Niat dalam talak kinayah
Niat dalam talak kinayah harus bersamaan dengan awal ucapan talak kinayah.
Assalamualaikum,
Pak ustadz saya ada beberapa persoalan yang sering mengganggu kehidupan keseharian saya.
Pergilah engkau balik kampung, apa jatuh talak?
Mohon pencerahan dan jawapan dari pak Ustadz. Begini kisahnya, suatu hari selepas bergaduh dengan isteri saya, dan ketika duduk sendirian dan dalam emosi yang masih marah saya ada melafazkan ” pergilah engkau balik kampung” dan dalam masa melafazkan perkataan ini ada kepikiran cerai.
Selepas melafazkannya seketika itu hati saya bertanya kepada diri sendiri betul ke ingin ceraikan isteri. hati saya menjawab tidak mahu bercerai kerana kasihankan anak dan sayangkan anak. Menurut pengetahuan saya ketika melafazkan perkataan ini, talak tidak terjadi kerana tiada ketetapan hati dan keazaman sama ada mahu menceraikan isteri ataupun tidak.
Namun hari ini saya merasa was-was tentang status perkahwinan saya dengan isteri.
Mohon pencerahannya Pak Ustadz. Dalam situasi ini adakah telah terjadi talak antara saya dan isteri…. adakah dikira saya telah mempunyai niat untuk menceraikan isteri ataupun itu hanya sekadar lintasan hati
mohon jawapannya pak Ustadz, sekian terima kasih, Semoga Allah membalaskan kebaikan atas Pak ustadz atas jawapan yang diberikan.
JAWABAN
Ucapan “Pulanglah ke rumah orang tuamu” tidak sah apabila istri tidak berada di depan suami
Pertama, ucapan kinayah yang anda lafazkan tidak jatuh talak. Sebabnya adalah karena lafaz kinayah itu diucapkan dalam kalimat yang memakai kata ganti kedua (engkau) sedangkan istri tidak berada di depan anda. Sehingga secara syariah kata “engkau” itu bisa bermakna pada orang lain yang disuruh pulang. Dan ini kinayahnya tidak sah. Begitu juga ucapan sharih, seperti “engkau aku talak” sedangkan istri tidak di depan suami, maka jatuhnya turun level menjadi kinayah.
Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj, 8/348, menyatakan:
وَمِنْ ثَمَّ لَوْ لَمْ يَتَقَدَّمْ لَهَا ذِكْرٌ رَجَعَ لِنِيَّتِهِ فِي نَحْوِ أَنْتِ طَالِقٌ، وَهِيَ غَائِبَةٌ، وَهِيَ طَالِقٌ، وَهِيَ حَاضِرَةٌ.
Artinya: “Oleh karena itu, apabila tidak didahului oleh sebutan sebelumnya maka kembali ke niatnya dalam contoh ucapan suami: “Kamu (istri) tertalak” sedangkan dia tidak ada di depannya; atau ucapan “Dia (istri) tertalak” padahal istrinya ada di depannya.”
Bahkan ucapan sharih yang tanpa menyebut subyek hukumnya tidak sah walaupun disertai niat.
Ibnu Hajar Al Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj, 8/348, menyatakan:
(قَوْلُهُ: أَنْتِ طَالِقٌ) فَلَوْ حَذَفَ الْمُبْتَدَأَ لَمْ يَقَعْ شَيْءٌ، وَإِنْ نَوَى تَقْدِيرَهُ
Artinya: Ucapan “Kamu (istri) tertalak” kalau seandainya suami membuang subyeknya (menjadi “tertalak” saja) maka tidak terjadi apapun walaupun suami berniat menyebut subyeknya dalam hati.
Kedua, seandainya saat anda mengucapkan kata “pergilah engkau balik kampung” itu saat istri ada di depan anda maka talaknya jatuh karena disertai niat pada waktu mengucapkannya.
Baca juga: Talak diucapkan sendirian, apakah sah?
Niat Dan Azam Tidak Berbeda
Pada dasarnya niat dan azam tidak berbeda menurut ulama fikih.
Mahmud Al-Munim dalam Mu’jamul Mustolahat wal Alfazul Fiqhiyah, hlm. 3/96, menjelaskan:
القصد في اصطلاح الفقهاء هو : العزم المتجه نحو إنشاء فعل .
Artinya: Bermaksud dalam istilah fuqoha adalah azam yang diarahkan untuk menimbulkan perbuatan.
Al-Qarafi dalam Al-Dzakhirah, hlm. 1/20, menjelaskan:
والنية هي كما يقول القرافي رحمه الله : ” قصد الإنسان بقلبه ما يريده بفعله
Artinya: Niat adalah bersengajanya manusia dalam hatinya atas apa yang dia ingin lakukan.
Dari definisi ini menunjukkan bahwa niat, azam dan bermaksud (qasd) itu identik atau sama.
An-Nawawi dalam Al-Majmuk, hlm. 1/310, memberi ta’rif niat sbb:
عزم القلب على عمل فرض أو غيره
Artinya: Azam (keinginan) hati untuk melakukan perkara fardhu dan lainnya.
Syarat Sahnya Niat Talak Kinayah: niat harus bersamaan dengan awal dan seluruh ucapan kinayah
Zakariya Al-Anshori dalam Asnal Matolib menyatakan:
يشترط في الكناية نية ) بالإجماع ( مقارنة ) للفظ . ( ولو ) كانت مقارنة ( لبعض اللفظ ) كفى، والاكتفاء بالبعض ولو بآخره صحيحه في الروضة لأن اليمين إنما تعتبر بتمامها، ولأنها إذا وجدت في أوله عرف قصده منه فالتحق بالصريح، وهذا ما صححه الجرجاني والبغوي في تعليقه وغيرهما، وقال ابن الرفعة أنه الذي يقتضيه نص الأم، قال في المهمات وبه الفتوى كما أشعر به كلام الشرحين.
وقال الماوردي بعد تصحيحه له أنه أشبه بمذهب الشافعي، وصوبه الزركشي وصحح في أصل المنهاج اشتراط مقارنتها لجميع اللفظ وجرى عليه البلقيني واللفظ الذي يعتبر قرن النية به هو لفظ الكناية.
Artinya: Disyaratkan untuk sahnya talak kinayah adanya niat yang bersamaan dengan ucapan. Apabila bersamaan dengan sebagian ucapan maka dianggap sah. Sahnya niat bersamaan dengan sebagian ucapan, walaupun dengan akhir ucapan, itu pendapat sahih menurut Nawawi dalam kitab Roudoh karena sumpah itu dianggap ketika sempurna. Juga, karena niat itu apabila ada di awal ucapan maka diketahui niat suami itu bagian dari ucapan maka disamakan dengan sharih. Ini yang dianggap sahih oleh Jurjani dan Baghawi. Ibnu Rifat berkata bahwa pemahaman itu yang dimaksud dalam kitab Al-Umm… …. Zarkasyi membenarkan pandangan ini dalam Ashlul Minhaj yang mensyaratkan bersamaannya niat pada seluruh ucapan. Al Bulqini sependapat. Kata yang dianggap bersamaan dengan niat adalah kata talak kinayah.
Baca juga: Niat talak dengan ucapan non kinayah
Zakariya Al-Anshori dalam Asnal Matolib, hlm. 3/272, menyatakan:
ونقل في تنقيحه عن ابن الصلاح من غير مخالفة أنه يشترط مقارنتها لأول اللفظ فلا يكفي وجودها بعده إذ انعطافها على ما مضى بعيد بخلاف استصحاب ما وجد. انتهى.
Artinya: Penulis kitab At-Tanqih menukil dari Ibnu Solah tanpa perbedaan bahwa disyaratkan niat di awal ucapan. Maka tidak sah adanya niat terjadi setelah awalnya ucapan. Karena terputusnya niat atas apa yang sudah lalu itu jauh beda halnya bersamaan dengan sesuatu yang ada.
Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj berkata:
وَلَوْ قَالَ أَنَا مِنْك ….بَائنٌ، أَوْ نَحْوِهَا مِنْ الْكِنَايَاتِ، اشْتُرِطَ نِيَّةُ أَصْلِ الطَّلَاقِ وَإِيقَاعِهِ، كَسَائِرِ الْكِنَايَاتِ. انتهى.
Artinya: Kalau suami berkata “Aku darimu … tertalak bain” atau ucapan kinayah yang lain, maka disyaratkan niat asal talak dan menjatuhkannya sebagaimana kinayah yang lain.
Sayid Al Bakri dalam Aianatut Tolibin berkata:
وإما كناية، وهي: كل لفظ احتمل ظاهره غير الطلاق، ولا تنحصر ألفاظها وحكمها أنها تحتاج إلى نية إيقاع الطلاق بها. انتهى.
Artinya: Adapun talak kinayah yaitu setiap kata yang zahirnya mengandung makna selain talak. Hukumnya kinayah membutuhkan niat menjatuhkan talak.
Baca juga: Talak kinayah
Kesimpulan
Ucapan talak kinayah dianggap sah dan jatuh cerai dengan syarat:
- Niat harus bersamaan dengan awal ucapan. Talak tidak jatuh apabila niat baru muncul di tengah ucapan.
- Niat harus bersamaan dengan seluruh ucapan. Walaupun ada pendapat yang menyatakan sah apabila bersamaan dengan sebagian ucapan.
karena bersamaan antara ucapan talak dan niatnya. Namun menjadi tidak sah karena subyek yang disebut tidak sesuai. Yang semestinya kata ganti ketiga (dia/istri) menjadi kata kedua (engkau).
Baca detail: Talak tanpa Kalimat Sempurna
3 tanggapan pada “Niat dalam talak kinayah”
Komentar ditutup.
Bagaimana jika seorang suami lupa apakah niatnya saat mengucapkan kalimat yang kihayah itu pas di awal ucapan atau ditengah ucapan? (Suami tersebut benar-benar lupa)