Jinayat dan Hudud Kitab Fathul Qorib
Jinayat dan Hudud Kitab Fathul Qorib
Daftar isi
KITAB HUKUM-HUKUM KRIMINAL (JINAYAT)
Jinayat yang menjadi bentuk jama’ dari lafadz “jinayah” mencakup pada bentuk membunuh, memotong anggota badan atau melukai. | جَمْعُ جِنَايَةٍ أَعَمُّ مِنْ أَنْ تَكُوْنَ قَتْلًا أَوْ قَطْعًا أَوْ جُرْحًا |
Macam-Macam Pembunuhan
Pembunuhan ada tiga macam, tidak ada yang ke empat. | (الْقَتْلُ عَلَى ثَلَاثَةِ أَضْرُبٍ) لَا رَابِعَ لَهَا |
-pertama- pembunuhan ‘amdun mahdun (murni sengaja). Lafadz ‘amdun adalah bentuk masdar dari fi’il madli “’amida” satu wazan dengan lafadz “dlaraba”, dan maknanya adalah sengaja. | (عَمْدٌ مَحْضٌ) وَهُوَ مَصْدَرُ عَمَدَ بِوَزْنِ ضَرَبَ وَمَعْنَاهُ الْقَصْدُ |
-kedua dan ketiga- khatha’ mahdlun (murni tidak sengaja), dan ‘amdun khatha’ (sengaja namun salah). | (خَطَأٌ مَحْضٌ وَعَمْدٌ خَطَأٌ) |
Mushannif menjelaskan tafsiran al ‘amdu di dalam perkataan beliau, | وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ تَفْسِيْرَ الْعَمْدِ فِيْ قَوْلِهِ |
‘Amdun Mahdlun
Al ‘amdu al mahdu adalah pelaku sengaja memukul korban dengan menggunakan sesuatu yang biasanya bisa membunuh. | (فَالْعَمْدُ الْمَحْضُ هُوَ أَنْ يَعْمِدَ) الْجَانِيْ (إِلَى ضَرْبِهِ) أَيِ الشَّخْصِ (بِمَا) أَيْ بِشَيْئٍ (يَقْتُلُ غَالِبًا) |
Dalam sebagian redaksi menggunakan bahasa, “di dalam kebiasaannya.” | وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ فِيْ الْغَالِبِ |
Dan pelaku sengaja untuk membunuh korban dengan sesuatu tersebut. | (وَيَقْصِدَ) الْجَانِيْ (قَتْلَهُ) أَيِ الشَّخْصِ (بِذَلِكَ) الشَّيْئِ |
Dan ketika demikian, maka sang pelaku wajib di-qishash. | وَحِيْنَئِذٍ (فَيَجِبُ الْقَوَدُ) أَيِ الْقِصَاصُ (عَلَيْهِ) أَيِ الشَّخْصِ الْجَانِيْ |
Penjelasan mushannif bahwa harus mempertimbangkan kesengajaan untuk membunuh adalah pendapat yang lemah. Sedangkan pendapat yang kuat adalah tidak perlu ada kesengajaan untuk membunuh. | وَمَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ مِنِ اعْتِبَارِ قَصْدِ الْقَتْلِ ضَعِيْفٌ وَالرَّاجِحُ خِلَافُهُ |
Penetapan qishash disyaratkan bahwa orang yang terbunuh atau terpotong anggota badannya harus islam atau memiliki ikatan aman. | وَيُشْتَرَطُ لِوُجُوْبِ الْقِصَاصِ فِيْ نَفْسِ الْقَتِيْلِ أَوْ قَطْعِ أَطْرَافِهِ إِسْلَامٌ أَوْ أَمَانٌ |
Sehingga untuk kafir harbi dan orang murtad, maka tidak ada kewajiban qishash ketika dibunuh oleh orang islam. | فَيُهَدَّرُ الْحَرْبِيُّ وَالْمُرْتَدُّ فِيْ حَقِّ الْمُسْلِمِ |
Kemudian, jika korban memaafkan pelaku di dalam kasus ‘amdun mahdlun, maka pembunuh wajib membayar diyat mughaladhah (yang diberatkan) dengan seketika dan diambilkan dari harta si pembunuh. | (فَإِنْ عَفَا عَنْهُ) أَيْ عَفَا الْمَجْنِيُّ عَلَيْهِ عَنِ الْجَانِيْ فِيْ صُوْرَةِ الْعَمْدِ الْمَحْضِ (وَجَبَتْ) عَلَى الْقَاتِلِ (دِيَّةٌ مُغَلَّظَةٌ حَالَةً فِيْ مَالِ الْقَاتِلِ) |
Mushannif akan menyebutkan tentang penjelasan taghlidh diyat tersebut, | وَسَيَذْكُرُ الْمُصَنِّفُ بَيَانَ تَغْلِيْظِهَا |
Khatha’ Mahdlun
Khatha’ mahdlun adalah seseorang melempar sesuatu seperti binatang buruan, namun kemudian mengenai seorang laki-laki hingga menyebabkan meninggal dunia. | (وَالْخَطَاءُ الْمَحْضُ أَنْ يَرْمِيَ إِلَى شَيْئٍ) كَصَيْدٍ (فَيُصِيْبُ رَجُلًا فَيَقْتُلُهُ |
Maka tidak ada kewajiban qishash bagi orang yang melempar, akan tetapi ia wajib membayar diyat mukhaffafah (yang diringankan) yang dibebankan kepada ahli waris ashabah si pelaku dengan cara ditempo selama tiga tahun. Dan mushannif akan menyebutkan penjelasannya, | فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ) أَيِ الرَّامِيْ (بَلْ يَجِبُ عَلَيْهِ دِيَّةٌ مُخَفَّفَةٌ) وَسَيَذْكُرُ الْمُصَنِّفُ بَيَانَ تَخْفِيْفِهَا (عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ) عَلَيْهِمْ (فِيْ ثَلَاثِ سِنِيْنَ) |
Setiap satu tahun dari masa itu diambil kira-kira sepertiga dari seluruh diyat. | يُؤْخَذُ آخِرَ كُلِّ سَنَةٍ مِنْهَا قَدْرُ ثُلُثِ دِيَّةٍ كَامِلَةٍ |
Bagi waris ashabah yang kaya dan memiliki emas, maka setiap akhir tahun wajib membayar setengah dinar. Dan bagi yang memiliki perak wajib membayar enam dirham sebagaimana yang telah jelaskan oleh imam al mutawalli dan yang lain. | وَ عَلَى الْغَنِيِّ مِنَ الْعَاقِلَةِ مِنْ أَصْحَابِ الذَّهَبِ آخِرَ كُلِّ سَنَةٍ نِصْفُ دِيْنَارٍ وَمِنْ أَصْحَابِ الْفِضَّةِ سِتَّةُ دَرَاهِمَ كَمَا قَالَهُ الْمُتَوَلِّيُّ وَغَيْرُهُ |
Yang dikehendaki dengan al ‘aqilah adalah ahli waris ashabah si pelaku, bukan orang tua atau anak-anaknya. | وَالْمُرَادُ بِالْعَاقِلَةِ عَصَبَةُ الْجَانِيْ لَا أَصْلُهُ وَفَرْعُهُ . |
‘Amdul Khatha’
‘Amdul Khatha’ adalah pelaku sengaja memukul korban dengan menggunakan sesuatu yang biasanya tidak sampai membunuh seperti si pelaku memukul korban dengan tongkat yang ringan, namun kemudian korban yang dipukul meninggal dunia. | (وَعَمْدُ الْخَطَأِ أَنْ يَقْصِدَ ضَرْبَهُ بِمَا لَا يَقْتُلُ غَالِبًا) كَأَنْ ضَرَبَهُ بَعَصًا خَفِيْفَةً (فَيَمُوْتُ) الْمَضْرُوْبُ |
Maka tidak ada kewajiban had atas si pelaku, akan tetapi wajib membayar diyat mughalladhah (diberatkan) yang dibebankan kepada waris ‘aqilah si pelaku dengan cara ditempo selama tiga tahun. Dan mushannif akan menyebutkan penjelasan sisi berat diyat tersebut. | (فَلَا قَوَدَ عَلَيْهِ بَلْ تَجِبُ دِيَّةٌ مُغَلَّظَةٌ عَلَى الْعَاقِلَةِ مُؤَجَّلَةٌ فِيْ ثَلَاثِ سِنِيْنَ) وَسَيَذْكُرُ الْمُصَنِّفُ بَيَانَ تَغْلِيْظِهَا |
Kemudian mushannif beranjak menjelaskan tentang orang yang berhak mendapatkan qishash. Qishash diambil dari iqtishashul atsar yang bermakna meneliti jejak, karena sesugguhnya (keluarga) korban akan meneliti kasus kriminal kemudian akan mengambil balasan sepadannya. Mushannif berkata, | ثُمَّ شَرَعَ الْمُصَنِّفُ فِيْ ذِكْرِ مَنْ يَجِبُ عَلَيْهِ الْقِصَاصُ الْمَأْخُوْذُ مِنِ اقْتِصَاصِ الْأَثَرِ أَيْ تَتَبُّعِهِ لِأَنَّ الْمَجْنِيَّ عَلَيْهِ يَتَّبَعُ الْجِنَايَةَ فَيَأْخُذُ مِثْلَهَا فَقَالَ |
Syarat Kewajiban Qishah
Syarat kewajiban qishash dalam kasus pembunuhan ada empat. | (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الْقِصَاصِ) فِيْ الْقَتْلِ (أَرْبَعَةٌ) |
Di dalam sebagian redaksi dengan menggunakan bahasa, “(fasal) syarat-syarat wajibnya qishash ada empat.” | وَفِيْ بَعْضِ النُّسَحِ فَصْلُ وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الْقِصَاصِ أَرْبَعٌ |
Pertama, si pembunuh sudah baligh. Sehingga tidak ada kewajiban qishash atas anak kecil. | الْأَوَّلُ (أَنْ يَكُوْنَ الْقَاتِلُ بَالِغًا) فَلَا قِصَاصَ عَلَى صَبِيٍّ |
Seandainya si pembunuh berkata, “saya saat ini masih bocah (belum baligh)”, maka ia dibenarkan tanpa harus bersumpah. | وَلَوْ قَالَ أَنَا الْآنَ صَبِيٌّ صُدِّقَ بِلَا يَمِيْنٍ |
Kedua, si pembunuh adalah orang yang berakal. | الثَّانِيْ أَنْ يَكُوْنَ الْقَاتِلُ (عَاقِلًا) |
Sehingga qishash tidak boleh dilakukan pada orang gila kecuali gilanya terputus-putus, maka dia diqishash pada waktu sembuh. | فَيُمْتَنَعُ الْقِصَاصُ مِنْ مَجْنُوْنٍ إِلَّا إِنْ تَقَطَّعَ جُنُوْنُهُ فَيُقْتَصُّ مِنْهُ زَمَنَ إِفَاقَتِهِ |
Qishash wajib dilaksanakan pada orang yang hilang akalny sebab meminum minumam memabukkan akibat kecorobohan saat meminumnya. | وَيَجِبُ الْقِصَاصُ عَلَى مَنْ زَالَ عَقْلُهُ بِشُرْبِ مُسْكِرٍ مُتَعَدٍّ فِيْ شُرْبِهِ |
Maka mengecualikan orang yang tidak ceroboh, seperti ia meminum sesuatu yang ia kira tidak memabukkan, namun ternyata kemudian akalnya hilang, maka tidak ada kewajiban qishash atas dirinya. | فَخَرَجَ مَنْ لَمْ يَتَعَدَّ بِأَنْ شَرِبَ شَيْئًا ظَنَّهُ غَيْرَ مُسْكِرٍ فَزَالَ عَقْلُهُ فَلَا قِصَاصَ عَلَيْهِ |
Ketiga, si pembunuh bukan orang tua korban yang dibunuh. | (وَ) الثَّالِثُ (أَنْ لَا يَكُوْنَ) الْقَاتِلُ (وَالِدًا لِلْمَقْتُوْلِ) |
Maka tidak ada kewajiban qishash atas orang tua yang membunuh anaknya sendiri, walaupun anak hingga ke bawah (cucu). | فَلَا قِصَاصَ عَلَى وَالِدٍ بِقَتْلِ وَلَدِهِ وَإِنْ سَفُلَ الْوَلَدُ |
Ibn Kajj berkata, “seandainya seorang hakim memutuskan menghukum mati orang tua yang telah membunuh anaknya, maka putusan hukum hakim tersebut batal.” | قَالَ ابْنُ كَجٍّ وَلَوْ حَكَمَ حَاكِمٌ بِقَتْلِ وَالِدٍ بِوَلَدِهِ نُقِضَ حُكْمُهُ. |
Ke empat, korban yang terbunuh statusnya tidak sebawah status si pembunuh, sebab kafir atau status budak. | (وَ) الرَّابِعُ (أَنْ لَا يَكُوْنَ الْمَقْتُوْلُ أَنْقَصَ مِنَ الْقَاتِلِ بِكُفْرٍ أَوْ رِقٍّ) |
Sehingga orang muslim tidak boleh dihukum mati sebab membunuh orang kafir harbi, dzimmi atau kafir mu’ahhad. | فَلَا يُقْتَلُ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ حَرْبِيًّا كَانَ أَوْ ذِمِّيًا أَوْ مُعَاهَدًا |
Orang merdeka tidak boleh dihukum mati sebab membunuh seorang budak. | وَلَا يُقْتَلُ حُرٌّ بِرَقِيْقٍ |
Seandainya korban yang terbunuh memiliki nilai kekurangan dibanding dengan si pembunuh sebab tua, kecil, tinggi, atau pendek semisal, maka semua itu tidaklah dianggap. | وَلَوْ كَانَ الْمَقْتُوْلُ أَنْقَصَ مِنَ الْقَاتِلِ بِكِبَرٍ أَوْ صِغَرٍ أَوْ طُوْلٍ أَوْ قَصْرٍ مَثَلًا فَلَا عِبْرَةَ بِذَلِكَ |
Sekelompok orang wajib dihukum mati sebab membunuh satu orang, jika satu orang tersebut sepadan dengan status para pembunuhnya, dan perbuatan masing-masing dari mereka seandainya hanya sendirian niscaya akan bisa membunuh si korban. | (وَتُقْتَلُ الْجَمَاعَةُ بِالْوَاحِدِ) إِنْ كَافَأَهُمْ وَكَانَ فِعْلُ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ لَوِ انْفَرَدَ كَانَ قَاتِلًا |
Kemudian mushannif memberi isyarah satu bentuk kaidah dengan perkataan beliau, | ثُمَّ أَشَارَ الْمُصَنِّفُ لِقَاعِدَةٍ بِقَوْلِهِ |
Setiap dua orang yang bisa terlaku hukum qishash di antara keduanya dalam kasus pembunuhan, maka hukum qishash-pun terlaku di antara keduanya dalam kasus pemotongan anggota badan. | (وَكُلُّ شَخْصَيْنِ جَرَى الْقِصَاصُ بَيْنَهُمَا فِيْ النَّفْسِ يَجْرِى بَيْنَهُمَا فِيْ الْأَطْرَافِ) الَّتِيْ لِتِلْكَ النَّفْسِ |
Sebagaimana disyaratkan orang yang membunuh harus mukallaf, orang yang memotong anggota badan juga disyaratkan harus mukkalaf. | فَكَمَا يُشْتَرَطُ فِيْ الْقَاتِلِ كَوْنُهُ مُكَلَّفًا يُشْتَرَطُ فِيْ الْقَاطِعِ لِطَرَفٍ كَوْنُهُ مُكَلَّفًا |
Kalau demikian, orang yang tidak dihukum mati sebab membunuh seseorang, maka tidak berhak dihukum potong sebab memotong anggota orang tersebut. | وَحِيْنَئِذٍ فَمَنْ لَا يُقْتَلُ بِشَخْصٍ لَا يُقْطَعُ بِطَرَفِهِ |
Syarat Hukum Potong Anggota Badan
Syarat wajibnya qishash di dalam kasus memotong anggota badan ada dua, setelah mempertimbangkan juga syarat-syarat yang disebutkan di dalam qishash pembunuhan. | (وَشَرَائِطُ وُجُوْبِ الْقِصَاصِ فِيْ الْأَطْرَافِ بَعْدَ الشَّرَائِطِ الْمَذْكُوْرَةِ) فِيْ قِصَاصِ النَّفْسِ (اثْنَانِ) |
Salah satunya adalah isytirak (sama) di dalam nama khusus bagi anggota yang dipotong. | أَحَدُهُمَا (الْاِشْتِرَاكُ فِيْ الْاِسْمِ الْخَاصِّ) لِلطَّرَفِ الْمَقْطُوْعِ |
Mushannif menjelaskan hal itu dengan perkataan beliau, “ anggota sebelah kanan dipotong sebab anggota yang kanan juga, maksudnya anggota sebelah kanan semisal telinga, tangan, atau kaki harus dipotong sebab memotong sebelah kanan dari anggota-anggota badan tersebut. Dan bagian kiri dari anggota-anggota badan itu berhak dipotong sebab memotong bagian kiri dari anggota-anggota badan tersebut. | وَبَيَّنَهُ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (الْيُمْنَى بِالْيُمْنَى) أَيْ تُقْطَعُ الْيُمْنَى مَثَلًا مِنْ أُذُنٍ أَوْ يَدٍّ أَوْ رِجْلٍ بِالْيُمْنَى مِنْ ذَلِكَ (وَالْيُسْرَى) مِمَّا ذُكِرَ (بِالْيُسْرَى) مِمَّا ذُكِرَ |
Kalau demikian, maka anggota sebelah kanan tidak boleh dipotong sebab telah memotong anggota sebelah kiri, dan tidak boleh juga sebaliknya. | وَحِيْنَئِذٍ فَلَا تُقْطَعُ يُمْنَى بِيُسْرَى وَلَا عَكْسُهُ. |
Yang kedua, salah satu dari dua anggota yang dipotong tidak bermasalah (masih berfungsi). | (وَ) الثَّانِيْ (أَنْ لَا يَكُوْنَ بِأَحَدِ الطَّرَفَيْنِ شَلَلٌ) |
Sehingga tangan atau kaki yang sehat tidak boleh dipotong sebab memotong tangan atau kaki yang syala’. Anggota yang syala’ adalah anggota badan yang sudah tidak berfungsi. | فَلَا تُقْطَعُ يَدٌّ أَوْ رِجْلٌ صَحِيْحَةٌ بِشَلاَّءٍ وَهِيَ الَّتِيْ لَا عَمَلَ لَهَا |
Adapun anggota badan yang syala’ berhak dipotong sebab memotong anggota yang sehat menurut pendapat al masyhur. | أَمَّا الشَّلاَّءُ فَتُقْطَعُ بِالصَّحِيْحَةِ عَلَى الْمَشْهُوْرِ |
Kecuali jika ada dua orang adil dari ahli khubrah (pakar ahli) yang berkata bahwa sesungguhnya anggota yang tidak berfungsi tersebut ketika dipotong maka darahnya tidak akan berhenti, bahkan ujung-ujung urat akan terbuka dan tidak bisa tertutup dengan di cos. | إِلَّا أَنْ يَقُوْلَ عَدْلَانِ مِنْ أَهْلِ الْخُبْرَةِ إِنَّ الشَّلاَّءَ إِذَا قُطِعَتْ لَا يَنْقَطِعُ الدَّمُّ بَلْ تَنْفَتِحُ أَفْوَاهُ الْعُرُوْقِ وَلَا تَنْسَدُّ بِالْحَسْمِ |
Di samping hal ini, orang yang berhak atas anggota tersebut mau menerima dan tidak menuntut ganti rugi karena cacatnya anggota tersebut. | وَيُشْتَرَطُ مَعَ هَذَا أَنْ يَقْنَعَ بِهَا مُسْتَوْفِيْهَا وَلَا يَطْلُبُ أُرْشًا لِلشَّلَلِ |
Kemudian mushannif memberi isyarah suatu bentuk kaidah dengan perkataan beliau, | ثُمَّ أَشَارَ الْمُصَنِّفُ لِقَاعِدَةٍ بِقَوْلِهِ. |
Setiap anggota badan yang bisa diambil, maksudnya dipotong dari persendian seperti siku dan pergelangan tangan, maka pada anggota tersebut berlaku hukum qishash. | (وَكُلُّ عُضْوٍ اُخِذَ) أَيْ قُطِعَ (مِنْ مَفْصَلٍ) كَمِرْفَقٍ وَكُوْعٍ (فَفِيْهِ الْقِصَاصُ) |
Sedangkan anggota yang tidak memiliki persendian, maka tidak berlaku hukum qishash pada anggota badan tersebut. | وَمَا لَا مَفْصَلَ لَهُ لَا قِصَاصَ فِيْهِ |
Luka di Wajah dan Kepala
Ketahuilah sesungguhnya luka di kepala dan wajah ada sepuluh macam. | وَاعْلَمْ أَنَّ شُجَاجَ الرَّأْسِ وَالْوَجْهِ عَشْرَةٌ |
Harishah dengan menggunakan huruf-huruf yang tidak memiliki titik. Harishah adalah luka yang menyobek kulit sedikit. | حَارِصَةٌ بِمُهْمَلَاتٍ وَهِيَ مَا تَشُقُّ الْجِلْدَ قَلِيْلًا |
Damiyah, yaitu luka yang mengeluarkan darah di kulit. | وَدَامِيَّةٌ تُدْمِيْهِ |
Badli’ah, adalah luka yang hingga memotong daging. | وَبَاضِعَةٌ تَقْطَعُ اللَّحْمَ |
Mutalahimah, yaitu luka yang hingga masuk ke dalam daging. | وَمُتَلاَحِمَةٌ تَغُوْصُ فِيْهِ |
Simhaq, yaitu luka yang sampai hingga ke kulit diantara daging dan tulang. | وَسِمْحَاقٌ تَبْلُغُ الْجِلْدَةَ الَّتِيْ بَيْنَ اللَّحْمِ وَالْعَظْمِ |
Mudlihah, yaitu luka yang hingga menampakkan tulang yang berada di balik daging. | وَمُوْضِحَةٌ تُوْضِحُ الْعَظْمَ مِنَ اللَّحْمِ |
Hasyimah, yaitu luka yang hingga memecahkan tulang, baik sampai menampakkan tulang ataupun tidak. | وَهَاشِمَةٌ تَكْسُرُ الْعَظْمَ سَوَاءٌ أَوْضَحَتْهُ أَمْ لاَ |
Munaqqilah, yaitu luka yang memindahkan posisi tulang dari satu tempat ke tempat yang lain. | وَمُنَقِّلَةٌ تُنَقِّلُ الْعَظْمَ مِنْ مَكَانٍ إِلَى مَكَانٍ آخَرَ |
Ma’munah, yaitu luka yang sampai ke kantong otak yang disebut dengan ummu ra’s (pusat kepala). | وَمَأْمُوْنَةٌ تَبْلُغُ خَرِيْطَةَ الدِّمَاغِ الْمُسَمَّةَ اُمَّ الرَّأْسِ |
Damighah dengan huruf ghin yang diberi titik satu di atasnya, yaitu luka yang sampai membenyobek kantong otak tersebut dan sampai hingga ke ummu ra’s. | وَدَامِغَةٌ بِغَيْنٍ مُعْجَمَةٍ تُخْرِقُ تِلْكَ الْخَرِيْطَةَ وَتَصِلُ إِلَى أُمِّ الرَّأْسِ |
Dari sepuluh bentuk luka ini, mushannif mengecualikan apa yang terangkum di dalam perkataan beliau, | وَاسْتَثْنَى الْمُصَنِّفُ مِنْ هَذِهِ الْعَشْرَةِ مَا تَضَمَّنَهُ قَوْلُهُ |
Tidak ada hukum qishash di dalam kasus luka, maksudnya luka-luka yang telah disebutkan di atas, kecuali luka mudlihah saja, tidak yang lainya dari sepuluh luka tersebut. | (وَلَا قِصَاصَ فِيْ الْجُرُوْحِ) أَيْ الْمَذْكُوْرَةِ (إِلَّا فِيْ الْمُوْضِحَةِ) فَقَطْ لَا فِيْ غَيْرِهَا مِنْ بَقِيَّةِ الْعَشْرَةِ. |
(Fasal) menjelaskan tentang diyat. | (فَصْلٌ) فِيْ بَيَانِ الدِّيَّةِ |
Diyat adalah harta yang wajib dibayar sebab telah melukai orang merdeka baik nyawa atau anggota badan. | وَهِيَ الْمَالُ الْوَاجِبُ بِالْجِنَايَةِ عَلَى حُرٍّ فِيْ نَفْسٍ أَوْ طَرْفٍ |
Pembagian Diyyat
Diyat ada dua macam, mughaladhah (yang berat) dan mukhaffah (yang ringan), dan tidak ada yang ketiga. | (وَالدِّيَّةُ عَلَى ضَرْبَيْنِ مُغَلَّظَةٍ وَمُخَفَّفَةٍ) وَلَا ثَالِثَ لَهُمَا |
Diyat mughallah, sebab membunuh laki-laki merdeka yang beragama islam dengan sengaja, adalah seratus ekor onta. | (فَالْمُغَلَّظَةُ) بِسَبَبِ قَتْلِ الذَّكَرِ الْحُرِّ الْمُسْلِمِ عَمْدًا (مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ) |
Seratus onta tersebut dibagi tiga. Tiga puluh ekor berupa onta hiqqah. Tiga puluh ekor berupa onta jadz’ah. Pengertian kedua onta ini telah dijelaskan di dalam kitab “ZAKAT”. Dan empat puluh ekor berupa onta khalifah. Lafadz khalifah dengan membaca fathah huruf kha’nya yang diberi titik satu di atas, membaca kasrah huruf lamnya, dan menggunakan huruf fa’. | وَالْمِائَةُ مُثَلَّثَةٌ (ثَلَاثُوْنَ حِقَّةً وَثَلَاثُوْنَ جَذْعَةٌ) وَسَبَقَ مَعْنَاهُمَا فِيْ كِتَابِ الزَّكَاةِ (وَأَرْبَعُوْنَ خَلِفَةً) بِفَتْحِ الْخَاءِ الْمُعْجَمَةِ وَكَسْرِ اللَّامِ وَبِالْفَاءِ |
Mushannif menafsiri onta khalifah tersebut dengan perkataan beliau, “di dalam perut onta tersebut terdapat anaknya.” | وَفَسَّرَهَا الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (فِيْ بُطُوْنِهَا أَوْلَادُهَا) |
Yang dikehendaki, empat puluh ekor onta tersebut adalah onta-onta yang sedang hamil. Kehamilan onta tersebut bisa ditetapkan dengan ucapan pakar ahli tentang onta. | وَالْمَعْنَى أَنَّ الْأَرْبَعِيْنَ حَوَامِلُ وَيَثْبُتُ حَمْلُهَا بِقَوْلِ أَهْلِ الْخُبْرَةِ بِالْإِبِلِ. |
Diyat mukhaffah sebab membunuh laki-laki merdeka yang muslim adalah seratus ekor onta. | (وَالْمُخَفَّفَةُ) بِسَبَبِ قَتْلِ الذَّكَرِ الْحُرِّ الْمُسْلِمِ (مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ) |
Seratus dibagi lima. Dua puluh ekor berupa onta hiqqah, dua puluh ekor berupa onta jadz’ah, dua puluh ekor berupa onta bintu labun, dua puluh ekor berupa onta ibn labun, dan dua puluh ekor berupa onta bintu makhadl. | وَالْمِائَةُ مُخَمَّسَةٌ (عِشْرُوْنَ حِقَّةً وَعِشْرُوْنَ جَذْعَةً وَعِشْرُوْنَ بِنْتَ لَبُوْنٍ وَعِشْرُوْنَ ابْنَ لَبُوْنٍ وَعِشْرُوْنَ بِنْتَ مَخَاضٍ) |
Proses Pengambilan Diyyat
Ketika onta wajib dibayar oleh si pembunuh atau waris ‘aqilah, maka onta diambil dari ontanya orang yang wajib membayarnya. | وَمَتَّى وَجَبَتِ الْإِبِلُ عَلَى قَاتِلٍ أَوْ عَاقِلَةٍ اُخِذَتْ مِنْ إِبِلِ مَنْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ |
Jika ia tidak memiliki onta, maka diambilkan dari onta yang paling banyak di kota orang yang hidup di perkotaan, atau pedukuan orang yang hidup di pedesaan. | وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ إِبِلٌ فَتُؤْخَذُ مِنْ غَالِبِ إِبِلِ بَلْدَةِ بَلَدِيٍّ أَوْ قَبِيْلَةِ بَدَوِيٍّ |
Jika di kota atau desa tersebut tidak ada onta, maka diambilkan dari onta yang paling banyak di kota atau desa yang paling dekat dengan tempat orang yang wajib membayar diyat. | فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْ الْبَلْدَةِ أَوِ الْقَبِيْلَةِ إِبِلٌ فَتُؤْخَذُ مِنْ غَالِبِ إِبِلِ أَقْرَبِ الْبِلَادِ أَوِ الْقَبَائِلِ إِلَى مَوْضِعِ الْمُؤَدِّيْ |
Kemudian, ketika tidak ada onta, maka ia beralih mengeluarkan uang seharga onta tersebut. | (فَإِنْ عُدِمَتِ الْإِبِلُ انْتَقَلَ إِلَى قِيْمَتِهَا) |
Dalam redaksi yang laing disebutkan, “jika onta tidak ditemukan, maka beralih mengeluarkan uang seharga onta tersebut.” | وَفِيْ نُسْخَةٍ أُخْرَى فَإِنِ اعْوَزَتِ الْإِبِلُ انْتَقَلَ إِلَى قِيْمَتِهَا |
Ini adalah pendapat di dalam qaul jadid, dan ini adalah pendapat ash shahih. | هَذَا مَا فِيْ الْقَوْلِ الْجَدِيْدِ وَهُوَ الصَّحِيْحُ |
Ada satu pendapat di dalam qaul qadim yang mengatakan, “beralih mengeluarkan seribu dinar, bagi orang yang memiliki emas. | (وَقِيْلَ) فِيْ الْقَدِيْمِ (يَنْتَقِلُ إِلَى أَلْفِ دِيْنَارٍ) فِيْ حَقِّ أَهْلِ الذَّهَبِ |
Atau beralih membayar dua belas ribu dirham, bagi orang yang memiliki perak. | (أَوْ) يَنْتَقِلُ إِلَى (اثْنَيْ عَشَرَ أَلْفِ دِرْهَمٍ) فِيْ حَقِّ أَهْلِ الْفِضَّةِ |
Di dalam semua yang dijelaskan tersebut baik diyat al mughaladhdhah atau diyat al mukhaffah. | وَسَوَاءٌ فِيْمَا ذُكِرَ الدِّيَّةُ الْمُغَلَّظَةُ وَ الْمُخَفَّفَةُ |
Berdasarkan pendapat qaul qadim, jika diyat tersebut diberatkan / mughaladhdhah, maka ditambah sepertiga dari jumlah semuanya. | (وَ إِنْ غُلِّظَتْ) عَلَى الْقَدِيْمِ (زِيْدَ عَلَيْهَا الثُّلُثُ) أَيْ قَدْرُهُ |
Sehingga, dalam permasalahan dinar, harus membayar seribu tiga ratus tiga puluh tiga lebih sepertiga dinar. | فَفِيْ الدَّنَانِيْرِ أَلْفٌ وَثَلَثُ مِائَةٍ وَثَلَاثَةٌ وَثَلَاثُوْنَ دِيْنَارًا وَثُلُثُ دِيْنَارٍ |
Dan di dalam permasalahan perak, harus membayar enam belas ribu dirham. | وَفِيْ الْفِضَّةِ سِتَّةَ عَشَرَ أَلْفَ دِرْهَمٍ. |
Diyyat Khatha’ Yang Mughaladhah
Diyat pembunuhan khatha’ menjadi berat / mughaladhdhah di dalam tiga tempat. | (وَتُغَلَّظُ دِيَّةُ الْخَطَإِ فِيْ ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ) |
Salah satunya, ketika membunuh di tanah Haram, maksudnya tanah Haram Makkah. | أَحَدُهَا (إِذَا قَتَلَ فِيْ الْحَرَمِ) أَيْ حَرَمِ مَكَّةَ |
Adapun pembunuhan yang dilakukan di tanah Haram Madinah, atau membunuh saat melaksanakan ihram, maka tidak sampai memberatkan diyat menurut pendapat al ashah. | أَمَّا الْقَتْلُ فِيْ حَرَمِ الْمَدِيْنَةِ أَوِ الْقَتْلِ فِيْ حَالِ الْإِحْرَامِ فَلَا تَغْلِيْظَ فِيْهِ عَلَى الْأَصَحِّ |
Yang kedua dijelaskan di dalam perkataan mushannif, | وَالثَّانِيْ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِ الْمُصَنِّفِ |
Atau membunuh di bulan-bulan Haram, maksudnya bulan Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab. | (أَوْ قَتَلَ فِيْ الْأَشْهُرِ الْحَرَمِ) أَيْ ذِيْ الْقَعْدَةِ وَذِيْ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبَ |
Yang ketiga disebutkan di dalam perkataan mushannif, | وَالثَّالِثُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ |
Atau membunuh kerabat sendiri yang masih memiliki ikatan mahram. Lafadz “mahram” dengan membaca sukun huruf ha’nya yang tidak diberi titik. | (أَوْ قَتَلَ) قَرِيْبًا لَهُ (ذَا رَحِمٍ مَحْرَمٍ) بِسُكُوْنِ الْمُهْمَلَةِ |
Sehingga, jika kerabat yang dibunuh tersebut bukan mahramnya, maka tidak sampai memberatkan diyat. | فَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْرَحِمُ مَحْرَمًا لَهُ كَبِنْتِ الْعَمِّ فَلَا تَغْلِيْظَ فِيْ قَتْلِهَا |
Diyyatnya Wanita & Khuntsa
Diyat melukai wanita dan khuntsa musykil adalah separuh dari diyat melukai laki-laki, baik membunuh atau melukai saja. | (وَدِيَّةُ الْمَرْأَةِ) وَالْخُنْثَى الْمُشْكِلِ (عَلَى النِّصْفِ مِنْ دِيَّةِ الرَّجُلِ) نَفْسًا وَجَرْحًا |
Sehingga, di dalam diyatnya wanita merdeka yang muslim dalam permasalahan membunuh secara sengaja atau syibih ‘amdin adalah lima puluh ekor onta -yang dibagi menjadi tiga-. Lima belas onta hiqqah, lima belas onta jadz’ah dan dua puluh onta khalifah yang sedang mengandung. | فَفِيْ دِيَّةِ حُرَّةٍ مُسْلِمَةٍ فِيْ قَتْلِ عَمْدٍ أَوْ شُبْهَةِ عَمْدٍ خَمْسُوْنَ مِنَ الْإِبِلِ خَمْسَةَ عَشَرَ حِقَّةً وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَذْعَةً وَعِشْرُوْنَ خَلِفَةً إِبِلًا حَوَامِلَ |
Dan di dalam membunuh khatha’, wajib membayar sepuluh ekor onta bintu makhadl, sepuluh ekor onta bintu labun, sepuluh ekor ibn labun, sepuluh ekor onta hiqqah dan sepuluh ekor onta jadz’ah. | وَفِيْ قَتْلِ خَطَإٍ عَشْرُ بَنَاتِ مَخَاضٍ وَعَشْرُ بَنَاتِ لَبُوْنٍ وَعَشْرُ بَنِيْ لَبُوْنٍ وَعَشْرُ حِقَاقٍ وَعَشْرُ جَذَاعٍ |
Diyyat Orang Kafir
Diyatnya orang yahudi, nasrani, kafir musta’man, dan kafir mu’ahad adalah sepertiga diyatnya orang islam, baik membunuh atau melukai saja. | (وَدِيَّةُ الْيَهُوْدِ وَالنَّصْرَانِيِّ) وَالْمُسْتَأْمَنِ وَالْمُعَاهَدِ (ثُلُثُ دِيَّةِ الْمُسْلِمِ) نَفْسًا وَجَرْحًا |
Adapun orang majusi, maka diyatnya adalah dua sepertiga sepersepuluhnya diyat orang muslim. | (وَأَمَّا المَجُوْسِيُّ فَفِيْهِ ثُلُثَا عُشُرِ دِيَّةِ الْمُسْلِمِ) |
Ungkapan yang lebih ringkas daripada ini adalah sepertiga seperlima diyatnya orang muslim. | وَأَحْصَرُ مِنْهُ ثُلُثُ خُمُسِ دِيَّةِ الْمُسْلِمِ |
Diyyat Melukai
Wajib membayar diyat nafsi secara sempurna, dan sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya diyat tersebut adalah seratus onta, di dalam kasus memotong masing-masing dari kedua tangan dan kedua kaki. | (وَتُكَمَّلُ دِيَّةُ النَّفْسِ) وَسَبَقَ أَنَّهَا مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ (فِيْ قَطْعِ) كُلٍّ مِنَ (الْيَدَّيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ) |
Sehingga di dalam setiap satu tangan atau kaki, wajib membayar lima puluh onta. Dan di dalam kasus memotong dua tangan atau kaki, wajib membayar seratus onta. | فَيَجِبُ فِيْ كُلِّ يَدٍّ أَوْ رِجْلٍ خَمْسُوْنَ مِنَ الْإِبِلِ وَفِيْ قَطْعِهِمَا مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ |
Wajib membayar diyat secara utuh di dalam kasus hidung, maksudnya memotong bagian hidung yang lentur, yaitu janur hidung. | (وَ) تُكَمَّلُ الدِّيَّةُ فِيْ قَطْعِ (الْأَنْفِ) أَيْ فِيْ قَطْعِ مَا لاَنَ مِنْهُ وَهُوَ الْمَارِنُ |
Dan di dalam kasus memotong satu dari kedua bagian tepi janur hidung dan pembatas dua lubangnya, wajib membayar sepertiga diyat. | وَفِيْ قَطْعِ كُلٍّ مِنْ طَرَفَيْهِ وَالْحَاجِزِ ثُلُثُ دِيَّةٍ |
Wajib membayar diyat secara utuh/ sempurna di dalam kasus memotong atau mencabut kedua telinga yang tidak sampai menampakkan tulang yang berada di baliknya. | (وَ) تُكَمَّلُ الدِّيَّةُ فِيْ قَطْعِ (الْأُذُنَيْنِ) أَوْ قَلْعِهِمَا بِغَيْرِ إِيْضَاحٍ |
Jika pencabutan keduanya sampai menyebabkan terlihatnya bagian tulang di baliknya, maka juga wajib membayar ursyu-nya (ganti rugi hal itu). | فَإِنْ حَصَلَ مَعَ قَلْعِهِمَا إِيْضَاحٌ وَجَبَ أُرْشُهُ |
Di dalam memotong satu daun telinga, wajib membayar separuh diyat. | وَفِيْ كُلِّ أُذُنٍ نِصْفُ دِيَّةٍ |
Penjelasan di atas tidak ada bedanya antara telinga orang yang bisa mendengar atau bukan. | وَلَا فَرْقَ فِيْمَا ذُكِرَ بَيْنَ أُذُنِ السَّمِيْعِ وَغَيْرِهِ |
Seandainya kedua telinga tidak bisa digerakkan lagi sebab dilukai, maka keduanya berhak mendapatkan ganti rugi diyat. | وَلَوْ أَيْبَسَ الْأُذُنَيْنِ بِجِنَايَةٍ عَلَيْهِمَا فَفِيْهِمَا دِيَّةٌ |
-wajib membayar diyat secara utuh- di dalam kasus kedua mata. Dalam kasus melukai salah satunya, wajib membayar separuh diyat. | (وَالْعَيْنَيْنِ) وَفِيْ كُلٍّ مِنْهُمَا نِصْفُ دِيَّةٍ |
Dalam hal itu baik matanya orang yang juling, yang tidak bisa melihat salah satu matanya, atau yang selalu berair. | وَسَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ عَيْنُ أَحْوَلَ أَوْ اَعْوَرَ أَوْ أَعْمَشَ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- di dalam kasus kelopak mata yang berjumlah empat buah. Masing-masing dari ke empatnya berhak mendapatkan ganti rugi seperempat diyat. | (وَ) فِيْ (الْجُفُوْنِ الْأَرْبَعَةِ) فِيْ كُلِّ جُفْنٍ مِنْهَا رُبُعُ دِيَّةٍ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus lidah yang bisa bicara dan sehat perasanya, walaupun lidahnya orang yang gagap dan orang yang tidak jelas kata-katanya. | (وَاللِّسَانِ) النَّاطِقِ سَلِيْمِ الذَّوْقِ وَلَوْ كَانَ اللِّسَانُ لِأَلْثَغَ وَ أَرَتَّ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus kedua bibir. Di dalam kasus memotong salah satunya, wajib membayar separuh diyat. | (وَالشَّفَتَيْنِ) وَفِيْ قَطْعِ إِحْدَاهُمَا نِصْفُ دِيَّةٍ. |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus hilangnya kemampuan bicara seluruhnya. Dan di dalam kasus hilangnya kemampuan bicara sebagian saja, wajib membayar diyat sesuai dengan prosentase yang hilang. | (وَذِهَابِ الْكَلَامِ) كُلِّهِ وَفِيْ ذِهَابِ بَعْضِهِ بِقِسْطِهِ مِنَ الدِّيَّةِ |
Huruf yang menjadi tolak ukur pembagian diyat sebanyak dua puluh delapan huruf di dalam bahasa arab. | وَالْحُرُوْفُ الَّتِيْ تُوَزَّعُ الدِّيَّةُ عَلَيْهَا ثَمَانِيَّةٌ وَعِشْرُوْنَ حَرْفًا فِيْ لُغَةِ الْعَرَبِ |
Dan di dalam kasus hilangnya penglihatan, maksudnya menghilangkan penglihatan dari kedua mata. | (وَذِهَابِ الْبَصَرِ) أَيْ إِذْهَابِهِ مِنَ الْعَيْنَيْنِ |
Adapun menghilangkan penglihatan dari salah satunya, maka wajib membayar separuh diyat. | أَمَّا إِذْهَابُهُ مِنْ أَحَدِهِمَا فَفِيْهِ نِصْفُ دِيَّةٍ |
Di dalam kasus mata, tidak ada perbedaan antara mata yang kecil dan yang besar, antara mata orang tua dan anak kecil. | وَلَا فَرْقَ فِيْ الْعَيْنِ بَيْنَ صَغِيْرَةٍ وَكَبِيْرَةٍ وَعَيْنِ شَيْخٍ وَطِفْلٍ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus hilangnya pendengaran dari kedua telinga. | (وَذِهَابِ السَّمْعِ) مِنَ الْأُذُنَيْنِ |
Jika daya pendengaran kurang dari satu telinga saja, maka telinga tersebut ditutup dan dibatasi seberapa daya pendengaran telinga yang satunya, maka perbedaan diantara kedua telinga tersebut wajib diberi ganti rugi dan diambilkan sebagian dari diyat tersebut dengan mempertimbangkan perbandingan yang hilang dan yang masih ada. | وَإِنْ نَقَصَ مِنْ أُذُنٍ وَاحِدَةٍ سُدَّتْ وَضُبِطَ مُنْتَهَى سِمَاعِ الْأُخْرَى وَ وَجَبَ قِسْطُ التَّفَاوُتِ وَاُخِذَ بِنِسْبَتِهِ مِنْ تِلْكَ الدِّيَّةِ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus hilangnya daya penciuman dari kedua lubang hidung. | (وَذِهَابِ الشُّمِّ) مِنَ الْمَنْخَرَيْنِ |
Jika daya penciuman berkurang dan kira-kiranya bisa dibatasi, maka wajib membayar kadar kekurangan tersebut dari sebagian diyat secara utuh. Jika tidak bisa dibatasi, maka wajib membayar diyat hukumah. | وَإِنْ نَقَصَ الشُّمُّ وَضُبِطَ قَدْرُهُ وَجَبَ قِسْطُهُ مِنَ الدِّيَّةِ وَإِلاَّ فَحُكُوْمَةٌ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus hilangnya akal. Sehingga, jika akal hilang sebab luka pada kepala dengan bentuk luka yang menetapkan ursy (ganti rugi) atau diyat hukumah, maka wajib membayar diyat sekaligus ursy-nya. | (وَذِهَابِ الْعَقْلِ) فَإِنْ زَالَ بِجُرْحٍ عَلَى الرَّأْسِ لَهُ أُرْشٌ مُقَدَّرٌ أَوْ حُكُوْمَةٌ وَجَبَتِ الدِّيَّةُ مَعَ الْأُرْشِ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus penis yang masih berfungsi, walaupun penisnya anak kecil, lansia dan lelaki imponten. | (وَالذَّكَرِ) السَّلِيْمِ وَلَوْ ذَكَرَ صَغِيْرٍ وَشَيْخٍ وَعَنِيْنٍ |
Memotong hasyafah sama seperti memotong penis. Sehingga wajib membayar diyat secara utuh sebab hanya memotong hasyafah saja. | وَقَطْعُ الْحَشَفَةِ كَالذَّكَرِ فَفِيْ قَطْعِهَا وَحْدَهَا دِيَّةٌ |
Dan wajib membayar -diyat secara utuh- dalam kasus kedua pelir, walaupun miliknya lelaki impoten dan orang yang dipotong penisnya. | (وَالْأُنْثَيَيْنِ) أَيِ الْبِيْضَتَيْنِ وَلَوْ مِنْ عَنِيْنٍ وَمَجْبُوْبٍ |
Wajib membayar separuh diyat sebab memotong salah satu dari keduanya. | وَفِيْ قَطْعِ إِحْدَاهُمَا نِصْفُ دِيَّةٍ. |
Wajib membayar lima onta di dalam kasus mudlihah terhadap lelaki muslim yang merdeka, dan dalam kasus giginya. | (وَفِيْ الْمُوْضِحَةِ) مِنَ الذَّكَرِ الْحُرِّ الْمُسْلِمِ (وَ) فِيْ (السِّنِّ) مِنْهُ (خَمْسٌ مِنَ الْإِبِلِ |
Dan wajib membayar hukumah di dalam kasus menghilangkan setiap anggota yang tidak memiliki manfaat. | وَفِيْ) إِذْهَابِ (كُلِّ عُضْوٍ لَامَنْفَعَةَ فِيْهِ حُكُوْمَةٌ) |
Hukumah adalah bagian dari diyat, yang mana nisbat bagian tersebut pada diyatnya nyawa adalah nisbat kurangnya harga korban yang dilukai seandainya ia adalah seorang budak dengan sifat-sifat yang ia miliki. | وَهِيَ جُزْءٌ مِنَ الدِّيَّةِ نِسْبَتُهُ إِلَى دِيَّةِ النَّفْسِ نِسْبَةُ نَقْصِهَا أَيِ الْجِنَايَةِ مِنْ قِيْمَةِ الْمَجْنِيِّ عَلَيْهِ لَوْكَانَ رَقِيْقًا بِصِفَاتِهِ الَّتِيْ هُوَ عَلَيْهَا |
Sehingga, seandainya harga korban sebelum dilukai tangannya semisal sepuluh, dan setelah dilukai menjadi sembilan, maka kurangnya adalah sepersepuluh, sehingga wajib membayar sepersepuluh dari diyatnya nyawa secara utuh. | فَلَوْ كَانَتْ قِيْمَةُ الْمَجْنِيِّ عَلَيْهِ بِلَا جِنَايَةٍ عَلَى يَدِّهِ مَثَلًا عَشْرَةٌ وَبِهَا تِسْعَةٌ فَالنَّقْصُ عُشُرٌ فَيَجِبُ عُشُرُ دِيَّةِ النَّفْسِ |
Diyyatnya Budak
Diyat seorang budak laki-laki yang dilindungi adalah harga budak tersebut, begitu juga diyat budak perempuan, walaupun harga keduanya lebih dari diyatnya orang merdeka. | (وَدِيَّةُ الْعَبْدِ) الْمَعْصُوْمِ (قِيْمَتُهُ) وَالْأَمَّةُ كَذَلِكَ وَلَوْ زَادَتْ قِيْمَةُ كُلٍّ مِنْهُمَا عَلَى دِيَّةِ الْحُرِّ |
Seandainya penis dan kedua pelir seorang hamba dipotong, maka wajib mengganti dua harga menurut pendapat al adhhar. | وَلَوْ قُطِعَ ذَكَرُ عَبْدٍ وَأُنْثَيَاهُ وَجَبَتْ قِيْمَتَانِ فِيْ الْأَظْهَرِ. |
Diyyat Janin
Diyat janin merdeka yang berstatus islam karena mengikut pada salah satu kedua orang tuanya, jika ibunya adalah wanita yang terjaga saat terjadinya kasus, adalah ghurrah, maksudnya satu orang budak, laki-laki atau perempuan, yang bebas dari cacat yang parah. | (وَدِيَّةُ الْجَنِيْنِ الْحُرِّ) الْمُسْلِمِ تَبْعًا لِأَحَدِ أَبَوَيْهِ إِنْ كَانَتْ أُمُّهُ مَعْصُوْمَةً حَالَ الْجِنَايَةِ (غُرَّةٌ) أَيْ نَسِمَةُ مِنَ الرَّقِيْقِ (عَبْدٌ أَوْ أَمَّةٌ) سَلِيْمٌ مِنْ عَيْبٍ شَنِيْعٍ |
Budak tersebut disyaratkan harus mencapai separuh sepersepuluhnya diyat secara utuh. | وَيُشْتَرَطُ بُلُوْغُ الْغُرَّةِ نِصْفَ عُشُرِ الدِّيَّةِ |
Kemudian, jika tidak ada budak, maka wajib membayar gantinya yaitu lima ekor onta. | فَإِنْ فُقِدَتِ الْغُرَّةُ وَجَبَ بَدَلُهَا وَهُوَ خَمْسَةُ أَبْعِرَةٍ |
Budak tersebut wajib dibayar oleh waris ‘aqilah si pelaku. | وَتَجِبُ الْغُرَّةُ عَلَى عَاقِلَةِ الْجَانِيْ |
Diyat janin yang berstatus budak adalah sepersepuluh dari harga ibunya di hari saat sang ibu dilukai. | (وَدِيَّةُ الْجَنِيْنِ الرَّقِيْقِ عُشُرُ قِيْمَةِ أُمِّهِ) يَوْمَ الْجِنَايَةِ عَلَيْهَا |
Sesuatu yang wajib dibayarkan menjadi milik majikan si ibu. | وَيَكُوْنُ مَا وَجَبَ لِسَيِّدِهَا |
Di dalam kasus janin yang berstatus yahudi atau nasrani, wajib membayar ghurrah dengan ukuran sepertiga dari ghurrah-nya janin muslim, yaitu satu lebih dua pertiga ekor onta. | وَيَجِبُ فِيْ الْجَنِيْنِ الْيَهُوْدِيِّ أَوِ النَّصْرَانِيِّ غُرَّةٌ كَثُلُثِ غُرَّةِ مُسلِمٍ وَهُوَ بَعِيْرٌ وَثُلُثَا بَعِيْرٍ |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum qasamah. Qasamah adalah beberapa sumpah atas pembunuhan. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ الْقَسَامَةِ وَهِيَ أَيْمَانُ الدِّمَاءِ |
Ketika tuduhan pembunuhan bersertaan dengan lauts. Lafdz “lauts” dengan menggunakan huruf tsa’ yang diberi titik tiga. | (وَإِذَا اقْتَرَنَ بِدَعْوَى الدَّمِّ لَوْثٌ) بِمُثَلَّثَةٍ |
Lauts secara bahasa adalah lemah. Dan secara syara’ adalah qarinah (tanda-tanda) yang menunjukkan atas kebenaran penuduh dengan gambaran, qarinah tersebut menimbulkan dugaan atas kebenaran si penuduh di dalam hati. | وَهُوَ لُغَةً الضُّعْفُ وَشَرْعًا قَرِيْنَةٌ تَدُلُّ عَلَى صِدْقِ الْمُدَّعِيْ بِأَنْ تُوقِعَ تِلْكَ الْقَرِيْنَةُ فِيْ الْقَلْبِ صِدْقَهُ |
Pada gambaran inilah, mushannif memberi isyarah dengan perkataan beliau, “lauts tersebut menimbulkan dugaan kebenaran si penuduh di dalam hati.” | وَإِلَى هَذَا أَشَارَ الْمُصَنِّفُ بِقَوْلِهِ (يَقَعُ فِيْهِ فِيْ النَّفْسِ صِدْقُ الْمُدَّعِيْ) |
Semisal korban pembunuhan atau sebagian anggotanya seperti kepalanya ditemukan di dusun yang terpisah dari kota yang besar sebagaimana keterangan di dalam kitab ar Raudlah dan aslinya kitab ar Raudlah. | بِأَنْ وُجِدَ قَتِيْلٌ أَوْ بَعْضُهُ كَرَأْسِهِ فِيْ مَحِلَّةٍ مُنْفَصِلَةٍ عَنْ بَلَدٍ كَبِيْرٍ كَمَا فِيْ الرَّوْضَةِ وَأَصْلِهَا |
Atau korban ditemukan di desa luas yang dihuni oleh musuh-musuh korban dan tidak ada selain mereka di desa tersebut. | أَوْ وُجِدَ فِيْ قَرْيَةٍ كَبِيْرَةٍ لِأَعْدَائِهِ وَلَايُشَارِكُهُمْ فِيْ الْقَرْيَةِ غَيْرُهُمْ |
Maka penuduh disumpah sebanyak lima puluh kali. | (حُلِّفَ الْمُدَّعِيْ خَمْسِيْنَ يَمِيْنًا) |
Tidak disyaratkan sumpah tersebut diucapkan secara terus menerus menurut al madzhab. | وَلَا يُشْتَرَطُ مُوَالَاتُهَا عَلَى الْمَذْهَبِ |
Seandainya antara sumpah-sumpah tersebut terpisah oleh gila atau pingsannya orang yang bersumpah, maka setelah sadar ia tinggal meneruskan sisa dari sumpah yang sudah diucapkan, jika qadli yang menjadi juru hukum saat sumpah qasamah yang sudah diucapkan tersebut belum dipecat. | وَلَوْ تَخَلَّلَ بَيْنَ الْأَيْمَانِ جُنُوْنٌ مِنَ الْحَالِفِ أَوْ إِغْمَاءٌ مِنْهُ بَنَى بَعْدَ الْإِفَاقَةِ عَلَى مَا مَضَى مِنْهَا إِنْ لَمْ يُعْزَلِ الْقَاضِيْ الَّذِيْ وَقَعَتِ الْقَسَامَةُ عِنْدَهُ |
Sehingga, jika qadli tersebut telah dipecat dan telah diganti qadli yang lain, maka wajib mengulangi sumpah qasamah-nya lagi. | فَإِنْ عُزِلَ وَ وُلِّيَ غَيْرُهُ وَجَبَ اسْتِئْنَافُهَا |
Dan ketika penuduh telah bersumpah, maka ia berhak mendapatkan diyat. | (وَ) إِذَا حَلَفَ الْمُدَّعِيْ (اسْتَحَقَّ الدِّيَّةَ) |
Sumpah qasamah tidak berlaku dalam kasus memotong anggota badan. | وَلَا تَقَعُ الْقَسَامَةُ فِيْ قَطْعِ طَرَفٍ. |
Dan jika di sana tidak terdapat lauts, maka bagi orang yang tertuduh harus bersumpah. maka ia bersumpah sebanyak lima puluh kali. | (وَإِنْ لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ لَوْثٌ فَالْيَمِيْنُ عَلَى الْمُدَّعَى عَلَيْهِ) فَيَحْلِفُ خَمْسِيْنَ يَمِيْنًا |
Kafarat Pembunuhan
Wajib membayar kafarat bagi orang yang telah membunuh nyawa yang diharamkan secara sengaja, khatha’ atau syibh ‘amdin. | (وَعَلَى قَاتِلِ النَّفْسِ الْمُحَرَّمَةِ) عَمْدًا أَوْ خَطَأً أَوْ شِبْهَ عَمْدٍ (كَفَارَةٌ) |
Seandainya si pembunuh adalah anak kecil atau orang gila, maka wali keduanya harus memerdekakan budak dari harta keduanya. | وَلَوْ كَانَ الْقَاتِلُ صَبِيًّا أَوْ مَجْنُوْنًا فَيُعْتِقُ الْوَلِيُّ عَنْهُمَا مِنْ مَالِهِمَا |
Kafaratnya adalah memerdekakan budak mukmin yang selamat dari cacat-cacat yang bisa berbahaya, maksudnya mencacatkan amal dan pekerjaan. | وَالْكَفَارَةُ (عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ سَلِيْمَةٍ مِنَ الْعُيُوْبِ الْمُضِرَّةِ) أَيِ الْمُخِلَّةِ بِالْعَمَلِ وَالْكَسْبِ |
Kemudian, jika ia tidak menemukan budak, maka wajib melaksanakan puasa dua bulan dengan perhitungan tanggal secara berturut-turut disertai niat kafarat. | (فَإِنْ لَمْ يَجِدْ) هَا (فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ) بِالْهِلَالِ (مُتَتَابِعَيْنِ) بِنِيَّةِ الْكَفَارَةِ |
Tidak disyaratkan niat tatabu’ (berturut-turut) menurut pendapat al ashah. | وَلَا يُشْتَرَطُ نِيَّةُ التَّتَابُعِ فِيْ الْأَصَحِّ |
Kemudian, jika orang yang membayar kafarat tidak mampu untuk berpuasa dua bulan karena lanjut usia, terdapat kesulitan yang terlalu berat padanya sebab berpuasa, atau khawatir sakitnya bertambah parah, maka ia wajib membayar kafarat dengan memberi makan enam puluh orang miskin atau faqir. | فَإِنْ عَجَزَ الْمُكَفِّرُ عَنْ صَوْمِ شَهْرَيْنِ لِهَرَمٍ أَوْ لَحِقَهُ بِالصَّوْمِ مَشَقَّةٌ شَدِيْدَةٌ أَوْ خَافَ زِيَادَةَ الْمَرَضِ كَفَّرَ بِإِطْعَامِ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا أَوْ فَقِيْرًا |
Masing-masing dari mereka ia beri satu mud bahan makanan yang cukup digunakan untuk zakat fitri. | يَدْفَعُ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ مُدًّا مِنْ طَعَامٍ يُجْزِئُ فِيْ الْفِطْرَةِ |
Tidak diperkenankan baginya memberi makan orang kafir, Bani Hasyim dan Bani Muthallib. | وَلَا يُطْعِمُ كَافِرًا وَلَا هَاشِمِيًّا وَلَا مُطَلِّبِيًّا . |
Lafadz al hudud adalah bentuk jama’ dari lafadz “had”. Had secara bahasa bermakna mencegah. | جَمْعُ حَدٍّ وَهُوَ لُغَةً الْمَنْعُ |
Disebut dengan nama Had, karena bisa mencegah dari melakukan perbuatan-perbuatan keji. | وَسُمِّيَتِ الْحُدُوْدُ بِذَلِكَ لِمَنْعِهَا مِنِ ارْتِكَابِ الْفَوَاحِشِ |
Had Zina
Mushannif memulai penjelasan macam-macam had dengan had zina di dalam pertengahan perkataan beliau. | وَبَدَأَ الْمُصَنِّفُ مِنَ الْحُدُوْدِ بِحَدِّ الزِّنَا الْمَذْكُوْرِ فِيْ أَثْنَاءِ قَوْلِهِ |
Zina ada dua macam, zina muhshan dan gairu muhshan. | (وَالزِّنَى عَلَى ضَرْبَيْنِ مُحْصَنٍ وَغَيْرِ مُحْصَنٍ |
Zina muhshan hukumannya adalah diranjam dengan batu yang standar, tidak dengan kerikil kecil dan tidak dengan batu yang terlalu besar.
Dan sebentar lagi akan dijelaskan bahwa sesungguhnya orang yang muhshan adalah orang yang sudah baligh, berakal, dan merdeka yang telah memasukkan hasyafahnya atau kira-kira hasyafahnya orang yang terpotong hasyafahnya ke vagina di dalam nikah yang sah. |
فَالْمُحْصَنُ) وَسَيَأْتِيْ قَرِيْبًا أَنَّهُ الْبَالِغُ الْعَاقِلُ الْحُرُّ الَّذِيْ غَيَّبَ حَشَفَتَهُ أَوْ قَدْرَهَا مِنْ مَقْطُوْعِهَا بِقُبُلٍ فِيْ نِكَاحٍ صَحِيْحٍ (حَدُّهُ الرَّجْمُ) بِحِجَارَةٍ مُعْتَدِلَةٍ لَا بِحَصًى صَغِيْرَةٍ وَلَا بِصَخْرٍ |
Hukuman zina ghairul muhshan dari orang laki-laki atau perempuan adalah seratus kali cambukan. | (وَغَيْرُ الْمُحْصَنِ) مِنْ رَجُلٍ أَوِ امْرَأَةٍ (حَدُّهُ مِائَةُ جَلْدَةٍ) |
Disebut dengan jaldah, karena pukulan itu mengenai kulit. | سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِاتِّصَالِهَا بِالْجِلْدِ |
Dan mengucilkan selama setahun ke tempat yang berjarak masafatul qasri atau lebih sesuai dengan kebijakan imam. | (وَتَغْرِيْبُ عَامٍ إِلَى مَسَافَةِ الْقَصْرِ) فَأَكْثَرَ بِرَأْيِ الْإِمَامِ |
Masa setahun terhitung dari awal perjalanan orang yang zina, tidak sejak sampainya dia ketempat pengucilan. | وَتُحْسَبُ مُدَّةُ الْعَامِ مِنْ أَوَّلِ سَفَرِ الزَّانِيْ لَا مِنْ وُصُوْلِهِ مَكَانَ التَّغْرِيْبِ |
Yang lebih utama pengucilan tersebut setelah hukuman jilid dilaksanakan. | وَالْأَوْلَى أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ الْجِلْدِ. |
Syarat-Syarat Muhshan
Syarat ihshan ada empat. | (وَشَرَائِطُ الْإِحْصَانِ أَرْبَعٌ) |
Yang pertama dan kedua adalah baligh dan berakal. | الْأَوَّلُ وَالثَّانِيْ (الْبُلُوْغُ وَالْعَقْلُ) |
Sehingga tidak ada had bagi anak kecil dan orang gila, bahkan keduanya berhak diberi pengajaran dengan sesuatu yang membuat keduanya jerah untuk melakukan zina. | فَلَا حَدَّ عَلَى صَبِيٍّ وَمَجْنُوْنٍ بَلْ يُؤَدَّبَانَ بِمَا يُزْجِرُهُمَا عَنِ الْوُقُوْعِ فِيْ الزِّنَا |
Yang ketiga adalah merdeka. | (وَ) الثَّالِثُ (الْحُرِّيَّةُ) |
Sehingga budak, budak muba’adl, mukatab, dan ummi walad bukan orang yang muhshan, walaupun masing-masing dari mereka pernah melakkan wathi’ di dalam nikah yang sah. | فَلَا يَكُوْنُ الرَّقِيْقُ وَالْمُبَعَّضُ وَالْمُكَاتَبُ وَأُمُّ الْوَلَدِ مُحْصَنًا وَإِنْ وَطِئَ كُلٌّ مِنْهُمْ فِيْ نِكَاحٍ صَحِيْحٍ |
Yang ke empat adalah wujudnya wathi’ dari orang islam atau kafir dzimmi di dalam nikah yang sah. | (وَ) الرَّابِعُ (وُجُوْدُ الْوَطْءٍ) مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ ذِمِيٍّ (فِيْ نِكَاحٍ صَحِيْحٍ) |
Dan di dalam sebagian redaksi menggunakan lafadz, “fi an nikah ash shahih.” | وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ فِيْ النِّكَاحِ الصَّحِيْحِ |
Yang kehendaki mushannif dengan wathi’ adalah memasukkan hasyafah atau kira-kira hasyafahnya orang yang terpotong hasyafahnya ke dalam vagina. | وَأَرَادَ بِالْوَطْءِ تَغْيِيْبَ الْحَشَفَةِ أَوْ قَدْرِهَا مِنْ مَقْطُوْعِهَا بِقُبُلٍ |
Dengan keterangan, “di dalam nikah yang sah,” mengecualikan wathi’ di dalam nikah yang fasid. Maka ihshan tidak bisa hasil dengan wathi’ tersebut. | وَخَرَجَ بِالصَّحِيْحِ الْوَطْءُ فِيْ نِكَاحٍ فَاسِدٍ فَلَا يَحْصُلُ بِهِ التَّحْصِيْنُ |
Had budak laki-laki dan perempuan adalah separuh had orang merdeka. | (وَالْعَبْدُ وَالْأَمَّةُ حَدُّهُمَا نِصْفُ حَدِّ الْحُرِّ) |
Sehingga masing-masing dari keduanya dihukum sebanyak lima kali cambukan dan dikucilkan selama setengah tahun. | فَيُحَدُّ كُلٌّ مِنْهُمَا خَمْسِيْنَ جَلْدَةً وَيُغَرَّبُ نِصْفَ عَامٍ |
Seandainya mushannif mengatakan, “orang yang memiliki sifat budak, maka hadnya ….”, niscaya akan lebih baik, karena mencakup budak mukatab, muba’adl, dan ummu walad. | وَلَوْ قَالَ الْمُصَنِّفُ وَمَنْ فِيْهِ رِقٌّ حَدُّهُ إِلَخْ كَانَ أَوْلَى لِيَعُمَّ الْمُكَاتَبَ وَالْمُبَعَّضَ وَأُمَّ الْوَلَدِ . |
Sodomi
Hukum sodomi dan menyetubuhi binatang adalah seperti hukumnya zina. | (وَحُكْمُ اللِّوَاطِ وَإِتْيَانِ الْبَهَائِمِ كَحُكْمِ الزِّنَا) |
Sehingga, barang siapa melakukan sodomi dengan seseorang, dengan arti mewathinya pada dubur, maka ia berhak dihad menurut pendapat al madzhab. | فَمَنْ لَاطَ بِشَخْصٍ بِأَنْ وَطِئَهُ فِيْ دُبُرِهِ حُدَّ عَلَى الْمَذْهَبِ |
Dan barang siapa menyetubuhi binatang, maka harus dihad sebagaimana penjelasan mushannif, akan tetapi menurut pendapat yang kuat sesungguhnya orang tersebut berhak dita’zir. | وَمَنْ أَتَى بَهِيْمَةً حُدَّ كَمَا قَالَ الْمُصَنِّفُ لَكِنِ الرَّاجِحُ أَنَّهُ يُعَزَّرُ |
Barang siapa mewathi wanita lain pada anggota selain farji, maka ia berhak dita’zir. | (وَمَنْ وَطِئَ) أَجْنَبِيَّةً (فِيْمَا دُوْنَ الْفَرْجِ عُزِّرَ |
Bagi imam tidak diperkenankan menta’zir hingga mencapai minimal had. | وَلَا يُبَلِّغُ) الْإِمَامُ (بِالتَّعْزِيْرِ أَدْنَى الْحُدُوْدِ) |
Sehingga, jika imam menta’zir seorang budak laki-laki, maka di dalam menta’zirnya, wajib kurang dari dua puluh cambukan. | فَإِنْ عَزَّرَ عَبْدًا وَجَبَ أَنْ يَنْقُصَ فِيْ تَعْزِيْرِهِ عَنْ عِشْرِيْنَ جَلْدَةً |
Atau menta’zir orang merdeka, maka di dalam menta’zirnya wajib kurang dari empat puluh cambukan, karena sesungguhnya itu adalah batas minimal had masing-masing dari keduanya. | أَوْ عَزَّرَ حُرًّا وَجَبَ أَنْ يَنْقُصَ فِيْ تَعْزِيْرِهِ عَنْ أَرْبَعِيْنَ جَلْدَةً لِأَنَّهُ أَدْنَى حَدِّ كُلٍّ مِنْهُمَا |
(Fasal) menjelaskan tentang qadzaf. | (فَصْلٌ) فِيْ بَيَانِ الْقَذْفِ |
Qadzaf secara bahasa adalah menuduh secara mutlak. Dan secara syara’ adalah menuduh zina atas dasar mencemarkan nama baik, agar supaya mengecualikan persaksian zina. | وَهُوَ لُغَةً الرَّمْيُ وَشَرْعًا الرَّمْيُ بِالزِّنَا عَلَى جِهَّةِ التَّعْيِيْرِ لَتَخْرُجَ الشَّهَادَةُ بِالزِّنَا |
Ketika seseorang menuduha orang lain telah berbuat zina seperti ucapannya, “engkau telah zina,” maka ia berhak mendapatkan had qadzaf berupa delapan puluh cambukan sebagaimana yang akan dijelaskan. Lafadz “qadzaf” dengan menggunakan huruf dzal yang diberi titik satu, | (وَإِذَا قَذَفَ) بِذَالٍ مُعْجَمَةٍ (غَيْرَهُ بِالزِّنَا) كَقَوْلِهِ زَنَيْتَ (فَعَلَيْهِ حَدُّ الْقَذْفِ) ثَمَانِيْنَ جَلْدَةً كَمَا سَيَأْتِيْ |
Hal ini jika memang si penuduh bukan ayah atau ibu orang yang dituduh, walaupun keduanya hingga sampai atas sebagaimana yang akan dijelaskan. | هَذَا إِنْ لَمْ يَكُنِ الْقَاذِفُ أَبًّا أَوْ أُمًّا وَإِنْ عَلَيَا كَمَا سَيَأْتِيْ |
Syarat Had Qadzaf
Dengan delapan syarat. Tiga syarat di antaranya pada orang yang menuduh. Dalam sebagian redaksi dengan menggunakan lafadz, “tsalatsun.” | (بِثَمَانِيَةِ شَرَائِطَ ثَلَاثَةٍ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ ثَلَاثٌ (مِنْهَا فِيْ الْقَاذِفِ |
Yaitu, si penuduh adalah orang yang sudah baligh dan berakal. | وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ بَالِغًا عَاقِلًا) |
Sehingga anak kecil dan orang gila tidak berhak dihad sebab keduanya menuduh zina pada seseorang. | فَالصَّبِيُّ وَالْمَجْنُوْنُ لَا يُحَدَّانِ بِقَذْفِهِمَا شَخْصًا |
Si penuduh bukan orang tua orang yang dituduh. | (وَأَنْ لَا يَكُوْنَ وَالِدًا لِلْمَقْذُوْفِ) |
Sehingga, seandainya seorang ayah atau ibu walaupun keduanya hingga ke atas menuduh zina terhadap anaknya walaupun hingga ke bawah, maka ia tidak berhak mendapat had. | فَلَوْ قَذَفَ الْأَبُّ أَوِ الْأُمُّ وَإِنْ عَلَا وَلَدَهُ وَإِنْ سَفُلَ لَا حَدَّ عَلَيْهِ. |
Dan lima syarat pada maqdzuf (orang yang dituduh). | (وَ خَمْسَةٌ فِيْ الْمَقْذُوْفِ |
Yaitu, orang yang dituduh adalah orang islam, baligh, berakal, merdeka dan terjaga dari zina. | وَهُوَ أَنْ يَكُوْنَ مُسْلِمًا بَالِغًا عَاقِلًا حُرًّا عَفِيْفًا) عَنِ الزِّنَا |
Sehingga tidak ada hukum had sebab seseorang menuduh zina pada orang kafir, anak kecil, orang gila, budak atau orang yang pernah melakukan zina. | فَلَا حَدَّ بِقَذْفِ الشَّخْصِ كَافِرًا أَوْ صَغِيْرًا أَوْ مَجْنُوْنًا أَوْ رَقِيْقًا أَوْ زَانِيًا |
Jumlah Had Qadzaf
Orang merdeka yang menuduh zina dihukum had sebanyak delapan puluh cambukan. | (وَيُحَدُّ الْحُرُّ) الْقَاذِفُ (ثَمَانِيْنَ) جَلْدَةً |
Dan seorang budak -yang menuduh zina- mendapat had empat puluh cambukan. | (وَ) يُحَدُّ (الْعَبْدُ أَرْبَعِيْنَ) جَلْدَةً |
Gugurnya Had Qadzaf
Had qadzaf menjadi gugur dari orang yang menuduh sebab tiga perkara, | (وَيَسْقُطُ) عَنِ الْقَاذِفِ (حَدُّ الْقَذْفِ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ) |
Salah satunya mendatangkan saksi, baik yang dituduh adalah orang lain atau istrinya sendiri. | أَحَدُهَا (إِقَامَةُ الْبَيِّنَةِ) سَوَاءٌ كَانَ الْمَقْذُوْفُ أَجْنَبِيًّا أَوْ زَوْجَةً |
Yang kedua disebutkan di dalam perkataan mushannif, “atau orang yang dituduh memaafkan”, maksudnya pada orang yang menuduh. | وَالثَّانِيْ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (أَوْ عَفْوُ الْمَقْذُوْفِ) أَيْ عَنِ الْقَاذِفِ |
Yang ketiga disebutkan di dalam perkataan beliau, “melakukan sumpah li’an di dalam haknya istri.” | وَالثَّالِثُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (وَ اللِّعَانُ فِيْ حَقِّ الزَّوْجَةِ) |
Li’an telah dijelaskan di dalam perkataan mushannif, “fasal, ketika seseorang menuduh …..” | وَسَبَقَ بَيَانُهُ فِيْ قَوْلِ الْمُصَنِّفِ فَصْلٌ وَإِذَا رَمَى الرَّجُلُ إِلَخْ. |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum minuman keras dan menjelaskan had yang terkait dengan meminumnya. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (الْأَشْرِبَةِ) وَفِيْ الْحَدِّ الْمُتَعَلِّقِ بِشُرْبِهَا |
Barang siapa meminum khamr, yaitu minuman yang dibuat dari perasaan anggur basah, atau meminum minuman yang memabukkan dari selain khamr seperti nabidz yang terbuat dari anggur kering, maka si penimum tersebut dihukum had. | (وَمَنْ شَرِبَ خَمْرًا) وَهِيَ الْمُتَّخَذَةُ مِنْ عَصِيْرِ الْعِنَبِ (أَوْ شَرَابًا مُسْكِرًا) مِنْ غَيْرِ الْخَمْرِ كَالنَّبِيْذِ الْمُتَّخَذَةِ مِنَ الزَّبِيْبِ (يُحَدُّ) ذَلِكَ الشَّارِبُ |
Jika dia orang merdeka, maka dihad sebanyak empat puluh cambukan. Dan jika budak, maka dihad sebanyak dua puluh cambukan. | إِنْ كَانَ حُرًّا (أَرْبَعِيْنَ) جَلْدَةً وَإِنْ كَانَ رَقِيْقًا عِشْرِيْنَ جَلْدَةً |
Bagi imam diperkenankan memberi hukuman had hingga delapan puluh cambukan. | (وَيَجُوْزُ أَنْ يُبَلِّغَ) الْإِمَامُ (بِهِ) أَيْ حَدِّ الشُّرْبِ (ثَمَانِيْنَ) جَلْدَةً |
Lebihan dari empat puluh cambukan pada orang merdeka dan dari dua puluh cambukan pada budak adalah bentuk ta’ziran. | وَالزِّيَادَةُ عَلَى أَرْبَعِيْنَ فِيْ حُرٍّ وَعِشْرِيْنَ فِيْ رَقِيْقٍ (عَلَى وَجْهِ التَّعْزِيْرِ) |
Ada yang mengatakan bahwa lebihan dari had yang telah disebutkan tersebut adalah had. | وَقِيْلَ الزِّيَادَةُ عَلَى مَا ذُكِرَ حَدٌّ |
Berdasarkan pada pendapat ini, maka tidak diperkenankan mengurangi dari tambahan tersebut. | وَعَلَى هَذَا يَمْتَنِعُ النَّقْصُ عَنْهَا |
Penetapan Had Minuman Keras
Had ditetapkan kepada orang yang meminum minuman keras dengan salah satu dua perkara. | (وَيَجِبُ) الْحَدُّ (عَلَيْهِ) أَيْ شَارِبِ الْمُسْكِرِ (بِأَحَدِ الْأَمْرَيْنِ |
Yaitu dengan saksi, maksudnya dua laki-laki yang bersaksi atas perbuatan seseorang yang meminum minuman yang telah disebutkan. | بِالْبَيِّنَةِ) أَيْ رَجُلَيْنِ يَشْهَدَانِ بِشُرْبِ مَا ذُكِرَ |
Atau pengakuan dari orang yang meminum bahwa sesungguhnya ia telah meminum minuman keras. | (أَوِ الْإِقْرَارِ) مِنَ الشَّارِبِ بِأَنَّهُ شَرِبَ مُسْكِرًا |
Sehingga had tidak bisa ditetapkan dengan persaksian satu laki-laki dan satu perempuan, tidak dengan persaksian dua wanita, tidak dengan sumpah yang dikembalikan -pada penuduh-, tidak dengan pengetahuan sang qadli dan tidak juga dengan pengetahuan selain qadli. | فَلَا يُحَدُّ بِشَهَادَةِ رَجُلٍ وَامْرَأَةٍ وَلَا بِشَهَادَةِ امْرَأَتَيْنِ وَلَا بِيَمِيْنٍ مَرْدُوْدَةٍ وَلَا بِعِلْمِ الْقَاضِيْ وَلَا بِعِلْمِ غَيْرِهِ |
Orang yang meminum juga tidak bisa dihukum had sebab memuntahkan minuman keras dan sebab istinka’, maksudnya dengan gambaran dari dia tercium bau khamr. | (وَلَا يُحَدُّ) أَيْضًا الشَّارِبُ (بِالْقَيْئِ وَالْاِسْتِنْكَاءِ) أَيْ بِأَنْ يُشَمَّ مِنْهُ رَائِحَةُ الْخَمْرِ |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum memotong anggota badan pencuri. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (قَطْعِ السَّرِقَةِ) |
Sariqah secara bahasa adalah megambil harta dengan sembunyi-sembunyi. | وَهِيْ لُغَةً أَخْذُ الْمَالِ خُفْيَةً |
Dan secara syara’ adalah mengambil harta dengan sembunyi-sembunyi secara dhalim dari hirzi mitsli-nya (tempat penyimpannya barang yang sesamanya). | وَشَرْعًا أَخْذُهُ خُفْيَةً ظُلْمًا مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ |
Syarat Orang Yang Mencuri
Tangan si pencuri berhak dipotong dengan tiga syarat. Dalam sebagian redaksi, “dengan enam syarat.” | (وَتُقْطَعُ يَدُّ السَّارِقِ بِثَلَاثَةِ شَرَائِطَ) وَفِيْ بَعْضِ النُّسَخِ بِسِتِّ شَرَائِطَ |
Yaitu, si pencuri adalah orang yang sudah baligh, berakal, dan atas kemauan sendiri, baik dia orang islam atau orang kafir dzimmi. | (أَنْ يَكُوْنَ) السَّارِقُ (بَالِغًا عَاقِلًا) مُخْتَارًا مُسْلِمًا كَانَ أَوْ ذِمِّيًا |
Sehingga tidak ada hukum potong tangan terhadap anak kecil, orang gila, dan orang yang dipaska. | فَلَا قَطْعَ عَلَى صَبِيٍّ وَمَجْنُوْنٍ وَمُكْرَهٍ |
Tangan orang islam dan orang kafir dzimmi berhak dipotong sebab mencuri harta orang muslim atau orang kafir dzimmi. | وَيُقْطَعُ يَدُّ مُسْلِمٍ وَذِمَّيٍّ بِمَالِ مُسْلِمٍ وَذِمَّيٍ |
Adapun orang kafir mu’ahad, maka tidak ada hukum potong tangan atas dirinya menurut pendapat al adhhar. | وَأَمَّا الْمُعَاهَدُ فَلَا قَطْعَ عَلَيْهِ فِيْ الْأَظْهَرِ |
Apa yang telah disebutkan di depan adalah syarat orang yang mencuri. | وَمَا تَقَدَّمَ شَرْطٌ فِيْ السَّارِقِ |
Syarat Barang Yang di Curi
Mushannif menyebutkan syarat hukum potong tangan ditinjau dari barang yang dicuri di dalam perkataan beliau, | وَذَكَرَ الْمُصَنِّفُ شَرْطَ الْقَطْعِ بِالنَّظَرِ لِلْمَسْرُوْقِ فِيْ قَوْلِهِ. |
Pelaku mencuri barang yang telah mencapai nishab sariqah, yang harganya telah mencapai seperempat dinar, maksudnya dinar murni cetakan, atau mencuri barang campuran dengan emas yang mana kadar emas murninya telah mencapai seperempat dinar cetakan atau seharga dengan itu, dari tempat penyimpanan barang sesamanya. | (وَأَنْ يَسْرِقَ نِصَابًا قِيْمَتُهُ رُبُعُ دِيْنَارٍ) أَيْ خَالِصًا مَضْرُوْبًا أَوْ يَسْرِقَ قَدْرًا مَغْشُوْشًا يَبْلُغُ خَالِصُهُ رُبُعَ دِيْنَارٍ مَضْرُوْبًا أَوْ قِيْمَتَهُ (مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ) |
Jika barang yang dicuri berada di area bebas (shahra’), masjid, atau jalan, maka di dalam penjagaannya disyaratkan selalu diperhatikan. | فَإِنْ كَانَ الْمَسْرُوْقُ بِصَحْرَاءَ أَوْ مَسْجِدٍ أَوْ شَارِعٍ اشْتُرِطَ فِيْ إِحْرَازِهِ دَوَامُ اللِّحَاظِ |
Jika barang yang dicuri berada di dalam gedung seperti rumah, maka cukup pengawasaan yang biasa dilakukan pada barang sesamanya. | وَإِنْ كَانَ بِحِصْنٍ كَبَيْتٍ كَفَى لِحَاظٌ مُعْتَادٌ فِيْ مِثْلِهِ |
Pakaian dan barang yang diletakkan seseorang di dekatnya di area bebas semisal, jika ia mengawasi dengan memandang pada barang tersebut waktu demi waktu, dan di sana tidak dalam keadaan berdesakan, maka barang tersebut dianggap berada di tempat penjagaan semestinya. Jika tidak demikian, maka belum terjaga di tempat yang semestinya. | وَثَوْبٌ وَمَتَاعٌ وَضَعَهُ شَخْصٌ بِقُرْبِهِ بِصَحْرَاءَ مَثَلًا إِنْ لَاحَظَهُ بِنَظَرِهِ لَهُ وَقْتًا فَوَقْتًا وَلَمْ يَكُنْ هُنَاكَ اِزْدِحَامُ طَارِقِيْنَ فَهُوَ مُحَرَّزٌ وَإِلاَّ فَلَا |
Syarat orang yang mengawasi adalah ia mampu mencegah pencuri. | وَشَرْطُ الْمُلَاحِظِ قُدْرَتُهُ عَلَى مَنْعِ السَّارِقِ |
Di antara syarat-syarat barang yang dicuri adalah sesuatu yang disebutkan oleh mushannif di dalam perkataan beliau, | وَمِنْ شُرُوْطِ الْمَسْرُوْقِ مَا ذَكَرَهُ الْمُصَنِّفُ فِيْ قَوْلِهِ |
Tidak ada hak milik dan tidak ada syubhat bagi si pencuri di dalam hartanya orang yang ia curi. | (لَا مِلْكَ لَهُ فِيْهِ وَلَا شُبْهَةَ) أَيْ لِلسَّارِقِ (فِيْ مَالِ الْمَسْرُوْقِ مِنْهُ) |
Sehingga tidak ada hukum potong tangan sebab mencuri harta orang tua dan anak si pencuri. Dan tidak juga sebab seorang budak mencuri harta majikannya. | فَلَا قَطْعَ بِسَرِقَةِ مَالِ أَصْلٍ وَفَرْعٍ لِلسَّارِقِ وَلَا بِسَرِقَةِ رَقِيْقٍ مَالَ سَيِّدِهِ. |
Proses Hukuman
Tangan kanan si pencuri di potong dari persendian pergelangan tangan setelah memisahkannya dengan tali yang ditarik dengan keras. | (وَتُقْطَعُ) مِنَ السَّارِقِ (يَدُّهُ الْيُمْنَى مِنْ مَفْصَلِ الْكُوْعِ) بَعْدَ خَلْعِهَا مِنْهُ بِحَبْلٍ يُجَرُّ بِعَنْفٍ |
Tangan kanan dipotong pada pencurian pertama. | وَإِنَّمَا تُقْطَعُ الْيُمْنَى فِيْ السَّرِقَةِ الْأُوْلَى |
Kemudian, jika pelaku mencuri yang kedua setelah tangan kanannya dipotong, maka kaki kirinya dipotong dengan besi yang tajam sekali tebas setelah memisahkannya dari persendian telapak kaki. | (فَإِنْ سَرِقَ ثَانِيًا) بَعْدَ قَطْعِ الْيُمْنَى (قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُسْرَى) بِحَدِيْدَةٍ مَاضِيَّةٍ دَفْعَةً وَاحِدَةً بَعْدَ خَلْعِهَا مِنْ مَفْصَلِ الْقَدَمِ |
Kemudian, jika ia mencuri untuk ketiga kalinya, maka tangan kirinya dipotong setelah memisahkannya dari persendian. | (فَإِنْ سَرِقَ ثَالِثًا قُطِعَتْ يَدُّهُ الْيُسْرَى) بَعْدَ خَلْعِهَا. |
Kemudian jika ia mencuri untuk ke empat kalinya, maka kaki kanannya dipotong setelah memisahkannya dari persendian telapak kaki sebagaimana yang dilakukan pada kaki kirinya. | (فَإِنْ سَرِقَ رَابِعًا قُطِعَتْ رِجْلُهُ الْيُمْنَى) بَعْدَ خَلْعِهَا مِنْ مَفْصَلِ الْقَدَمِ كَمَا فُعِلَ بِالْيُسْرَى |
Tempat bekas potongan dimasukkan ke miyak zait atau minyak yang mendidih. | وَيُغْمَسُ مَحَلُّ الْقَطْعِ بِزِيْتٍ أَوْ دُهْنٍ مَغْلِيٍّ |
Kemudian jika setelah itu, maksudnya setelah yang ke empat, ia mencuri lagi, maka ia berhak dita’zir. Ada yang mengatakan bahwa ia dihukum mati dengan cara pelan-pelan. | (فَإِنْ سَرِقَ بَعْدَ ذَلِكَ) أَيْ بَعْدَ الرَّابِعَةِ (عُزِّرَ وَقِيْلَ يُقْتَلُ صَبْرًا) |
Hadits yang menjelaskan perintah membunuh pencuri pada pencurian yang kelima telah di-Nusakh. | وَحَدِيْثُ الْأَمْرِ بِقَتْلِهِ فِيْ الْمَرَّةِ الْخَامِسَةِ مَنْسُوْخٌ |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum qathi’ ath thariq. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (قَاطِعِ الطَّرِيْقِ) |
Disebut demikian karena manusia enggan melewati jalan sebab takut padanya. | وَسُمِّيَ بِذَلِكَ لِامْتِنَاعِ النَّاسِ مِنْ سُلُوْكِ الطَّرِيْقِ خَوْفًا مِنْهُ |
Qathi’ ath thariq adalah orang islam mukallaf yang memiliki kekuatan. | وَهُوَ مُسْلِمٌ مُكَلَّفٌ لَهُ شَوْكَةٌ |
Maka tidak disyaratkan harus laki-laki atau lebih dari satu. | فَلَا يُشْتَرَطُ فِيْهِ ذُكُوْرَةٌ وَلَا عَدَدٌ |
Dengan bahasa “qathi’ ath thariq’”, mengecualikan penjambret yang mengincar rombongan yang paling belakang dan mengandalkan lari. | فَخَرَجَ بِقَاطِعِ الطَّرِيْقِ الْمُخْتَلِسُ الَّذِى يَتَعَرَّضُ لِأَخِرْ الْقَافِلَةِ ويَعْتَمِدُ الْهَرَبَ |
Macam-Macam Begal
Qathi’ ath thariq ada empat bagian. | (وَقُطَّاعُ الطَّرِيْقِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ( |
Yang pertama disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka (para begal) membunuh orang sepadan, maksudnya dengan sengaja dan dhalim, dan tidak mengambil harta, maka mereka harus dihukum mati. | الْأَوَّلُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (إِنْ قَتَلُوْا) أَيْ عَمْدًا عُدْوَانًا مَنْ يُكَافِئُوْهُ (وَلَمْ يَأْخُذُوْا الْمَالَ قُتِلُوْا) حَتْمًا |
Dan jika mereka membunuh dengan tidak sengaja, syibh ‘amdin atau membunuh orang yang tidak sepadan, maka mereka tidak dihukum mati. | وَإِنْ قَتَلُوْا خَطَأً أَوْ شِبْهَ عَمْدٍ أَوْ مَنْ لَمْ يُكَافِئُوْهُ لَمْ يُقْتَلُوْا |
Yang kedua disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka membunuh dan mengambil harta, maksudnya harta yang mencapai nishab sariqah atau lebih, maka mereka harus dihukum mati dan disalib di atas kayu dan sesamnya, akan tetapi setelah mereka dimandikan, dikafani dan disholati. | وَالثَّانِيْ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (فَإِنْ قَتَلُوْا وَآخَذُوْا الْمَالَ) أَيْ نِصَابَ السَّرِقَةِ فَأَكْثَرَ (قُتِلُوْا وَصُلِبُوْا) عَلَى خَشَبَةٍ وَنَحْوِهَا لَكِنْ بَعْدَ غَسْلِهِمْ وَتَكْفِيْنِهِمْ وَالصَّلَاةِ عَلَيْهِمْ |
Yang ketiga disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka mengambil harta dan tidak sampai membunuh, maksudnya mengambil harta yang mencapai nishab sariqah atau lebih dari tempat penjagaan semestinya dan tidak ada unsur syubhat bagi mereka dalam harta tersebut, maka tangan dan kaki mereka dipotong selang seling | وَالثَّالِثُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ. (وَإِنْ أَخَذُوْا الْمَالَ وَلَمْ يَقْتُلُوْا) أَيْ نِصَابَ السَّرِقَةِ فَأَكْثَرَ مِنْ حِرْزِ مِثْلِهِ وَلَا شُبْهَةَ لَهُمْ فِيْهِ (تُقْطَعُ أَيْدِيْهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ) |
Maksudnya, pertama tangan kanan dan kaki kiri mereka dipotong. | أَيْ تُقْطَعُ مِنْهُمْ أَوَّلاً الْيَدُّ الْيُمْنَى وَالرِّجْلُ الْيُسْرَى |
Jika mengulangi lagi, maka tangan kiri dan kaki kanannya mereka dipotong. | فَإِنْ عَادُوْا فَيُسْرَاهُمْ وَيُمْنَاهُمْ يُقْطَعَانِ |
Jika tangan kanan atau kaki kirinya tidak ada, maka dicukupkan dengan yang ada menurut pendapat al ashah. | فَإِنْ كَانَتِ الْيُمْنَى أَوِ الرِّجْلُ الْيُسْرَى مَفْقُوْدَةً اُكْتُفِيَ بَالْمَوْجُوْدِ فِيْ الْأَصَحِّ |
Yang ke empat disebutkan di dalam perkataan mushannif, “jika mereka hanya menakut-nakuti orang-orang yang lewat di jalan tanpa mengambil harta dari mereka dan tidak membunuh siapapun, maka mereka dipenjara di selain daerah mereka dan dita’zir, maksudnya imam memenjarakan dan menta’zir mereka. | وَالرَّابِعُ مَذْكُوْرٌ فِيْ قَوْلِهِ (فَإِنْ أَخَافُوْا) الْمَارِّيْنَ فِيْ (السَّبِيْلِ) أَيِ الطَّرِيْقِ (وَلَمْ يَأْخُذُوْا) مِنْهُمْ (مَالاً وَلَمْ يَقْتُلُوْا) نَفْسًا (حُبِسُوْا) فِيْ غَيْرِ مَوْضِعِهِمْ (وَعُزِّرُوْا) أَيْ حَبَسَهُمُ الْإِمَامُ وَعَزَّرَهُمْ. |
Barang siapa dari mereka telah bertaubat sebelum terkangkap oleh imam, maka hukum-hukum had gugur dari dirinya, maksudnya hukuman-hukuman yang khusus dengan qathi’ ath thariq. | (وَمَنْ تَابَ مِنْهُمْ) أَيْ قُطَّاعِ الطَّرِيْقِ (قَبْلَ الْقُدْرَةِ) مِنَ الْإِمَامِ (عَلَيْهِ سَقَطَتْ عَنْهُ الْحُدُوْدُ) أَيِ الْعُقُوْبَاتُ الْمُخْتَصَّةُ بِقَاطِعِ الطَّرِيْقِ |
Hukuman tersebut adalah kewajiban membunuh, mensalib, memotong tangan dan kakinya. | وَهِيَ تَحَتُّمُ قَتْلِهِ وَصَلْبِهِ وَقَطْعِ يَدِّهِ وَرِجْلِهِ |
Dan tidak gugur had-had yang lain yang menjadi haknya Allah Ta’ala seperti zina dan mencuri setelah bertaubat. | وَلَا يَسْقُطُ بَاقِيْ الْحُدُوْدِ الَّتِيْ لِلَّهِ تَعَالَى كَزِنًا وَسَرِقَةٍ بَعْدَ التَّوْبَةِ |
Dari perkataan mushannif, “hak-hak yang berhubungan dengan anak Adam seperti qishash, had qadzaf, dan mengembalikan harta, di ambil kembali,” dapat diambil pemahaman bahwa sesungguhnya semua bentuk hak-hak tersebut tidak bisa gugur dari qathi’ ath thari sebab ia telah bertaubat, dan hukum yang benar memang demikian. | وَفُهِمَ مِنْ قَوْلِهِ (وَاُخِذَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (بِالْحُقُوْقِ) أَيِ الَّتِيْ تَتَعَلَّقُ بِالْآدَمِيِّيْنَ كَقِصَاصً وَحَدِّ قَذْفٍ وَرَدِّ مَالٍ أَنَّهُ لَا يَسْقُطُ شَيْئٌ مِنْهَا عَنْ قَاطِعِ الطَّرِيْقِ بِتَوْبَتِهِ وَهُوَ كَذَلِكَ. |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum shiyal dan kerusakan yang dilakukan binatang. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (الصِّيَالِ) وَإِتْلَافِ الْبَهَائِمِ |
Barang siapa hendak disakiti badan, harta, atau wanitanya, semisal ada seseorang yang hendak berbuat jahat padanya, ia hendak membunuhnya, mengambil hartanya walaupuN hanya sedikit, atau menodahi wanitanya, kemudian ia mempertahankan diri, harta atau wanitanya, dan ia membunuh orang yang melakukan hal tersebut karena untuk menolak kejahatannya, maka bagi dia tidak wajib memberi ganti rugi dengan qishash, diyat dan tidak juga dengan kafarat. | (وَمَنْ قُصِدَ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ (بِأذًى فِيْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيْمِهِ) بِأَنْ صَالَ عَلَيْهِ شَخْصٌ يُرِيْدُ قَتْلَهُ أَوْ أَخْذَ مَالِهِ وَإِنْ قَلَّ أَوْ وَطْءَ حَرِيْمِهِ (فَقَاتَلَ عَنْ ذَلِكَ) أَيْ عَنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ حَرِيْمِهِ (وَقَتَلَ) الصَّائِلَ عَلَى ذَلِكَ دَفْعًا لِصِيَالِهِ (فَلَاضَمَانَ عَلَيْهِ) بِقِصَاصٍ وَلَا دِيَةَ وَلَا كَفَارَةٍ |
Orang yang naik binatang tunggangan, baik ia adalah pemiliknya, meminjam, menyewa atau mengghasabnya, maka dia wajib mengganti barang yang telah dirusak oleh tunggangannya. | (وَعَلَى رَاكِبِ الدَّابَةِ) سَوَاءٌ كَانَ مَالِكَهَا أَوْ مُسْتَعِيْرَهَا أَوْ مُسْتَأْجِرَهَا أَوْ غَاصِبَهَا (ضَمَانُ مَا أَتْلَفَتْهُ دَابَتُهُ) |
Baik kerusakan tersebut dengan kaki depan, kaki belakang atau yang lainnya. | سَوَاءٌ كَانَ الْإِتْلَافُ بِيَدِّهَا أَوْ رِجْلِهَا أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ |
Seandainya tunggangannya kencing atau berak di jalan kemudian hal itu menyebabkan nyawa atau harta menjadi rusak, maka tidak ada beban ganti rugi pada dirinya. | وَلَوْ بَالَتْ أَوْ رَاثَتْ بِطَرِيْقٍ فَتَلِفَ بِذَلِكَ نَفْسٌ أَوْ مَالٌ فَلَا ضَمَانَ . |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum bughat. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (الْبُغَاةِ) |
Bughat adalah sekelompok orang muslim yang menentang imam yang adil. | وَهُمْ فِرْقَةٌ مُسْلِمُوْنَ مُخَالِفُوْنَ لِلْإِمَامِ الْعَادِلِ |
Bentuk kalimat mufradnya lafadz “bughat” adalah “baghin” dari masdar “al baghyi” yang mempunyai arti perbuatan dhalim. | وَمُفْرَدُ الْبُغَاةِ بَاغٍ مِنَ الْبَغْيْ وَهُوَ الظُّلْمُ |
Cara Mengatasi Bughat
Para pemberontak berhak diperangi, maksudnya imam berhak memerangi mereka dengan tiga syarat. Lafadz “yuqatalu” dengan membaca fathah huruf sebelum yang terakhir. | (وَيُقَاتَلُ) بِفَتْحِ مَا قَبْلَ آخِرِهِ (أَهْلُ الْبَغْيِ) أَيْ يُقَاتِلُهُمُ الْإِمَامُ(بِثَلَاثِ شَرَائِطَ) |
Salah satunya adalah mereka mempunyai kekuatan. | أَحَدُهَا (أَنْ يَكُوْنُوْا فِيْ مَنَعَةٍ) |
Dengan gambaran mereka memiliki kemampuan menyerang dengan kekuatan, pasukan dan pemimpin yang dipatuhi oleh mereka, walaupun panutan tersebut bukan orang yang mereka angkat sebagai imam. | بِأَنْ يَكُوْنَ لَهُمْ شَوْكَةٌ بِقُوَّةٍ وَعَدَدٍ وَبِمُطَاعٍ فِيْهِمْ وَإِنْ لَمْ يَكُنِ الْمُطَاعُ إِمَامًا مَنْصُوْبًا |
Sekira dalam mengembalikan mereka untuk patuh pada pemerintahan yang sah, imam yang adil butuh berusaha keras dengan mengeluarkan biaya dan mengerahkan pasukan. | بِحَيْثُ يَحْتَاجُ الْإِمَامُ الْعَادِلُ فِيْ رَدِّهِمْ لِطَاعَتِهِ إِلَى كُلْفَةٍ مِنْ بَذْلِ مَالٍ وَتَحْصِيْلِ رِجَالٍ |
Sehingga jika pemberontak itu hanya segelintir orang yang mudah untuk ditaklukkan, maka mereka bukan dinamakan bughat. | فَإِنْ كَانُوْا أَفْرَادًا يَسْهُلُ ضَبْطُهُمْ فَلَيْسُوْا بُغَاةً |
Yang kedua, mereka keluar dari kekuasaan imam yang adil. | (وَ) الثَّانِيْ (أَنْ يَخْرُجُوْا عَنْ قَبْضَةِ الْإِمَامِ الْعَادِلِ |
Adakalanya dengan tidak patuh padanya, atau mencegah hak yang tertuju pada mereka. | إِمَّا بِتَرْكِ الْاِنْقِيَادِ لَهُ أَوْ بِمَنْعِ حَقٍّ تَوَجَّهَ عَلَيْهِمْ |
Baik hak tersebut berupa harta atau yang lainnya seperti had dan qishash. | سَوَاءٌ كَانَ الْحَقُّ مَالِيًّا أَوْ غَيْرَهُ كَحَدٍّ وَقِصَاصٍ . |
Yang ketiga mereka, maksudnya bughat, memiliki alasan mendasar, maksudnya masih bisa diterima sebagaimana yang diungkapkan oleh sebagian al ashhab. | (وَ) الثَّالِثُ (أَنْ يَكُوْنَ لَهُمْ) أَيْ لِلْبُغَاةِ (تَأْوِيْلٌ سَائِغٌ) أَيْ مُحْتَمِلٌ كَمَا عَبَّرَ بِهِ بَعْضُ الْأَصْحَابِ |
Seperti tuntutan ahli Shiffin atas nyawa Sayidina Utsman Ra karena mereka menyaqini bahwa sesungguhnya Sayidina ‘Ali Ra mengetahui orang yang membunuh Sayidina ‘Utsman. | كَمُطَالَبَةِ أَهْلِ صِفِّيْنَ بِدَمِّ عُثْمَانَ حَيْثُ اعْتَقَادُوْا أَنَّ عَلِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَعْرِفُ مَنْ قَتَلَ عُثْمَانَ |
Sehingga, jika alasan mereka sudah dipastikan salah, maka alasannya tidak bisa dianggap, bahkan dia adalah orang yang menentang kebenaran. | فَإِنْ كَانَ التَّأْوِيْلُ قَطْعِيَّ الْبُطْلَانِ لَمْ يُعْتَبَرْ بَلْ صَاحِبُهُ مُعَانِدٌ |
Bagi imam tidak diperkenankan memerangi bughat kecuali setelah mengutus seseorang yang dapat dipercaya dan cerdas pada mereka untuk menanyakan apa sebenarnya yang membuat mereka tidak suka. | وَلَا يُقَاتِلُ الْإِمَامُ الْبُغَاةَ حَتَّى يَبْعَثَ إِلَيْهِمْ رَسُوْلًا أَمِيْنًا فَطَنًا يَسْأَلُهُمْ مَا يَكْرَهُوْنَهُ |
Kemudian, jika mereka mengatakan pada utusan tersebut suatu bentuk kedhaliman yang menjadi penyebab mereka tidak mau patuh terhadap sang imam, maka imam harus menghilangkannya. | فَإِنْ ذَكَرُوْا لَهُ مَظْلَمَةً هِيَ السَّبَبُ فِيْ امْتِنَاعِهْمِ عَنْ طَاعَتِهِ أَزَالَهَا |
Dan jika mereka tidak menyebutkan sesuatu, atau mereka tetap tidak mau kembali patuh setelah bentuk kedhaliman tersebut dihilangkan, maka sang menasihati mereka, kemudian memberitahukan bahwa mereka akan diperangi. | وَإِنْ لَمْ يَذْكُرُوْا شَيْئًا أَوْ أَصَرُّوْا بَعْدَ إِزَالَةِ الْمَظْلَمَةِ عَلَى الْبَغْيِ نَصَحَهُمْ ثُمَّ أَعْلَمَهُمْ بِالْقِتَالِ. |
Tawanan dari pihak bughat tidak boleh dibunuh. | (وَلَا يَقْتُلُ أَسِيْرَهُمْ) أَيِ الْبُغَاةِ |
Namun, ketika ada seorang adil yang membunuhnya, maka tidak ada beban dlamman baginya menurut pendapat al ashah. | فَإِنْ قَتَلَهُ شَخْصٌ عَادِلٌ فَلَا قِصَاصَ عَلَيْهِ فِيْ الْأَصَحِّ |
Tawanan dari mereka tidak boleh dilepaskan walaupun berupa anak kecil atau wanita kecuali peperangan telah selesai dan pasukan mereka bercerai berai. | وَلَايُطْلَقُ أَسِيْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ صَبِيًّا أَوِ امْرَأَةً حَتَّى تَنْقَضِيَ الْحَرْبُ وَيَتَفَرَّقَ جَمْعُهُمْ |
Kecuali jika tawanan mereka mau tunduk atas kemauan sendiri dengan mengikuti sang imam. | إِلَّا أَنْ يُطِيْعَ أَسِيْرُهُمْ مُخْتَارًا بِمُتَبَاعَتِهِ لِلْإِمَامِ |
Dan harta mereka tidak boleh dijarah. | (وَلَا يُغْنَمُ مَالُهُمْ) |
Senjata dan kendaraan mereka dikembalikan pada mereka setelah pertempuran selesai dan serangan mereka sudah dirasa aman sebab mereka bercerai berai atau telah kembali taat kepada imam. | وَيُرَدُّ سِلَاحُهُمْ وَخَيْلُهُمْ إِلَيْهِمْ إِذَا انْقَضَى الْحَرْبُ وَأَمِنَتْ غَائِلَتُهُمْ بِتَفَرِّقِهِمْ أَوْ رَدِّهِمْ لِلطَّاعَةِ |
Mereka tidak boleh diperangi dengan senjata berat seperti api dan manjaniq. | وَلَا يُقَاتَلُوْنَ بِعَظِيْمٍ كَنَارٍ وَمَنْجَنِيْقٍ |
Kecuali karena keadaan dlarurat, maka mereka boleh diperangi dengan alat-alat tersebut seperti mereka memerangi kita dengan alat tersebut atau mengepung kita. | إِلَّا لِضَرُوْرَةٍ فَيُقَاتَلُوْنَ بِذَلِكَ كَأَنْ قَاتَلُوْنَا بِهِ أَوْ أَحَاطُوْا بِنَا |
Korban luka mereka tidak boleh dihabisi sekalian. Tadzfif adalah menyempurnakan pembunuhan dan menyegerahkan. | (وَلَا يُذَفِّفُ عَلَى جَرِيْحِهِمْ) وَالتَّذْفِيْفُ تَتْمِيْمُ الْقَتْلِ وَتَعْجِيْلُهُ . |
(Fasal) menjelaskan hukum-hukum murtad. | (فَصْلٌ) فِيْ أَحْكَامِ (الرِّدَةِ) |
Murtad adalah bentuk kekafiran yang paling jelek. | وَهِيَ أَفْحَشُ أَنْوَاعِ الْكُفْرِ |
Makna murtad secara bahasa adalah kembali dari sesuatu pada sesuatu yang lain. | وَمَعْنَاهَا لُغَةً الرُّجُوْعُ عَنِ الشَّيْئِ إِلَى غَيْرِهِ |
Dan secara syara’ adalah memutus islam dengan niat, ucapan atau perbuatan kufur seperti sujud kepada berhala. | وَشَرْعًا قَطْعُ الْإِسْلَامِ بِنِيَّةِ كُفْرٍ أَوْ قَوْلِ كُفْرٍ أَوْ فِعْلِ كُفْرٍ كَسُجُوْدٍ لِصَنَمٍ |
Semua itu baik atas dasar meremehkan, menentang atau menyaqini seperti orang yang menyaqini baru datangnya Sang Pencipta. | سَوَاءٌ كَانَ عَلَى جِهَةِ الْاِسْتِهْزَاءِ أَوِ الْعِنَادِ أَوِ الْاِعْتِقَادِ كَمَنِ اعْتَقَدَ حُدُوْثَ الصَّانِعِ |
Barang siapa yang murtad dari agama islam, laki-laki atau perempuan seperti orang yang mengingkari wujudnya Allah, mendustakan satu rasul dari rasul-rasulnya Allah, menghalalkan perkara yang diharamkan secara ijma’ seperti zina dan minum khamr, atau mengharamkan perkara yang halal secara ijma’ seperti nikah dan jual beli, maka ia wajib disuruh taubat seketika menurut qaul al ashah dalam dua perkara tersebut (wajib disuruh taubat dan seketika). | (وَمَنِ ارْتَدَّ عَنِ الْإِسْلَامِ) مِنْ رَجُلٍ أَوِ امْرَأَةٍ كَمَنْ أَنْكَرَ وُجُوْدَ اللهِ أَوْ كَذَّبَ رَسُوْلًا مِنْ رُسُلِ اللهِ أَوْ حَلَّلَ مُحَرَّمًا بِالْإِجْمَاعِ كَالزِّنَا وَشُرْبِ الْخَمْرِ أَوْ حَرَّمَ حَلَالًا بِالْإِجْمَاع ِكَالنِّكَاحِ وَالْبَيْعِ (اُسْتُتِيْبَ) وُجُوْبًا فَيْ الْحَالِ فِيْ الْأَصَحِّ فِيْهِمَا |
Sedangkan muqabil al ashah (pendapat pembanding al ashah) dalam permasalahan yang pertama adalah sesungguhnya orang tersebut sunnah disuruh taubat. Dan dalam permasalahan kedua adalah sesungguhnya orang tersebut diberi tenggang waktu tiga, maksudnya hingga tiga hari. | وَمُقَابِلُ الْأَصَحِّ فِيْ الْأُوْلَى أَنَّهُ يُسَنُّ الْاِسْتِتَابَةُ وَفِيْ الثَّانِيَةِ أَنَّهُ يُمْهَلُ (ثَلَاثًا) أَيْ إِلَى ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ. |
Jika orang tersebut mau bertaubat dengan kembali ke islam dengan cara mengikrarkan diri dengan mengucapkan dua kalimat syahadah secara tertib dengan mengucapkan iman kepada Allah pertama kali kemudian kepada rasul-Nya. | (فَإِنْ تَابَ) بِعَوْدِهِ إِلَى الْإِسْلَامِ بِأَنْ يُقِرَّ بِالشَّهَادَتَيْنِ عَلَى التَّرْتِيْبِ بِأَنْ يُؤْمِنَ بِاللهِ أَوَّلًا ثُمَّ بَرَسُوْلِهِ |
Sehingga, jika ia membalik, maka tidak syah sebagaimana yang diungkapkan imam an Nawawi di dalam kitab Syarh al Muhadzdzab di dalam pembahasan niat wudlu’. | فَإِنْ عَكَسَ لَمْ يَصِحَّ كَمَا قَالَهُ النَّوَوِيُّ فِيْ شَرْحِ الْمُهَذَّبِ فِيْ الْكَلَامِ عَلَى نِيَّةِ الْوُضْوْءِ |
Jika tidak, maksudnya jika orang murtad tersebut tidak mau taubat, maka ia berhak dibunuh, maksudnya imam membunuhnya jika ia adalah orang merdeka dengan memenggal lehernya tidak dengan membakarnya dan sesamanya. | (وَإِلَّا) أَيْ وَإِنْ لَمْ يَتُبِ الْمُرْتَدُّ (قُتِلَ) أَيْ قَتَلَهُ الْإِمَامُ إِنْ كَانَ حُرًّا بِضَرْبِ عُنُقِهِ لَا بِإِحْرَاقٍ وَنَحْوِهِ |
Sehingga, jika selain imam membunuh orang murtad tersebut, maka orang tersebut berhak dita’zir. | فَإِنْ قَتَلَهُ غَيْرُ الْإِمَامِ عُزِّرَ |
Dan jika orang murtad tersebut adalah budak, maka bagi majikannya diperkenankan membunuhnya menurut pendapat al ashah. | وَإِنْ كَانَ الْمُرْتَدُّ رَقِيْقًا جَازَ لِلسَّيِّدِ قَتْلُهُ فِيْ الْأَصَحِّ |
Kemudian mushannif menyebutkan hukum memandikan orang murtad dan yang lainnya di dalam perkataan beliau, | ثُمَّ ذَكَرَ الْمُصَنِّفُ حُكْمَ الْغُسْلِ وَغَيْرَهُ فِيْ قَوْلِهِ |
Dan orang murtad tersebut tidak wajib dimandikan, tidak boleh dishalati dan tidak boleh dimakamkan di pemakaman kaum muslimin. | (وَلَمْ يُغْسَلْ وَلَمْ يُصَلَّ عَلَيْهِ وَلَمْ يُدْفَنْ فِيْ مَقَابِرِ الْمُسْلِمِيْنَ |
BAB ORANG YANG MENINGGALKAN SHALAT
Selain mushannif menyebutkan hukum tarikus shalat (orang yang meninggalkan sholat) di dalam permasalahan ubudiyah (ibadah). Sedangkan mushannif menyebutkannya di sini, beliau berkata. | وَذَكَرَ غَيْرُ الْمُصَنِّفِ حُكْمَ تَارِكِ الصَّلَاةِ فِيْ رُبُعِ الْعِبَادَاتِ وَأَمَّا الْمُصَنِّفُ فَذَكَرَهُ هُنَّا فَقَالَ. |
(Fasal) orang yang meninggalkan sholat yang telah diketahui ada dua macam, dan bisa diarahkan terhadap meninggalkan salah satu dari sholat lima waktu saja. | (فَصْلٌ) وَتَارِكُ الصَّلَاةِ الْمَعْهُوْدَةِ الصَّادِقَةِ بِإِحْدَى الْخَمْسِ (عَلَى ضَرْبَيْنِ |
Salah satunya, seseorang meninggalkan sholat dan ia adalah orang mukallaf dan tidak meyaqini terhadap kewajiban shalat tersebut, maka hukumnya, maksudnya orang yang meninggalkan shalat tersebut adalah hukumnya orang murtad, dan baru saja dijelaskan hukumnya. | أَحَدُهُمَا أَنْ يَتْرُكَهَا) وَهُوَ مُكَلَّفٌ (غَيْرُ مُعْتَقِدٍ لِوُجُوْبِهَا فَحُكْمُهُ) أَيِ التَّارِكِ لَهَا (حُكْمُ الْمُرْتَدِّ) وَسَبَقَ قَرِيْبًا بَيَانُ حُكْمِهِ |
Yang kedua adalah ia meninggalkan sholat karena malas hingga waktu shalat tersebut keluar, namun ia tetap menyaqini kewajibannya, maka orang seperti ini disuruh bertaubat. | (وَالثَّانِيْ أَنْ يَتْرُكَهَا كَسْلًا) حَتَّى يَخْرُجَ وَقْتُهَا حَالَ كَوْنِهِ (مُعْتَقِدًا لِوُجُوْبِهَا فَيُسْتَتَابُ |
Sehingga, jika ia mau bertaubat da melaksanakan sholat, -maka hukumnya jelas-. Dan ini adalah penjelasan cara taubat. | فَإِنْ تَابَ وَصَلَّى) وَهُوَ تَفْسِيْرٌ لِلتَّوْبَةِ |
Jika tidak, maksudnya jika ia tidak mau bertaubat, maka berhak dibunuh sebagai hukuman bukan karena kufur. | (وَإِلَّا) أَيْ وَإِنْ لَمْ يَتُبْ (قُتِلَ حَدًّا) لَا كُفْرًا |
Dan orang ini hukumnya adalah orang islam di dalam masalah dimakamkan di pemakaman muslimin dan makamnya tidak boleh dihilangkan. | (وَكَانَ حُكْمُهُ حُكْمَ الْمُسْلِمِيْنَ) فِيْ الدَّفْنِ فِيْ مَقَابِرِهِمْ وَلَا يُطْمَسُ قَبْرُهُ |
Satu tanggapan pada “Jinayat dan Hudud Kitab Fathul Qorib”
Komentar ditutup.