari masa KH. Muhammad Nur yang merupakan sebuah fase perintisan, lalu diteruskan masa H. Ahmad Sholeh dan KH. Muhammad Khozin yang dapat dikategorikan periode perkembangan. Kemudian berlanjut pada iepengasuhan KH. Abdul Hadi Zahid, KH. Ahmad Marzuqi Zahid dan KH. Abdulloh Faqih yang tidak lain adalah fase pembaharuan.
KH. Muhammad Nur mengasuh pondok ini kira-kira selama 18 tahun (1852-1870 M). Lebih detail: Pondok Psantren Langitan Tuban
Ponpes Syaikhona Kholil Bangkalan (berdiri tahun 1861)
Syaikhona (Syaichona) Kholil mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, Bangkalan. Setelah putrinya, Siti Khatimah, dinikahkan dengan keponakannya sendiri, yaitu Kiai Muntaha (Muhammad Thaha); pesantren di desa Cengkubuan itu kemudian diserahkan kepada menantunya tersebut. Dan Kiai Khalil sendiri, pada tahun 1861 M., mendirikan pesantren lagi di daerah Kademangan, hampir di pusat kota; sekitar 200 meter sebelah Barat alun-alun kota Kabupaten Bangkalan. Letak pesantren yang baru itu, hanya selang 1 kilometer dari pesantren lama dan desa kelahirannya. Pesantren yang terakhir ini kemudian dikenal sebagai pesantren Syaikhona Kholil.
Lebih detail: Pondok Pesantren Syaichona Kholil Madura
Pondok Pesantren Sukamiskin Bandung Jabar (berdiri tahun 1881)
Pondok Pesantren Sukamiskin yang didirikan oleh K.H. Raden Muhammad bin Alqo pada tahun 1881 M ini telah mampu mencetak berbagai alumni yang tersebar di berbagai pelosok. Tak sedikit diantara alumni tersebut yang telah mendirikan pondok pesantren sebagai wadah memanfaatkan ilmu yang didapatnya selama di Sukamiskin. Wajar saja, karena pada kenyataannya pesantren yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini merupakan pesantren tertua di Bandung.
Lebih detail: Pondok Pesantren Sukamiskin Bandung
Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jatim (berdiri tahun 1899)
Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Kyai Haji Hasyim Asy’ari pada tahun 1899 M. Pesantren ini didirikan setelah ia pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai pondok pesantren terkemuka dan di tanah Mekkah, untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya.
Awal mula kegiatan dakwah K.H. Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa: gedek), bekas sebuah warung yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang dibelinya dari seorang dalang. Satu ruang digunakan untuk kegiatan pengajian, sementara yang lain sebagai tempat tinggal bersama istrinya, Nyai Khodijah. Lebih detail: Pondok Pesantren Tebuireng.
PESANTREN BERDIRI PADA TAHUN 1900-an
Pondok pesantren generasi ke-3 yang lahir pada 1900-an. Pada era inipun, pesantren lama masih didominasi oleh pesantren NU (Nahdlatul Ulama) secara kulturaln kecuali Pondok Gontor yang cenderung Muhammadiyah.
Ponpes Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (berdiri tahun 1911)
Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta berdiri pada tahun 1911 masehi oleh K.H M. Munawwir.
Pada tahun 1911, sepulang dari belajardi Mekkah selama 21 tahun, KH. Munawir yang tinggal di kampung Kauman, Yogyakarta (di belakang Masjid Agung alun-alun Yogyakarta) membuka pengajian di rumahnya. Kian hari santri terus bertambah, dan rumah Kyai tak mampu lagi menampung. Maka dipindahkanlah tempat pengajian itu ke desa Krapyak Kulon. Beberapa bangunan pondok yang dibangun di tempat baru inilah yang kemudian dikenal sebagai kompleks Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak.
Lebih detail: Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
Ponpes Musthafawiyah Purba Baru Sumut (berdiri tahun 1912)
Ponpes Musthafawiyah yang lebih dikenal dengan nama Pesantren Purba Baru didirikan pada tahun 1912 oleh Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily. Pesantren ini berlokasi di kawasan jalan lintas MEDAN-PADANG, desa Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal(MADINA)Sumut Sumatera Utara Indonesia.
Sang pendiri dan pengasuh pertama, yang belajar ilmu agama selama 13 tahun di Makkah itu, meninggal pada November 1955. Pimpinan pesantren berpindah kepada anak lelaki tertuanya, H. Abdullah Musthafa.
Lihat detail: Pondok Pesantren Musthofawiyah Purba Baru Sumut
Pondok Modern Gontor Ponorogo Jatim (berdiri tahun 1926)
Pondok Gontor didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pada masa itu pesantren ditempatkan di luar garis modernisasi, dimana para santri pesantren oleh masyarakat dianggap pintar soal agama tetapi buta akan pengetahuan umum. Trimurti kemudian menerapkan format baru dan mendirikan Pondok Gontor dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan (individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Pada awalnya Pondok Gontor hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Lebih detail: Pondok Modern Gontor Ponorogo
PP Bata-bata Pamekasan Madura Jawa Timur (berdiri tahun 1943)
Pondok pesantren Mambaul Ulum Bata Bata didirikan oleh RKH .Abd Majid bin Abd Hamid bin RKH Itsbat, Banyuanyar pada tahun 1943 M / 1363 H. Kepemimpinan RKH Abd Majid berlangsung selama 14 tahun terhitung mulai tahun 1943 M sampai dengan 1957 M. Beliau Wafat pada tanggal 6 Syawal 1364 H/ 1957 M dengan jumlah santri yang telah mencapai 700 orang.
Selama dua tahun (1957–1959 M) Pondok pesantren Mambaul Ulum Bata Bata mengalami kekosongan kepemimpinan. Hal ini disebabkan karena putera beliau, RKH Abd Qadir masih belajar di Mekah dan menantunya, RKH Ahmad Mahfudz Zayyadi (Ayah RKH Abd Hamid, Pengasuh sekarang) sudah menetap di pondok pesantren Nurul Abror, Alasbuluh, Wongsorejo, Banyuwangi. Bahkan, kekosongan yang cukup lama ini menyebabkan lokasi pesantren banyak ditumbuhi rumput hingga setinggi lutut. Lebih detail: Pondok Pesantren Bata-Bata Pamekasan
PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jatim (berdiri tahun 1950)
Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu pesantren yang – ditinjau dari jumlah santri dan kelengkapan lembaganya – termasuk Pondok Pesantren yang besar. Sebagaimana Pondok Pesantren yang lain, peran yang dijalankan adalah sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan perjuangan sekaligus sebagai agen perubahan sosial masyarakat, khususnya bagi masyarakat di desa lokasi Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren Nurul Jadid didirikan oleh almarhum KH. Zaini Munim pada tahun 1950. Berlokasi di desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Lebih detail: Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Jatim
PP Al-Khoirot Malang Jawa Timur (berdiri tahun 1963)
Pondok Pesantren Al-Khoirot (PPA) Karangsuko Pagelaran (dulu, Gondanglegi), Malang, Jatim didirikan pada tahun 1963 oleh K.H. Syuhud Zayyadi.
PPA dikenal sebagai pesantren berkualitas dengan biaya terjangkau oleh seluruh kalangan strata ekonomi. Karena visi PPA adalah mencerdaskan generasi muda tanpa memandang level kemampuan ekonomi. Cerdas dalam bidang keilmuan umum dan agama dan cerdas dalam perilaku (akhlakul karimah).